Adapun konteks nubuat Allah yang di sampaikan oleh Amos adalah: (1) pada zaman Uzia, raja Yehuda, dan (2) dalam zaman Yerobeam, anak Yoas, raja Israel, (3) dua tahun sebelum gempa bumi.
Amos bernubuat melawan dosa-dosa dari bangsa Israel maupun bangsa-bangsa lain. Dan dalam kaitan ini salah satu kesalahan yang diingatkan Allah sebagai dosa adalah di saat bangsa Israel di KerajaanIsrael (utara):
Menginjak-injak kepala orang lemah ke dalam debu dan membelokkan jalan orang sengsara; anak dan ayah pergi menjamah seorang perempuan muda, sehingga melanggar kekudusan nama-Allah. (Am. 2:7 TB LAI).
Nubuat berikutnya ditujukan kepada para perempuan Samaria yang hidup dalam kemewahan (lembu-Iembu Basan), yang berbunyi:
Dengarlah firman ini, hai lembu-lembu Basan, yang ada di gunung Samaria, yang memeras orang lemah, yang menginjak orang miskin, yang mengatakan kepada tuan-tuanmu: bawalah ke mari, supaya kita minum-minum! (Am 4:1 TB LAI).
Nubuat Amos lainnya yang masih terkait dengan perlakuan tidak adil atas orang miskin ditujukan untuk memperingatkan bangsa (Lit. “Kaum”) Israel yang memperkosa keadilan, menegaskan:
Sebab itu, karena kamu menginjak-injak orang yang lemah dan mengambil pajak gandum dari padanya, sekalipun kamu telah mendirikan rumah-rumah dari batu pahat, kamu tidak akan mendiaminya; sekalipun kamu telah membuat kebun anggur yang indah, kamu tidak akan minum anggumya. (Am 5:11 TB LAI).
Sebab Aku tahu, bahwa perbuatanmu yang jahat banyak dan dosamu berjumlah besar, hai kamu yang menjadikan orang benar terjepit, yang menerima uang suap dan yang mengesampingkan orang miskin di pintu gerbang. (Am 5:12 TB LAI).
Nada peringatan yang sama dari nubuat Amos kembali ditegaskan dalam Amos 8:4-6 berikut ini:
Dengarlah ini, kamu yang menginjak-injak orang miskin, dan yang membinasakan orang sengsara di negeri ini. (Am 8:4 TB LAI).
Supaya kita membeli orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang kasut; dan menjual terigu rosokan? (Am 8:6 TB LAI).
Dan karena itulah Allah sendiri telah menubuatkan melalui Amos, yaitu:
TUHAN telah bersumpah demi kebanggaan Yakub: “Bahwasanya Aku tidak akan melupakan untuk seterusnya segala perbuatan mereka!” (Am. 8:7 TB LAI).
Providensi Allah melalui nubuat juga dapat ditemukan dalam nubuat nabi zakharia yang konteks nubuatnya adalah: dalam bulan yang kesembilan pada tahun keempat zaman Darius (Raja Persia). Zakharia bernubuat tentang salah satu syarat dari kegenapan dalam ibadah puasa yang baik adalah melalui perlakuan yang semestinya atas orang miskin, dengan tidak menindas ataupun meraneangkan kejahatan atas mereka (Zak 7: 10[24]).
SUMBER: Providensi Allah Atas Orang Miskin Dalam Perjanjian Lama