Melalui konstitusi Israel[44], diperoleh beberapa makna teologis yang memiliki signifikansi bagi orang miskin masa kini, yaitu: (1) Allah telah menetapkan standar moral mengenai: pelarangan penindasan atas orang miskin, pemberian bagian tertentu dari hasil keIja bagi orang miskin, penegakan kebenaran dalam peradilan yang sewajamya atas orang miskin, serta konsep pemberian sedekah bagi orang miskin di saat sukacita; (2) Allah juga telah menetapkan standar hukum yang meneerminkan keperdulian sosial mengenai: hak orang miskin dalam pemutusan perkara hukum agar tidak dibela berlebihan tetapi jangan pula memperkosa haknya, hak atas bagian tertentu dari hasil kerja bagi orang miskin, hak orang miskin untuk memperoleh penghapusan hutang di masa tertentu, serta hak orang miskin untuk dilindungi dari eksploitasi yang tidak manusiawi (kesewenangan, pemerasan, dan manipulasi hak); (3) Allah-pun telah menetapkan sejumlah hukum seremonial yang sebaiknya dipahami dalam hakikatnya, yaitu adanya hakikat tentang: kedudukan orang miskin yang sederajat dengan manusia lain, keringanan dalam aspek-aspek tertentu atas orang miskin karena sebab kemiskinannya, serta konsep pertolongan atas orang miskin yang berdasarkan prinsip memandirikan.
Melalui nubuat para Nabi, diperoleh beberapa makna teologis yang memiliki signiflkansi bagi orang miskin masa kini, yaitu: (1) Melalui nubuat Yesaya: Allah telah memperingatkan akan besarnya dosa yang timbul akibat penyiksaan dan penganiayaan orang miskin, Allah juga menganggap ketetapan yang tidak adil atau keputusan yang lalim merupakan dosa yang akan mencelakakan pelakunya, Allah menjanjikan kedatangan “Raja Damai”[45] dan Pembebas yang akan membawa keadilan, kejujuran, kabar baik dan jawaban bagi setiap orang miskin, Allah-pun menjanjikan kecukupan dan ketentraman bagi orang miskin, Allah bahkan menyebut diri-Nya sebagai tempat pengungsian bagi orang miskin, dan selain itu Allah juga menuntut puasa sebagai bagian dari ibadah yang sejati adalah di saat setiap orang mengulurkan tangannya dengan segenap yang dimiliki untuk membebaskan orang miskin dari pelbagai problem hidupnya; (2) Melalui nubuat Yeremia: Allah kembali mengingatkan akan dosa yang timbul akibat perlakuan tak layak, kejahatan, ketidakadilan dan tidak diindahkannya hak atas orang miskin, tetapi selain itu Allah juga menjanjikan akan adanya pertolongan khusus bagi mereka yang benar-benar miskin; (3) Melalui nubuat Yehezkiel: kembali Allah mengingatkan akan betapa berdosanya orangorang yang sarna sekali tidak mengulurkan tangannya bagi orang miskin dan terlebih jika menindasnya. dan lebih jauh Allah juga mengingatkan bahwa penindasan atas orang miskin sama halnya dengan melawan Allah sendiri; (4) Melalui nubuat Amos dan Zakharia: Allah menegaskan bahwa menindas orang miskin ataupun hidup dalam kemewahan tanpa kepekaan atas orang miskin sama halnya dengan melanggar kekudusan nama Allah, Allah juga mengingatkan tindakan pemerkosaan keadilan akan membawa pelakunya menuju kebinasaan dan atas hal ini Allah tidak akan pemah melupakan dosa mereka, dan selain itu Allah juga kembali mengajarkan kegenapan ibadah puasa yang baik adalah disaat orang miskin tidak ditindas dan kesetiaan serta kasih sayang dinyatakan atas mereka.
Melalui pelbagai hikmat, diperoleh beberapa makna teologis yang memiliki signifikansi bagi orang miskin masa kini, yaitu: (1) Melalui hikmat dalam Ayub: Allah mengingatkan manusia di tengah penderitaan-nya. ditegaskan pula tentang Allah yang selalu adil, serta kesengsaraan sebagai sarana yang kadangkala dipakai Allah untuk menguji ketaatan orang percaya; (2) Melalui hikmat dalam Mazmur: Allah mengingatkan kedudukannya sebagai tempat perlindungan orang miskin, Allah memastikan akan mencukupkan kebutuhan orang miskin, serta Allah juga memastikan akan menegakkan dan mengangkat orang yang miskin dari kesulitannya; (3) Melalui hikmat dalam Amsal: Allah mengingatkan salah satu penyebab kemiskinan adalah kemalasan, Allah juga menegaskan penindasan atas orang miskin sarna dengan menghina Allah sendiri, serta sebaliknya orang yang menaruh belas kasih bagi orang miskin bahkan diibaratkan sedang memiutangi Allah dan akan memperoleh berkat-Nya, namun demikian Allah juga mengingatkan bahwa baik orang miskin atau orang kaya sama-sama diciptakan-Nya, selain itu Allah juga menegaskan mereka yang menolong orang miskin tidak akan berkekurangan, dan Allah juga mengingatkan baik miskin atau kaya agar tidak menyangkal atau mencemarkan nama-Nya; (4) Melalui hikmat dalam pengkhotbah: Allah bahkan mengingatkan akan penindasan dan ketidakadilan atas orang miskin sebagai suatu konspirasi terselubung, dan selain itu Allah juga menegaskan hikmat orang miskin yang baik tetapi seringkali tidak didengar orang.
Melalui tindakan Allah secara langsung, diperoleh beberapa makna teologis yang memiliki signifikansi bagi orang miskin masa kini, yaitu: dengan seluruh kemampuan-Nya Allah sungguh-sungguh selalu mengarahkan pandangannya dan menyediakan diri-Nya bagi setiap orang miskin yang sungguh memohon pertolongan-Nya, bahkan lebih jauh Ia sendiri telah hadir ke dunia di dalam Yesus Kristus[46] untuk mewujud-nyatakan kasih setia-Nya bagi setiap orang miskin (baik yang miskin secara materi, karena penindasan sosial, ataupun yang miskin secara rohani/berdosa).
SUMBER: Providensi Allah Atas Orang Miskin Dalam Perjanjian Lama