MANA DAN BURUNG PUYUH

MUSA-MANNA

MANA DAN BURUNG PUYUH
Keluaran 16:1-36

1.Setelah dilepaskan dari perbudakan di Mesir, bangsa Israel sekarang dipimpin oleh Tuhan Allah menuju ke Gunung Sinai. Pada tahap ini umat Allah masih merupakan gerombolan yang tidak teratur, senang bersengketa dan kurang iman. Mereka masih harus dibentuk menjadi bangsa yang dapat melayani Dia. Untuk mencapai hal itu, segala sesuatu, termasuk perjalanan mereka ke Sinai, akan berperanan dalam membina mereka.

2.Dalam kesulitan tidak ada makanan dan minuman diperjalanan ,bangsa Israel mengomel, menggerutu dan menoleh kemasa lalu ketika hidup di Mesir. Mereka hanya ingat santapan yang enak di Mesir dan melupakan penderitaan kerja rodi, bayi bayi lelaki Israel yang dibunuh. (Kel.1:15-22)

3.Mengapa umat Israel mudah sekali bersungut-sungut tatkala menghadapi sedikit situasi yang tidak mengenakkan? Mereka lupa akan kebaikan Tuhan, pertolongan pertolonganNya , serta keajaiban keajaiban Nya.

4.Syukur bahwa Allah Israel adalah Allah yang panjang sabar. Walau Musa bisa bosan dan merasa dibebani dengan sungut-sungut umat (ayat 6-8), Allah tetap menyatakan kasih dan kepedulian-Nya. Ia memberikan dengan limpah apa yang mereka butuhkan. Baik manna di pagi hari maupun daging di sore hari (ayat 12). Tentu agar mereka mendapatkan dan menikmati berkat Tuhan tersebut, ada yang mereka perlu lakukan dengan taat.

5.Pertama, bangun pagi-pagi dan memungut manna untuk makanan mereka setiap hari.
Kedua, tidak rakus melainkan mengambil secukupnya sesuai kebutuhan masing-masing keluarga. Ini senada dengan isi doa yang diajarkan Yesus, “Berikanlah kami pada hari ini, makanan kami yang secukupnya.” (Mat. 6:11).
Ketiga, percaya kepada Tuhan yang dengan ajaib akan memberkati hari keenam sehingga manna yang mereka ambil hari itu akan cukup untuk hari itu dan hari Sabat (ayat 5). Ketidaktaatan pada pengaturan Tuhan membuat berkat berubah menjadi kutuk (ayat 20).

6.Yesus berkata, “Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan” (Mat. 6:24; bdk. Luk. 16:13). Kita tak boleh menjadi seperti Israel,
yang justru merindukan kembali masa lalu yang kita anggap lebih
enak, walaupun sebenarnya nista dan kejam. Nikmat berbuat dosa,
apa pun itu, takkan bisa menandingi penggenapan berbagai
janji-janji Allah di dalam kehidupan kita. Kita takkan bisa
melakukan keduanya, kembali mencicipi dosa sambil berusaha terus
memelihara persekutuan dengan Dia. Salah satu harus ditinggalkan.
Alangkah ruginya, jika kita memilih untuk meninggalkan Allah.
7.Respons apa yang sepatutnya kita berikan kepada Tuhan yang penuh kemurahan? Jangan bersungut-sungut melainkan naikkan syukur dengan sepenuh hati. Taati petunjuk firman-Nya agar kita dapat menyaksikan karya Tuhan yang luar biasa dan yang akan mencukupkan segala kebutuhan kita.

CATATAN MENGENAI MANA : Kel 16:4
“Roti dari langit” ini dinamakan “manna” (ayat Kel 16:15). Manna (bahasa Ibrani: מָ‏ן) berarti “apakah ini?” merupakan makanan yang menopang orang Israel dalam pengembaraan mereka di padang gurun.
Manna menjadi makanan khusus yang secara ajaib dikirim dari Allah untuk memberi makan umat itu setelah ke luar dari Mesir. Itu merupakan sesuatu berwarna putih seperti embun beku, berbentuk serpihan tipis, dan rasanya seperti kue madu (ayat Kel 16:14,31; Bil 11:9). Persediaan manna berhenti ketika Israel memasuki tanah perjanjian dan tersedia makanan lain (Yos 5:12). Manna menjadi lambang dari Yesus Kristus yang sebagai “roti yang benar dari sorga” (Yoh 6:32; bd. Wahy 2:17) memberi hidup kekal (Yoh 6:33,51,58).

MANA SEBAGAI LAMBANG YESUS KRISTUS
Akulah roti kehidupan. Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. Inilah roti yang turun dari surga: Siapa saja yang memakannya, ia tidak akan mati. (Yohanes 6:48-50)

n the Manna, we can see a clear picture of Jesus Himself. He even compared Himself to the Manna in John 6:35. Notice quickly the way the Manna points ahead to Jesus Christ, the genuine Bread from Heaven:
1. It Was Small – Exodus 16:14 – This speaks of Christ’s humility.
2. It Was Round – Exodus 16:14 – This speaks of Christ’s eternal nature, John 1:1.
3. It Was White – Exodus 16:31 – This reminds us of the sinless, holy nature of the Lord Jesus Christ, 1 Pet. 2:22; 2 Cor. 5:21.
4. It Came At Night – Exodus 16:13-14 – Jesus came to a world lost in spiritual darkness and gave them light and life.
5. It Was Misunderstood By Those Who Found It – Exodus 16:15 – They called it Manna which means, “What is it?” Jesus was misunderstood by the very people He came to save – John 1:11; John 10:20.
6. It Was Sufficient For Every Man’s Need – Exodus 16:17-18 – This reminds us that Jesus is the all-sufficient Savior. He meets the need of man’s soul. Some go deep in the Christian life, others get in but chose to play around the edges, but wherever you find yourself, as long as it is in Jesus, you will find that He is sufficient to save your soul.
7. It Was Sweet To The Taste – Exodus 16:31 – Those who partook of the Manna found it sweet and satisfying. By the same token, all those who receive Jesus as their Savior find Him to be sweet to the soul and satisfying to the life. That is why we are encouraged by David to “taste and see that the Lord is good.” Psalm 34:8.
8. It Was To Be Kept And Passed On To Others – Exodus 16:32 –Jesus is the same way, He is to be shared with those who cross our path.
9. There is more that could be said about The Manna, but that is enough to let us see that it is an excellent type of the Lord Jesus.)
C. Just as He did for Israel, God has provided us with everything we need for good spiritual health and perfect satisfaction. Jesus, and Jesus alone, can save and satisfy the soul the soul, Acts 4:12.

BACAAN KELUARAN SELANJUTNYA
Kel 19:1-25
Bangsa Israel di Sinai

THANK YOU