https://www.gotquestions.org/Indonesia/ragu-agama.html
6.5.Keraguan terhadap agama juga dapat disebabkan oleh keinginan mempertimbangkan semua agama secara adil – dan dibingungkan oleh berbagai kepercayaan yang bertolak belakang. Satu kelompok mempercayai sesuatu tentang Yesus, sedangkan kelompok lain menentang kepercayaan kelompok pertama. Adapun kelompok berbeda lagi yang menjunjung tinggi filsafat, pengajar, atau batu yang berbentuk agak aneh. Tentunya semua perbedaan ini berujung pada keraguan. Jika kita menambahkan relatifisme pasca-modern pada keraguan ini, maka sudah jelas penyebab banyaknya skeptik agama pada jaman ini.
6.6.Keraguan agama yang didasari akal sehat sebetulnya tidak buruk. Sebaliknya, keraguan yang sehat adalah hal yang baik – kita harus berwaspada terhadap pengajaran palsu, dan kita telah dihimbau “ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah” (1 Yohanes 4:1). Iman yang sehat dan tahan lama tentu tidak takut dipertanyakan. Allah tidak terusik oleh ketelitian kita, dan keraguan tidak selalu berujung pada ketidak-percayaan. Allah mengundang kita “Mari kita bereskan perkara ini” (Yesaya 1:18, versi BIS).
Kita perlu mengingat himbauan: “Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar…” (Kolose 4:5; baca juga 1 Tesalonika 4:12 dan 1 Timotius 3:7), dan kita dapat berdialog dengan para skeptik demi mengarahkan mereka pada kebenaran. Rasul Petrus berkata, “…Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu” (1 Petrus 3:15). Namun himbauan itu ia lanjutkan dengan perintah tentang cara berdialog: “Tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu” (1 Petrus 3:15-16). Kerendahan hati dan sikap menghormati adalah penting dalam menghadapi keraguan orang di jaman yang pasca-modern ini.