SAAT IMAN DAN AKAL BERBENTURAN:
ALAM SEMESTA MENURUT AJARAN ALKITAB DAN EVOLUSIONISME
oleh: Fanny Y. M. Kaseke, SP., M.Th.
MENCARI TITIK TEMU
Ada beberapa upaya mencari titik temu antara ajaran Alkitab (faith) dan evolusionisme (science). Upaya ini diwakili oleh paling tidak 3 kelompok “theolog ilmuwan” yakni: pengusung gap theory (teori kesenjangan), Theistic Evolutionism dan Progrresive Creationism.
GAP THEORY menjelaskan ajarannya bahwa Kejadian 1:1 menggambarkan penciptaan asli dari Allah—sempurna dalam segala hal. Penciptaan ini adalah ex nihilo (out of nothing). Kemudian, di antara ayat 1 dan 2, Setan memberontak di surga, dan diusir. Dosa Setan merusak ciptaan asli di mana pemberontakannya membawa kehancuran dan kematian, sehingga bumi menjadi “tidak berbentuk dan kosong”, siap untuk mengalami rekonstruksi atau pembentukan kembali. Waktu yang jadi ukuran “gap” tersebut tidak spesifik tetapi memakan waktu milyaran tahun
Teistik Evolusionisme. Evolusi teistik mengajarkan bahwa Allah memulai proses penciptaan dengan menciptakan organisme hidup yang pertama. Kemudian Allah melanjutkan dengan bekerja secara internal kepada sasaran yang dikehendaki-Nya untuk ciptaan itu. Namun, kadang-kadang Allah juga bertindak secara adikodrati, turun tangan untuk mengubah proses yang sedang berlangsung, tetapi dengan memakai bahan yang sudah ada. Allah menciptakan manusia yang pertama, tetapi dengan melakukan hal tersebut Allah memakai makhluk yang sudah ada. Allah menciptakan jiwa manusia, kemudian memasukkannya ke dalam makhluk menyusui tingkat utama, dengan demikian mengubah makhluk tersebut menjadi manusia pertama. Jadi, sekalipun sifat rohaniah manusia Adam secara khusus diciptakan oleh Allah, sifat jasmaniah manusia merupakan hasil proses evolusi. 1
Kreasionisme Progresif. Ajaran kreasionisme progresif memandang karya penciptaan Allah sebagai kombinasi dari serangkaian tindakan penciptaan yang baru lagi dan suatu cara kerja yang imanen atau progresif. Pada beberapa titik tertentu, yang terpisah jauh sekali dalam waktu, Allah menciptakan de novo (yaitu Ia menciptakan lagi). Pada peristiwa-peristiwa ini Allah tidak memakai kehidupan yang sudah ada sebelumnya, dan hanya memodifikasinya. Sekalipun mungkin saja Allah menjadikan sesuatu yang mirip sekali dengan makhluk yang sudah ada, namun terdapat berbagai perubahan dan oleh karena itu kasih karyanya adalah makhluk yang benar-benar baru. Di antara tindakan-tindakan penciptaan yang khusus ini, terjadilah perkembangan lewat saluran-saluran evolusi. Ini disebut perkembangan sejenis atau “intrakind” (mikroevolusi), bukan perkembangan antar jenis atau “interkind” (makroevolusi). Ketika tiba waktunya untuk menjadikan manusia, Allah menjadikannya secara langsung dan lengkap. Allah tidak menjadikannya dari makhluk yang lebih rendah. Sebaliknya, sifat fisik dan sifat rohani manusia diciptakan secara khusus oleh Allah. Alkitab memberitahukan bahwa Allah menjadikan manusia dari “debu” tanah. Debu tanah ini tidak perlu benar-benar menjadi tanah yang sesungguhnya. Mungkin itu suatu gambaran elementer yang dimengerti oleh para pembaca yang mula-mula. Ajaran kreasionisme progresif ini nampaknya menjadi ajaran alternatif yang paling mungkin, sebagai perpaduan antara ajaran Alkitab dengan ajaran sains tentang evolusi.
Ajaran ini membenarkan teori YEC, (Younf Earth Creation ) dan menolak OEC.(Old Earth Creation )