KEBUDAYAAN 17


PELENGKAP KATEKISMUS HEIDELBERG: Bidang Kebudayaan

17. Pertanyaan: Mengapa GKJTU (Gereja Kristen Jawa Tengah Utara) menghargai kemajemukan budaya dan bahasa?

Jawab: Tuhan menciptakan dunia dan isinya dalam keberagaman. Dengan demikian, kemajemukan adalah fakta hakiki yang harus diterima dengan syukur dan hormat. Upaya manusia untuk menyeragamkan fakta tersebut adalah pengingkaran hakikat kehidupan. Dalam Perjanjian Lama pernah ada upaya untuk menyatukan dan menyeragamkan kehidupan manusia dengan membangun sebuah menara yang digunakan sebagai pusat orientasi hidup manusia. Akan tetapi, Tuhan tidak berkenan dengan hal itu, lalu Tuhan mengacaukan bahasa mereka. Akibatnya, hidup manusia menyebar ke segala penjuru dunia dengan kekhasannya masing-masing.a Selanjutnya Tuhan menyapa manusia menurut bahasa dan budaya masing-masing.b Biarpun di dalam Kristus semua suku bangsa menyatu,c budaya dan bahasa mereka tidak diseragamkan, melainkan kemajemukan budaya dan bahasa mereka senantiasa memuliakan nama Tuhan sampai akhir.d Sebagai akibat globalisasi, budaya suku bangsa semakin diseragamkan, baik secara nasional maupun secara internasional. Akan tetapi, GKJTU tidak hanyut dalam arus penyeragaman budaya tersebut, melainkan menghargai dan menghayati budaya-budaya setempat.
______________________________________________________________________
a. Kejadian 11:1-9
b. Kisah Para Rasul 2:8-11: … kita masing-masing mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa tempat kita dilahirkan; kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerahdaerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berbicara dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.
c. Kolose 3:11: Dalam hal ini tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi, orang bersunat atau orang tak bersunat, orang Barbar atau orang Skit, budak atau orang merdeka, tetapi Kristus adalah semua dan di dalam segala sesuatu.
d. Wahyu 7:9-10: Setelah itu aku melihat: Sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat dihitung jumlahnya, dari segala bangsa dan suku dan umat dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dengan suara nyaring mereka berseru, “Keselamatan ada pada Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!

SUMBER:
http://www.heidelberger-katechismus.net/daten/File/Upload/PKH1-04Indonesia.pdf