AGAMA DAN GEREJA 22,23


PELENGKAP KATEKISMUS HEIDELBERG: Bidang Kemajemukan Agama dan Kepelbagaian Gereja

22. Pertanyaan: Bagaimana sikap kita terhadap pluralitas agama?
Jawab: Pertama, keberagaman agama adalah kenyataan konkret yang merupakan fenomena universal. Orang Kristen tidak bisa menutupi kenyataan itu. Justru gereja harus senantiasa memahami, menyadari, dan mempergumulkan hal itu dengan sungguh-sungguh agar dapat bersikap dengan tepat di tengah keberagaman tersebut.
Kedua, menghargai, namun tidak menyamakan semua agama. Setiap agama mempunyai keunikan masing-masing. Namun pada prinsipnya setiap agama mengajarkan jalan keselamatan, melalui dogma, ritual, dan etika. Meski demikian, iman Kristen berpandangan bahwa tidak ada satu agama pun yang membawa manusia pada keselamatan. Keselamatan manusia terjadi hanya atas inisiatif Allah, bukan upaya atau jasa manusia. Tidak ada manusia yang benar di hadapan Allah.a Dengan demikian keselamatan didapat manusia hanya atas anugerah dan belas kasihan Allah kepada manusia.b Iman Kristen menegaskan, keselamatan hanya dapat diperoleh di dalam hidup dan mati Tuhan Yesus Kristus.c Sedangkan mereka yang mati di luar Kristus dan di luar persekutuan orang percaya hanya bisa diserahkan pada wewenang dan kedaulatan Allah.d
_________________________________________________________________________
a. Roma 3:10: … seperti ada tertulis, “Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. …” (band. Katekismus Heidelberg, pert. 8, pert. 13-14 serta pert. 60-64)
b. Kisah Para Rasul 4:12: Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.
c. Yohanes 3:16: Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (band. Katekismus Heidelberg, pert. 20)
d. 1 Korintus 5:12-13: Sebab dengan wewenang apakah aku menghakimi mereka, yang berada di luar jemaat? Bukankah kamu hanya menghakimi mereka yang berada di dalam jemaat? Mereka yang berada di luar jemaat akan dihakimi Allah. Usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah kamu.

23. Pertanyaan: Dalam pergaulan antarumat beragama, sering terjadi umat beragama bersikap fanatis, dengan merendahkan bahkan melecehkan umat agama lain. Salah satu sikap tersebut adalah dengan menyebut kafir kepada umat agama lain. Bagaimana sikap kita jika dikatakan kafir?
Jawab: Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa yang dimaksud kafir adalah orang yang tidak percaya kepada Allah dan rasul-Nya. Atas dasar itu, kata kafir sering digunakan untuk merendahkan bahkan mengumpat orang lain yang perilakunya tidak sejalan dengan kebenaran Tuhan. Bahkan juga untuk merendahkan orang-orang yang berbeda agama/ keyakinan. Bertolak dari pemahaman dasar tersebut, sebenarnya tidak ada umat beragama yang disebut kafir, termasuk umat Kristen. Iman Kristen secara tegas menyatakan beriman kepada Allah, yang telah berkarya dan mewujud dalam diri Kristus. Iman Kristen juga percaya terhadap para nabi dan rasul, yang telah secara istimewa menerima wahyu dari Allah. Melalui para nabi dan rasul, orang Kristen memahami firman Allah. Dengan demikian siapapun yang mengakui Sang Maha Pencipta, apapun namanya, tidak layak disebut kafir. Hanya orang ateis (orang yang menyangkal adanya Tuhan) yang berperilaku biadab saja memang layak disebut kafir. Menghadapi umat lain yang menyebut kafir, umat Kristen tidak boleh membalas dengan menyebut umat lain kafir. Iman Kristen tidak mengajarkan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan.a Tanpa merendahkan umat lain, orang Kristen dapat menjelaskan pengakuan imannya yang memang percaya kepada Allah, nabi, dan rasul. Lebih dari itu, setiap orang Kristen terpanggil untuk menyatakan imannya melalui kehidupan nyata.
_______________________________________________________________
a. Matius 5:39: Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Lukas 6:29: Barangsiapa menampar pipimu yang satu, berikanlah juga kepadanya pipimu yang lain, dan barangsiapa yang mengambil jubahmu, biarkan juga ia mengambil bajumu. 1Petrus 3:9: … janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat.

SUMBER:
http://www.heidelberger-katechismus.net/daten/File/Upload/PKH1-04Indonesia.pdf