AJARAN SESAT


AJARAN SESAT DI KOLOSE

1.Untuk lebih memahami duduk permasalahan yang akan dibahas oleh rasul dalam suratnya ini, maka ada baiknya dalam uraian ini kita menengok akan apa yang disebut ajaran sesat yang mencoba mempengaruhi iman anggota jemaat. Pada abad kedua gereja berhadapan dengan munculnya sebuah gerakan dengan ajaran sesat yang dikenal dengan nama Gnostik.
Gnostik yang baru muncul ini lebih merupakan sebuah sikap dan kecenderungan berpikir religius-filosofis daripada sebuah sistem, dan sikap ini dapat menyesuaikan diri dengan pandangan Yahudi, Kristen atau kelompok-kelompok kafir lainnya kebutuhan. Sekalipun demikian, tampaknya beberapa pokok tertentu merupakan ciri khas pandangan Gnostik pada umumnya: dualisme metafisika, makhluk-makhluk perantara, penebusan melalui pengetahuan atau g nosis.

2.Semua agama, menurut ajaran Gnostik , yang merupakan manifestasi dari satu kebenaran yang tersembunyi. berusaha untuk menuntun orang menuju pengetahuan mengenai kebenaran tersebut. Pengetahuan atau γνωσις – gnôsis ini bukan pemahaman intelektual tetapi pencerahan yang diperoleh melului pengalaman mistik. Karena manusia terikat pada dunia materi yang jahat, dia hanya dapat menghampiri Allah dengan bantuan berbagai makhluk seperti malaikat. Dengan bantuan kekuatan-kekuatan ini dan dengan menafsirkan kitab-kitab suci secara alegoris dan mistis, dapat dicapai pencerahan rohani dan pembebasan dari dunia materi dan dosa dapat dipastikan.

3.Tentu saja dan mungkin pasti sebagian orang dari jemaat mula-mula berusaha untuk memperkaya atau menyesuaikan iman mereka dengan pemikiran religius yang sedang marak.. Mungkin ini pula yang menjadi awal dari pengaruh Gnostik yang muncul di sejumlah Jemaat yang didirikan Paulus. Di Korintus, misalnya kerinduan akan hikmat spekulatif (I Korintus 1:7 dst.) dan pengabaian tubuh jasmaniah (tercermin dalam penyangkalan kebangkitan, dalam askese dan dalam kebebasan seksual: bdg. I Korintus 15:5, 7), menunjukkan pengaruh Gnostik.

4.Ajaran sesat di Kolese menggabungkan unsur-unsur Yahudi dan Helenis, Ketaatan kepada peraturan-peraturan makanan dan hari Sabat. upacara penyunatan dan mungkin juga fungsi perantara dari para malaikat mengingatkan pada kebiasaan dan kepercayaan Yahudi (2: 11, 16, 18): penekanan pada “hikmat” dan “pengetahuan,” plêrôma(pemenuhan) dari kekuatan-kekuatan alam dan penilaian rendah terhadap tubuh jasmaniah mencerminkan pemikiran Yunani (2:3. 8. 23). Beberapa orang Yahudi yang bertobat mungkin membawa campuran dari Yudaisme heterodoks dan mengembangkannva lebih jauh lagi sesudah mereka menjadi orang Kristen.

5.Di dalam strategi yang dipakai di tempat lainnya. Paulus mempergunakan Istilah dan golongan yang salah ini untuk menyerang ajaran mereka dan di dalam melakukan hal itu, mengembangkan doktrin “Kristus yang meliputi alam semesta.” Di dalam Kristus, satu-satunya Perantara itu, terdapat segala hikmat dim pengetahuan di dalam kematian dim kebangkitanNya semua kuasa yang ada di alam semesta ini sudah dikalahkan dim tunduk kepada-Nya (2:3, 9, 10, 15). Setiap pengajaran yang tidak menjadikan Kristus sebagai sentral dengan dalih menuntun orang kepada kedewasaan dan kesempurnaan merupakan penyimpangan yang mengancam hakikat iman. Sang rasul dengan demikian mengidentifikasi dim mengungkapkan akar dari kesalahan yang ada di Kolose.

SUMBER:
http://www.sarapanpagi.org/surat-kolose-colossians-kolossaeis-vt4229.html