AKHIR HIDUP SAUL


AKHIR HIDUP RAJA SAUL
1Sam 31:1-13

1.Ketika hendak mempersiapkan bagian terakhir dari bahasan 1 Samuel fasal 31 ini ada sedikit keraguan. Masalahnya bagian ini sangat tidak nyaman untuk dibahas. Tidak lain berbicara mengenai kematian. Ini adalah suatu topik yang banyak dihindari orang. Beberapa orang yang masih kuat pengaruh tradisi tahyul nya berpendapat agar kematian jangan dibicarakan. Sesuatu yang tabu dengan anggapan kalau kalau itu dibicarakan nanti kematian itu akan segera mendatangi orang yang membicarakannya. Tetapi kita ini adalah orang orang Kristen yang beriman kepada KRistus yang telah mengalahkan kematian. Kematian memang dahsyat dan menakutkan, tetapi itu sudah dikalahkan dengan kebangkitan Kristus. 1 Korintus 15:55 -Hai maut dimanakah kemenananmu? Hai maut dimana sengatmu? 1 Kor15:57 -Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberi kemenangan oleh Yesus Kristus Tuhan kita. Berdasarkan kuasa kemenangan kebangkitan Yesus maka maut bukan sesuatu yang menakutkan Karena tidak dapat memenjarakan kita seumur hidup, sebaba ada kebangkitan seperti Kristus telah bangkit. Bertolak dari sini maka mari kita membicarakan kematian Saul.

2.Kitab 1 Samuel ditutup dengan kisah tragis kekalahan pasukan Israel, kematian putra-putra Saul dalam peperangan, dan bagaimana Saul mengakhiri hidupnya. Saul bunuh diri (ayat 4) karena ia tidak mau ditangkap hidup-hidup oleh musuhnya. Ia tidak mau dipermalukan oleh mereka.
Upaya Saul mempertahankan wibawanya sebagai seorang raja setelah ia mati, tidak berhasil. Memang ia berhasil menghindar dari menjadi bulan-bulanan para musuhnya. Waktu itu, kebiasaan raja-raja yang menang adalah mengarak tawanannya sebagai bukti keberhasilan dalam perang. Apalagi bila yang berhasil ditawan adalah seorang raja, tentu saja raja itu akan diperlakukan secara hina dan memalukan. Namun kita melihat bahwa setelah Saul mati pun, orang-orang Filistin tetap saja mempermalukan dia. Kepalanya dipancung dan diarak ke mana-mana untuk menjadi bahan tertawaan dan hinaan penduduk musuh, sedangkan mayatnya digantung di tembok kota. Dengan demikian, walau Saul sudah tidak dapat merasakan perbuatan sadis orang Filistin, tetap saja perlakuan tersebut merendahkan statusnya sebagai raja.

3.Syukur kepada Tuhan, ada rakyat yang masih setia dan hormat kepada Saul. Penduduk kota Yabesy-Gilead tak pernah lupa bahwa Saul pernah menolong mereka dari sikap kejam bangsa Amon, musuh mereka (1Sam. 11). Merekalah yang dengan gagah berani menerobos masuk ke kota Filistin dan merebut kembali mayat pahlawan-pahlawan Israel. Saul dan putra-putranya mendapatkan penghormatan yang semestinya.
Ada ubi ada talas, ada budi ada balas. Tidak dapat disangkal, bahwa penduduk Yabesy-Gilead masih mengenang jasa Saul (bdk. 1Sam. 15:1-15). Orang-orang yang gagah perkasa diberangkatkan untuk mengambil mayat Saul dan mayat anak-anaknya (ayat 11-13). Semua dilakukan sebagai penghormatan terakhir bagi raja yang mereka sanjung selama ini. Mereka tidak gentar menghadapi orang Filistin.

4.Kematian merupakan realitas yang tidak bisa dihindari. Ada yang mati ditempat tidur dengan tenang, ada pula yang melalui sakit dan penderitaan sehingga keluar masuk rumah sakit, ada yang mati dimedan pertempuran, ada yang mati Karena kapal terbangnya hilang dalam penerbangan, dstnya. Bagaimana dengan kita ketika harus mengakhiri hari hari hidup kita didunia ini? Tidak perlu terlalu dipikirkan, Kita serahkan saja Kepada Allah Bapa yang kita yang mengasihi kita. Yang jauh lebih penting ialah bagaimana kita mengisi hari hari hidup kita, sebelum maut menjemput. ? Baiklah kita mengisinya dengan menjadi berkat bagi sesame dan menjadi kemuliaan bagi nama Tuhan.

CATATAN TAFSIR DAN TANYA JAWAB
1Sam 31:1 – Pegunungan Gilboa
31:1. Pegunungan Gilboa. Empat peperangan yang layak dikenang terjadi di wilayah ini.
a. Perang Kison ketika mana Debora dan Barak mengalahkan pasukan Sisera (Hak. 4:15; 5:21).
b. Perang Yizreel ketika mana tiga ratus orang pasukan Gideon mengalahkan pasukan Midian (Hak. 7).
c. Perang Gunung Gilboa yang dicatat di sini.
d. Perang Megido ketika mana Yosia, raja Israel, tewas ketika bertempur melawan Firaun Nekho (II Raj. 23:29).

P: Di dalam 1 Sam 31: 4-5, masih bisakah orang yang bunuh diri pergi ke Surga?

Ada dua jawaban yang berbeda.

Jawaban pertama diambil dari pertanyaan yang muncul dari Hakim Hakim 16:26-27 mengenai kematian Simson seperti tertulis dibawah ini.

P: Dalam Hakim-Hakim 16:26-27, dapatkah Simson pergi ke Surga, karena ia melakukan bunuh diri?
J: Ya. Tiga poin yang diperhatikan dalam jawaban.
1. Hanya ada satu dosa yang tidak bisa diampunkan, memfitnah Roh Kudus. Bunuh diri bukanlah dosa yang tak bisa diampunkan.
2. Sebagai sebuah contoh orang percaya yang melakukan bunuh diri, Eusebius dalam bukunya Ecclesiastical History vol. 8 no.2 bagian 12, mengatakan tentang seorang perempuan dan dua anak perempuannya yang cantik, yang menenggelamkan dirinya di sungai daripada tubuhnya dikotorkan oleh prajurit Roma. Eusebius memberikan contoh lain dalam buku 8 bagian14 tentang Maxentius, yang ingin memperkosa seorang perempuan Kristen. Ia meminta beberapa menit untuk sendiri untuk mempersiapkan dirinya, ia telah menikam dirinya hingga mati.
3. Kematiannya bisa menjadi pemikiran sebagai misi bunuh diri, daripada bunuh diri, walau dia tahu bahwa ia akan mati.
Jawaban kedua tidak kenal kompromi dengan mengatakan bahwa bunuh diri adalah pembunuhan yang merupakan pelanggaran terhadap Firman Tuhan. (Kel.20:13),

Furthermore, with the exception of Samson (see comments on Jud. 16:26–27), there are at least five cases of suicide recorded in Scripture, and none of them is approved by God—Abimelech (Jud. 9:50–56); Saul (1 Sam. 31:1–6); Zimri (1 Kings 16:18–19); Ahithophel (2 Sam. 17:23); and Judas who betrayed Christ (Matt. 27:3–10). Each met a tragic death, and none met with divine approval. Suicide is an attack on the image of God in man (Gen. 1:27) and an attempt to usurp God’s sovereignty over human life.