AKULAH DIA

AKULAH DIA

Yohanes 18: 1-12

 

Ketika Ia berkat kepada mereka:”Akulah Dia,”mundurlah mereka dan jatuh ketanah. (Yoh.18:6)

 

1.Dalam hidup sehari hari sering  ketika menghadapi persoalan atau ada suatu kejadian , umumnya jarang orang memajukan dirinya sebagai orang yang bertanggung jawab. Orang orang pandai menjunjuk orang lain dan berkata: “Dia dan Dia.”  Kebiasaan semacam itu adalah warisan dari kakek moyang Adam dan Hawa. Ketika Adam dan Hawa diminta pertanggungan jawab  oleh Tuhan , mereka ahli dalam  menunjuk orang lain. Adam menunjuk kepada Hawa, Hawa menunjuk kepada ular. Nama populernya adalah cari selamat sendiri.

 

2.Yesus sebagai Adam yang terakhir,menampilkan suatu kehidupan yang menggambarkan citra Allah. Dalam segala hal Ia menampakkan manusia yang dikehendaki Allah.Dalam bacaan kita kali ini Dia menunjukkan Diri sebagai orang yang siap memikul resiko. Dia tidak bersembunyi dibalik kerumunan para murid. Ketika pasukan tentara, pengawal Bait Allah  lengkap dengan lentera, pentungan  dan persenjataan, mendatangi rombongan Tuhan Yesus di taman seberang sungai Kidron, hal ini tidak membuat Yesus  gentar.

 

3.Yesus tahu benar untuk apa Ia datang kedunia dan apa yang akan dihadapiNya. Ia menguasai situasi.  Dalam kegelapan malam itu, Yesus maju kedepan dan bertanya: “Siapakah yang kamu cari?” Jawab rombongan tentara bersama Yudas menjawab:”Yesus dari Nazaret.” Dengan tegas dan berwibawa Tuhan Yesus menjawab: “Akulah Dia.”(Yoh.18:6). Jawaban ini membuat rombongan tentara terkejut . Bukan itu saja dikatakan:”Mundurlah mereka  dan jatuh ketanah.” Berhadapan dengan Yesus mereka berhadapan dengan wibawa ilahi sehingga mereka yang berniat berbuat jahat sempat mundur dan terjatuh.

Jadi kisah di taman ini sebenarnya hendak mengemukakan bukan Yesus ditangkap karena tidak berdaya, tetapi sebaliknya yang benar, Yesus menyerahkan diriNya untuk ditangkap .

 

4.Yesus yang dihadapan  kita adalah Allah yang menjadi manusia  dengan segala wibawa ilahi,  tidak memakai kuasa ilahi untuk perlawanan, tetapi bersedia merendahkan diri sebagai manusia untuk ditangkap , diproses selanjutnya sampai  kepada penyaliban untuk keselamatan kita orang orang percaya.

 

5.Akulah Dia, itu ucapan Yesus. Menyatakan kewibawaan ilahi dan  kesiapan untuk berkorban demi keselamatan para murid dan orang percaya.  Mentalitas seperti inilah juga yang dimiliki para murid setelah pencurahan Roh Kudus. Dengan wibawa ilahi dan kesiapan berkorban mereka mengabarkan injil. Stephanus menjadi martir, mati sebagai syahid karena mengabarkan injil , tetap setia kepada Tuhan Yesus Kristus dan tidak segan segan mengorbankan jiwa untuk Tuhan Yesus.

Ditengah dunia masa kini dengan mentalitas menunjuk, menyalahkan orang lain, tidak segan segan mengorbankan orang lain, kita diajak belajar dan mengikuti jejak Yesus. Siap berkorban dan senantiasa memikirkan kebaikan orang lain. Mental seperti ini hendaknya dipraktekan dirumah tangga, dipraktekkan di gereja ,dipraktekkan dikantor tempat bekerja dan dipraktekkan dalam hidup bermasyarakat menuju terciptanya masyarakat yang aman dan sejahtera.