ALLAH ADIL!


ALLAH ADIL !
SH: Hab 1:1–2:5

Di mana keadilan Allah? Mengapa orang berdosa tidak dihukum? Pertanyaan itu menghantui Habakuk karena ia melihat penduduk Yehuda melakukan kejahatan rohani dan sosial, namun Allah tidak menghukum mereka (ayat 1-3).
Jawaban Allah mencengangkan Habakuk. Allah akan menghukum Yehuda melalui orang-orang Kasdim (ayat 5). Dengan keperkasaan dan ketangkasan yang tiada banding (ayat 6-9), bangsa Kasdim dengan sombong (ayat 10-11) akan melibas semua musuh mereka, termasuk bangsa Yehuda. Ini bukan jawaban yang diharapkan Habakuk. Sulit bagi Habakuk untuk melihat Allah memakai bangsa kafir yang jahat untuk menegakkan keadilan di tengah-tengah umat-Nya sendiri (ayat 13). Yehuda memang berdosa dan lalim, tetapi menurut Habakuk, orang Kasdim jauh lebih jahat dari Yehuda. Bukankah mereka bangsa yang tidak mengenal Allah. Di manakah keadilan Allah? Di tengah kebingungan itu, Habakuk yang masih percaya akan keadilan Allah menantikan jawaban Tuhan (ayat 2:1). Jawaban Tuhan harus dinantikan dengan iman karena keadilan Allah akan ditegakkan pada waktunya (ayat 2-3). Orang yang percaya tidak akan goyah imannya dan menanti dengan taat sampai diselamatkan (ayat 4b). Sebaliknya, orang yang sombong dan tidak bertobat dari dosa-dosa serta menyia-nyiakan waktu yang diberikan untuk terus berbuat dosa pasti akan dihukum (ayat 5).
Suatu saat hukuman akan datang bagi mereka yang tidak bertobat. Masa sekarang, sebelum kedatangan Kristus kedua kali adalah masa anugerah untuk bertobat (ayat 2Ptr. 3:9). Masa itu akan segera berakhir. Orang yang memanfaatkan waktu singkat ini untuk bertobat dan berpaling dari kejahatannya akan menerima keadilan Allah yang menyelamatkan. Namun, bagi mereka yang mengeraskan hati, saat Dia datang kembali akan menjadi saat yang sangat mengerikan.
Renungkanlah: Kasih Allah dinyatakan pada masa sekarang. Bila kita menyia-nyiakan masa sekarang, betapa mengerikannya keadilan Allah yang kita terima kelak.

Wycliffe: Hab 1:1
I. PENGANTAR. 1:1.
Ucapan ilahi. Banyak ucapan nabi digambarkan sebagai “ucapan ilahi,” khususnya bila itu adalah pengumuman yang bersifat sebagai pertanda yang tidak menyenangkan atau yang bersifat mengancam. Di sini sang nabi menyesalkan penaklukan dan penghancuran yang akan datang atas bangsanya sendiri, sehingga ada suatu aspek ramalan yang menyangkut mereka. Pada saat yang sama, ucapan ilahi itu menentang orang Kasdim yang sombong, yang mendewakan kekuatan mereka (1:11). Dalam penglihatan. Kata hâzâ, “lihat,” sebuah istilah yang agak bersifat teknis, menunjukkan bahwa ini adalah sebuah penyataan Allah. Roh Allah menanamkan pesan itu pada bawah sadar dari para nabi dengan kuat dan gamblang seolah-olah mereka telah melihat sesuatu dengan mata fisik. Dalam I Raja-Raja 22:17 Mikha berkata, “Telah kulihat seluruh Israel bercerai-berai … ”

SUMBER:
http://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=35&chapter=1&verse=1