BAHAGIA 5

Kebahagiaan tidak tergantung pada hal-hal yang berbau materialisme, seperti: kemewahan, jabatan, gelar yang prestisius (meskipun hal-hal tersebut dapat membawa kesenangan pada hidup). Kebahagiaan pun tidak tergantung pada orang lain, seperti seseorang memiliki orang-orang yang penting di dalam hidupnya (meskipun cinta kasih dan kehadiran orang-orang tersebut dapat menambah keceriaan, tetapi juga sebaliknya). Kebahagiaan juga tidak tergantung pada suatu hal yang terjadi, misalnya, jika seseorang tetap tinggal di suatu tempat, maka ia akan menjadi baik, dan jika orang tersebut pergi meninggalkan tempat itu, maka ia pun akan menjadi tidak baik.

Intinya, kebahagiaan bukan sesuatu yang dapat terukur oleh apa saja, dimana saja, dan dengan cara apa saja, di luar diri kita. Justru hambatan terbesar untuk rasa bahagia itu adalah pemikiran yang keliru dari diri sendiri. Seperti misalnya pemikiran tentang seseorang atau sesuatu yang membuat kita bisa “berbahagia”. Mungkin saja, kita dapat merasakan keceriaan atau mendapatkan kebahagiaan dari orang lain, misalnya. Tetapi ingat bahwa, kebahagiaan tersebut sebetulnya adalah semu dan sementara. Ketika suatu saat nanti, orang itu tidak bersama-sama lagi dengan kita, maka sudah pasti keceriaan dan kebahagiaan itu akan pergi juga bersamanya.

SUMBER:

Jika di Surga Dilarang Tertawa, Saya Tak Ingin ke Sana! (Sebuah Entitas Kebahagiaan)

https://pelitaku.sabda.org/jika_di_surga_dilarang_tertawa_saya_tak_ingin_ke_sana_sebuah_entitas_kebahagiaan