TANGGUNG JAWAB SOSIAL JEMAAT
1Tim 5:1-8 –
Sayang sekali perpecahan dalam jemaat sering terjadi hanya karena cara berelasi yang kurang tepat, terutama dalam menegur kesalahan. Timotius muda diingatkan bagaimana bersikap dalam menyampaikan teguran (1-2). Bukan “keras,” melainkan dengan hormat dan kasih terhadap orang yang lebih tua (bdk. Im. 19:32), dan dengan kasih serta pikiran yang murni terhadap orang yang lebih muda. Dengan demikian kesatuan dan kesaksian jemaat dipelihara.
Tanggung jawab jemaat terhadap para janda (1Tim. 5:3-16) dilandaskan pada tanggung jawab umat Allah untuk memelihara hidup kelompok marjinal dalam masyarakat Israel (Ul. 14:28-29; 24:19). Allah adalah pelindung, pembela, dan penegak keadilan bagi mereka (Mzm. 68:6; Ul. 10:18; 27:19). Yesus menunjukkan simpati mendalam terhadap para janda (Luk. 7:13; Mrk. 12:41-44). Jemaat mula-mula menunjuk tujuh orang diaken untuk melayani para janda (Kis. 6:1).
Teks hari ini menggariskan prinsip penting dalam pelayanan diakonia, yaitu menetapkan prioritas kebutuhan. Jemaat wajib membantu hanya mereka yang “benar-benar janda” (1Tim. 5:3, 5, 16), yang memenuhi syarat usia (9a), kesetiaan dalam pernikahan (9b), dan reputasi baik (10). Para janda ini juga melayani Tuhan dengan “memberi tumpangan,” terutama bagi para pemberita Injil yang berkeliling (bdk. 1Tim 3:2). Mereka “membasuh kaki saudara-saudara seiman” melalui kerelaan mereka mengerjakan tugas-tugas yang dianggap “rendah” demi kebaikan orang lain, mengikuti teladan Yesus. Mereka pun “menolong orang yang hidup dalam kesesakan” karena berbagai penderitaan, termasuk aniaya karena iman. Jemaat “menghormati” para janda ini dengan mencukupkan kebutuhan hidup mereka (bdk. ay. 17). Pada gilirannya mereka bisa melayani orang lain. Inilah prinsip penting yang perlu dikembangkan dan diwujudkan dalam gereja: saling melayani.
Renungkan: Yang bisa dan bersemangat melayani adalah mereka yang sudah lebih dahulu dilayani Tuhan!
PENUH KEMURNIAN
1Tim 5:1-2
Pada bagian ini Paulus membahas tentang sikap dan kewajiban Timotius sebagai pemimpin jemaat. Jika para pengajar sesat di awal pasal empat menggunakan “tipu daya pendusta-pendusta”, maka Paulus memerintahkan Timotius menangkalnya “dengan penuh kemurnian” (ayat 1).
Paulus meminta Timotius agar tidak “keras terhadap orang yang tua, tetapi menegur dia sebagai bapa” (ayat 1). Tugas Timotius sebagai pemimpin tidak boleh membuatnya mengesampingkan kewajiban untuk menghormati orang yang lebih tua. Kata “bapa” dan “ibu” yang digunakan di ayat 1 dan 2 menunjuk pada pengertian orang tua kandung; ia harus menghormati orang-orang yang lebih tua seperti kepada orang tua kandungnya. Bagi kebanyakan orang, rasanya sulit untuk melaksanakan kedua prinsip ini sekaligus. Namun, itu mutlak harus ditaati oleh seorang pelayan Kristen.
Dalam nada yang sama, Paulus mengingatkan Timotius, dalam menegur orang-orang yang lebih muda, agar tetap menganggap mereka sebagai “saudaramu” dan “adikmu”. Anak kalimat “dengan penuh kemurnian” (ayat 2), selain menunjuk pada semua kelompok orang yang ada dalam 1-2, secara khusus juga menunjuk pada perlakuan terhadap para “perempuan muda” jemaatnya. Hubungan yang terjadi antara pria dan wanita di dalam lingkungan jemaat dan pelayanan harus dilandasi oleh kemurnian hati dan hidup di dalam Tuhan. Ketiadaan kemurnian seperti ini telah menyebabkan tercemarnya kesaksian jemaat karena masalah seksual.
Renungkan: Bagaimana Anda dapat ikut mewujudkan hubungan “dengan penuh kemurnian” di tengah komunitas jemaat Anda?
SUMBER:
http://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=54&chapter=5&verse=1