DARI GENERASI KE GENERASI


DARI GENERASI KE GENERASI
2Tim 1:1-5

Seperti kebiasaannya, Paulus telah menegaskan seperti apa hubungan antara dirinya dengan penerima surat melalui salam pembuka suratnya. Timotius adalah “anakku yang kekasih;” anak rohaninya. Ketika Paulus menegaskan dirinya sebagai “rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah,” tersirat pernyataan bahwa Timotius adalah ahli warisnya di dalam pemberitaan “janji tentang hidup dalam Kristus Yesus” tersebut (ayat 1). Timotius akan meneruskan pelayanan Paulus. Hubungan keduanya tidak hanya ikatan emosional, tetapi juga merupakan pembentukan kepada seorang pelayan muda dari seorang senior yang akan menyelesaikan tugasnya (ayat 4:6-8).

Paulus mengingatkan Timotius bahwa, sebagaimana “nenek moyangnya,” umat zaman Perjanjian Lama yang setia kepada Allah, dirinya juga melayani Allah dengan hati nurani yang murni (ayat 3). Paulus melihat adanya kesinambungan antara pelayanan yang dilakukan dirinya dengan yang dilakukan oleh generasi sebelumnya yang setia kepada Allah. Karena itu, Paulus juga mengajak Timotius melihat hal yang sama pada dirinya. Timotius tidak hanya memiliki Paulus sebagai bapak rohaninya, ia juga memiliki keluarga yang memiliki warisan rohani. Lois, neneknya, dan Eunike, ibunya, memiliki iman yang tulus ikhlas (ayat 5).

Dalam I Timotius, Paulus telah menulis bahwa hati nurani yang murni dan iman yang tulus ikhlas akan menghasilkan kasih (ayat 1Tim. 1:5) dan menjadi perlengkapan bagi perjuangan seorang pelayan Tuhan (ayat 1Tim. 1:18). Kesimpulan bagi kita adalah, Paulus ingin Timotius menyadari siapa dirinya; Timotius adalah penerus perjuangan iman dari generasi-generasi sebelumnya. Kesadaran akan hal ini akan menimbulkan rasa tanggung jawab yang lebih besar, sekaligus juga dasar yang lebih kokoh bagi pelayanannya, di dalam penyertaan “kasih karunia, rahmat, dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita dan Kristus Yesus, Tuhan kita” (ayat 2).
Renungkan: Renungkan dan nilai bagaimana hubungan Anda dengan orang-orang seiman di komunitas Anda yang lebih tua dan lebih muda. Sudahkah menjadi sesuatu yang membangun Anda dan orang lain?

TULUSKAH IMANMU?
2Tim 1:3-5

Paulus mengucap syukur kepada Allah (ayat 3a) karena melihat iman Timotius yang tulus ikhlas (ayat 5a). Ini membuat Paulus selalu mengingat Timotius (ayat 3b-4a), serta ingin segera berjumpa dengan dia (ayat 4b).
Apa yang dimaksud dengan iman yang tulus ikhlas? Yaitu iman yang murni, yang tidak bercampur dengan kekha-watiran, kecurigaan atau ketidakpercayaan kepada Allah. Apa yang istimewa dengan iman yang tulus ikhlas? Iman semacam ini tidak munafik. Artinya bukan hanya untuk diperlihatkan kepada orang lain atau untuk membuat orang lain terkesan. Iman terlihat dalam setiap aspek hidup dan lahir dari kedekatan dengan Allah. “Lho bukankah iman memang harus demikian?”, begitu mungkin pertanyaan kita. Memang benar. Namun masalahnya, tidak semua orang yang mengaku diri beriman memiliki iman yang demikian.

Iman akan terlihat saat orang mengalami tantangan terhadap iman, ketekunan, atau pelayanannya. Seperti Timotius yang melayani jemaat Efesus. Ia harus menghadapi beraneka ragam orang dengan berbagai tingkat pertumbuhan iman. Ada yang mendukung pelayanan, tetapi ada juga yang menimbulkan kesulitan. Bila orang tidak memiliki iman yang tulus ikhlas, bukan tidak mungkin ia akan mundur dari pelayanan bila merasa diragukan kemampuannya, misalnya. Atau orang yang merasa rajin dalam berbagai aktifitas gereja, lalu pindah ke gereja lain karena tidak dikunjungi pendeta ketika sakit. Atau orang yang ingin terlibat pelayanan karena berharap dihormati orang lain, atau mengharapkan Tuhan membalasnya dengan kenyamanan hidup. Semua itu adalah wujud iman yang tidak tulus ikhlas. Tak heran ada yang mundur dari iman serta meninggalkan Tuhan karena merasa kecewa kepada Dia. Sikap seperti itu tentu saja berbeda dengan Paulus yang melayani dengan hati nurani yang murni (ayat 3a) serta Timotius yang memiliki iman yang tulus ikhlas.
Iman yang tulus ikhlas akan mengarahkan seseorang untuk mengasihi dan melayani Allah, bukan diri sendiri.

SUMBER:
http://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=55&chapter=1&verse=5