DUA JENIS PENCOBAAN


DUA JENIS PENCOBAAN
YAKOBUS 1:12-18

I.PENCOBAAN I (ay 12).
1.Arti ‘pencobaan’ di sini: dari kata ‘bertahan’ dan ‘tahan uji’ dalam ay 12 itu maka harus disimpulkan bahwa pencobaan di sini menunjuk pada kesukaran dan penderitaan.
Tuhan menghendaki kita bertahan / bertekun karena kalau kita sudah tahan uji, maka kita ‘akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia’ (ay 12b).

2. Kita harus memandang pada mahkota kehidupan yang dijanjikan Tuhan. Dengan kata lain, kita harus mengarahkan pandangan kita pada kekekalan / surga. Bandingkan Ro 8:18 – “Sebab aku yakin bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita”.

3. Kita harus mengasihi Tuhan. Kalau kita mengasihi Tuhan maka kita akan kuat menghadapi apapun yang tidak enak, demi Tuhan yang kita kasihi itu!
Karena itu peliharalah kasih saudara kepada Tuhan dengan cara: menjaga persekutuan dengan Dia (saat teduh). Tidak mencintai uang / dunia, karena kalau kita mencintai uang / dunia, kita tidak akan mencintai Tuhan (bdk. Mat 6:24 Yak 4:4 1Yoh 2:15). Merenungkan cinta Tuhan yang Ia tunjukkan melalui kematian Yesus di kayu salib bagi saudara!

II.PENCOBAAN II (ay 13-15).
1) Ay 14-15 berbicara tentang keinginan.
Keinginan tidak selalu merupakan dosa , tetapi ada banyak keinginan yang bersifat dosa, seperti ingin barang orang lain (iri hati), ingin berzinah, ingin membalas kejahatan dengan kejahatan dsb. Keinginan yang berdosa inilah yang dimaksudkan dengan penco¬baan dalam ay 13 ini! Keinginan itu sendiri, sekalipun belum dituruti / dilaksanakan, sudah merupakan dosa!

2. Ay 15a: ‘apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahir¬kan dosa’.
Sebelum keinginan itu dibuahi / dilakukan, itu sudah merupakan dosa, tetapi dosa itu ‘masih dalam kandungan’, artinya dosa itu belum kelihatan. Tetapi pada waktu keinginan itu dibuahi / dilakukan, maka dosanya ‘lahir’ / menjadi kelihatan.
Ay 15b: ‘apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut’. Ayat ini dipakai oleh gereja Roma Katolik untuk mengajar¬kan adanya:
Dosa besar (mortal sin), yang upahnya maut (bahkan bisa menghancurkan keselamatan orang yang sudah selamat). Dosa kecil (venial sin). Yang ini tidak membawa maut, dan tidak diakuipun tidak apa-apa. Ajaran ini tidak alkitabiah, karena sekalipun tingkatan-tingkatan dosa itu memang ada, tetapi setiap dosa yang bagaimanapun kecilnya, upahnya juga adalah maut (Ro 6:23).

3.Kalau demikian, lalu apa artinya ay 15b itu? ‘Dosa itu sudah matang’ tidak menunjuk pada satu dosa saja, tetapi menunjuk pada seluruh kehidupan orang yang berbuat dosa itu. Perlu kita ketahui bahwa Allah punya batas untuk banyaknya dosa yang dilakukan seseorang. Sebelum batas itu tercapai, maka Allah bersabar / menunda penghukuman. Tetapi kalau batas itu sudah tercapai, maka Allah akan menghukum.

4.Sekarang perlu dipersoalkan: apakah pencobaan seperti ini (keinginan yang berdosa) bisa datang dari Allah? Jawabnya ada dalam ay 13, yaitu ‘tidak’!
5.Beberapa alasan yang diberikan Yakobus untuk mendukung pandangannya bahwa Allah tidak memberikan pencobaan jenis ini:
5.1.Allah tidak dapat dicobai (ay 13). Artinya: Allah itu suci / murni dan tidak terpengaruh oleh kecondongan dosa. Karena itu maka tidak mungkin Allah menco¬bai manusia dengan pencobaan jenis ini (memberi keinginan berdosa).
5.2.Allah adalah sumber dan pencipta kebaikan (ay 17a), dan karenanya Ia tidak mungkin memberikan keinginan yang berdosa.
5.3.Bahwa Allah adalah sumber dan pencipta kebaikan, ditunjukkan dengan Ia melakukan kelahiran baru (ay 18). Kata ‘menjadikan’ dalam ay 18 itu seharusnya adalah ‘melahirkan’. NIV: ‘He chose to give us birth’ (= Ia memilih untuk melahirkan kita). NASB: ‘He brought us forth’ (= Ia melahirkan kita).
5.4.Allah adalah Bapa segala terang (ay 17).
Yang dimaksud dengan ‘terang’ adalah pengetahuan ilahi dan kesucian. Semua ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Allah tidak mungkin memberikan keinginan yang berdosa.
5.5.Allah tidak mungkin berubah (ay 17).
Karena itu Ia tidak mungkin sebentar suci, sebentar berdo¬sa, sebentar baik, sebentar jahat dsb. Lagi-lagi ini menunjukkan bahwa Ia tidak mungkin memberikan keinginan yang berdosa.

6.Kalau demikian, keinginan berdosa itu datang dari mana? Jawabnya ada dalam ay 14: dari diri kita sendiri! Ini tidak berarti bahwa ada dosa-dosa yang terjadi tanpa campur tangan setan! Luk 4:13 dan 1Pet 5:8 menunjukkan bahwa setan selalu mencari kesempatan untuk menjatuhkan kita ke dalam dosa. Di sini Yakobus tidak membahas tentang peranan setan terse¬but, karena ia menginginkan supaya kita tidak mencari kambing hitam.

7.Kesimpulan : Kalau kita menghadapi pencobaan dalam bentuk kesukaran / penderitaan, maka kita harus bertahan dan bertekun. Tetapi kalau kita menghadapi pencobaan dalam bentuk keinginan yang berdosa, maka kita tidak boleh mencari kambing hitam, tetapi sebaliknya kita harus mengakui dosa kita dan bertobat! Maukah saudara melakukan hal ini?
SUMBER :
http://www.golgothaministry.org/yakobus/yakobus_04.htm