EGO DAN PENYANGKALAN DIRI

http://www.meditasikristiani.com/doc/the-ego-a.pdf

Kata‐Nya kepada mereka semua: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan menyelamatkannya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri? (Luk 9: 23‐ 26)

Tanda pertama dari ego adalah keinginan untuk menjadi orang penting, misalnya keinginan untuk menjadi nomor satu keinginan untuk menguasai. Lalu ada juga keinginan untuk mendapat sesuatu; ego selalu lebih ingin mendapat daripada memberi atau melepaskan. Ego ingin mempertahankan, melekat, memiliki, tidak mau melepaskan. Ego bernafsu untuk maju, untuk mendapat lebih, menjadi lebih, mengetahui lebih, memiliki lebih. Ego menginginkan untuk menyimpan segala sesuatu walaupun itu merugikan orang lain, dengan kata lain menempatkan diri kita di atas kepentingan orang lain. Sifat egoisme tersebut adalah sifat dari setiap tingkah laku kita baik itu menyangkut sesuatu yang bersifat rohani, fisik dan mental di mana kita mungkin terlibat. Maka sungguh ada suatu bahaya keserakahan rohani, terutama bagi kaum religius. Keserakahan rohani dapat berupa keinginan menjadi suci, memperoleh pengalaman mistik atau menjadi orang kudus, untuk memilikinya, untuk mendapat lebih dan untuk melekat padanya walaupun mungkin merugikan orang lain.

 

Menurut saya inilah yang dihadapi oleh budaya modern, masyarakat kita sekarang ini, karena ego berperan secara berlebihan dalam masyarakat kita. Ego sangat berpengaruh dalam masyarakat melek teknologi baru dan konsumtif, masyarakat yang ingin mengontrol segala sesuatu, dan masyarakat konsumtif yang dikuasai oleh hawa nafsu atau keinginan yang berlebihan. Kita harus mewaspadai budaya seperti itu dengan munculnya spiritualitas yang konsumtif atau spiritualitas teknologi baru, sebuah spiritualitas yang disamakan dengan teknik‐teknik psikologis misalnya. Atau sebuah spiritualitas yang hanya berdasarkan hiburan rohani atau kenikmatan rohani.