Ringkasan Buku “Ego is the Enemy”
(Ditulis Oleh Ryan Holiday)
Pembahasan
Menurut Ryan Holiday, dalam menjalani hidup, kita pasti selalu berada dalam salah satu dari tiga fase, entah itu aspiration (perjalanan kita untuk mencapai sesuatu), success (keberhasilan dalam meraih sesuatu), dan failure (kegagalan). Hal yang jarang kita sadari adalah bahwa ego akan muncul dalam setiap fase dengan berbagai bentuk yang berbeda, menyesuaikan dengan kondisi dan situasi. Namun apakah yang dimaksud dengan ego di sini? Ego yang dimaksud adalah rasa lebih unggul, bahwa saya lebih baik dari pada yang lainnya, dan kepentingan saya jauh lebih berharga dari pada kepentingan orang lain. Kepercayaan semacam ini tidak akan memiliki efek baik kepada diri kita untuk jangka panjang.
Untuk mencari tahu apakah kita melibatkan ego dalam membuat setiap keputusan, kita dapat menanyakan tiga hal ini pada diri kita:
- Apakah kita membutuhkan pengakuan dari orang lain untuk mengkonfirmasi apa yang kita percayai?
- Apakah kita merasa superior tanpa adanya bukti nyata (akan kemampuan atau prestasi yang pernah diraih)?
- Apakah kita merasa berhak atas segala sesuatu seakan dunia berhutang pada kita untuk sesuatu yang telah kita lakukan?
Jika jawabannya adalah iya untuk tiga pertanyaan di atas, mungkin koreksi perlu dilakukan. Karena secara perlahan, ego akan mengubah diri kita menjadi seseorang yang melakukan sesuatu hanya untuk pengakuan dan ketenarannya saja. Dengan ego, kita akan tega untuk mengambil jalan pintas yang dapat menumbangkan orang lain hanya untuk membuat kita tetap berdiri tegak. Memang benar bahwa memupuk rasa percaya pada diri sendiri itu baik, namun kita perlu memeriksa diri setiap saat, apakah rasa ini adalah ego atau percaya diri?
Jika kita ingin tetap berada dalam jalur yang akan membuat kita terus tumbuh dan berkembang, kita harus mengakui bahwa diri kita tidak sempurna. Akan ada sesuatu yang perlu dipelajari di setiap waktu; there’s no end zone to it. Coba untuk selalu rendah hati, kesampingkan ego, kita tidak akan pernah tahu siapa yang akan menjadi guru kita di perjalanan ini. Dan ingat gagal adalah bagian dari proses belajar. Karena kita tidak akan pernah benar-benar belajar sebelum kita gagal. Agar kita tidak berhenti ketika gagal, ingatkan diri kita akan tujuan kita, tujuan yang bersifat lebih besar dari kesuksesan dan kebahagiaan diri kita sendiri.
“Sejarah juga dibuat oleh orang-orang yang selalu melawan ego mereka dalam setiap tikungan, orang-orang yang menghindari sorotan lampu dan meletakkan tujuan mereka di atas nafsu mereka untuk menjadi orang yang dikenal” kata Ryan. Membaca perkatan ini, saya jadi teringat tentang perjuangan para Nabi yang mengajarkan sesuatu yang mulia namun melawan apa yang sudah menjadi norma dan cara hidup masyarakat pada waktu itu. Walaupun ditentang dan dibenci oleh banyak orang, para nabi tetap mendakwahkan nilai-nilai kebenaran, memperjuangkan hak-hak warga yang terpinggirkan. Semoga ringkasan ini bermanfaat, dan saya menyadari bahwa masih banyak hal yang ada di buku yang belum saya sampaikan.