VERITAS 7/2 (Oktober 2006) 241-282
FIRDAUS YANG TERHILANG?:
SUATU STUDI PERBANDINGAN MENGENAI KRISTOLOGI DAN IMAJI PENCIPTAAN BARU DALAM INJIL YOHANES DAN INJIL TOMAS
NINDYO SASONGKO
PENDAHULUAN
Of Man’s first disobedience, and the Fruit of that Forbidden Tree, whose mortal taste brought Death into the World, and all our woe, with loss of Eden, till one greater Man restore us, and regain the blissful Seat —John Milton, Paradise Lost (1667)1
1.Tidak banyak kaum rohaniwan dan mahasiswa teologi yang pernah menyimak Paradise Lost, walaupun syair epik ini merupakan refleksi Kejadian 1-3. Rangkaian kata yang kaya dan kompleks, beragam referensi klasik, dan nilai seni dari pernak-pernik dan dekorasi syair ini diilhami oleh era Renaissance. Dalam pada itu, kompleksnya gaya bahasa mencerminkan kisah hidup sang penulis. John Milton (1608-1674) nampaknya tidak pernah merasakan kehidupan keluarga yang bahagia.
2.Pernikahan pertamanya kandas, demikian pula dengan pernikahan yang kedua dan ketiga. Kegagalan dalam kehidupan itu mungkin disebabkan ketidakmampuan Milton untuk membangun komunikasi yang baik dalam mengarungi biduk kehidupan keluarga yang diwarnai dengan kemiskinan,kebutaan, pengucilan, dan kegagalan.
3.Di titik kehidupan terendah ini Milton menyelesaikan sebuah syair yang bertajuk “justifying the ways of God to men” yang kemudian terbit dengan judul Paradise Lost. Firdaus yang terhilang merupakan bagian dari kisah hidupnya! Namun, Milton tidak berhenti pada kegundahan tertinggi terhadap hilangnya Firdaus, sebab “Satu Orang yang lebih agung” akan datang dan memulihkan manusia.
4.Mungkin pengharapan ini yang pada akhirnya membuahkan syair selanjutnya, Paradise Regained (1671). Firdaus yang terhilang dan Firdaus yang dipulihkan. Satu Pribadi Agung datang memulihkannya. Kapan? Di mana? Apakah Firdaus itu benar-benar ada? Jika benar-benar ada, sudahkah kita menikmati Firdaus baru itu? Keempat Injil kanonik mewartakan kehadiran Kristus sebagai Mesias, Pemimpin Kerajaan Allah; namun kita masih diperhadapkan pada problem apakah Firdaus telah dipulihkan.
5.Injil Yohanes memberikan titik terang tentang imaji6 Firdaus dan penciptaan baru. Marilah membaca sekali lagi kalimat pertama injil keempat. “Pada mulanya adalah Firman; . . . Firman itu adalah Allah . . . Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak satu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan” (Yoh. 1:1-3). Kita langsung mengingat Kitab Kejadian. Aha! Bukankah narator Yohanes mengajak kita membacanya sebagai Kejadian versi baru? Jika demikian, kita sedang berhadapan dengan paparan mengenai penciptaan baru, dan tentu saja Firdaus yang baru.