TEOLOGI SISTIMATIKA
TS 16-GAMBAR DAN RUPA ALLAH
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. (Kej.1:27)
1.Prof. Sung Wook Chung mengartikan diciptakan menurut gambar Allah dalam ketiga pandangan yang menyeluruh, yaitu substantif, relasional, dan fungsional. Substantif dalam arti manusia memiliki akal budi dan kehendak bebas sebagai gambar Allah di dalam manusia yang membedakan manusia dengan binatang (pandangan Agustinus). Luther dan Calvin mengadaptasi posisi Agustinus dan menambahkan bahwa karakteristik- karakteristik moral juga merupakan karakter dari gambar Allah. [Sung Wook Chung, Belajar Teologi Sistematika Dengan Mudah (Bandung: Visi Press, 2011), 46.]
2.Pandangan relasional menyatakan bahwa gambar Allah, bukanlah suatu unsur yang dilimpahkan ke dalam seorang manusia, melainkan merupakan kemampuan manusia untuk menjaga relasi dengan Allah dan orang-orang lain. Pandangan ini dianut oleh teolog-teolog Neo-ortodoks, seperti Emil Brunner dan Karl Barth. Karl Barth secara khusus terkenal karena pendapatnya bahwa manusia-manusia mampu untuk bereksistensi di dalam relasi dengan Allah dan orang- orang lain, khususnya karena mereka diciptakan di dalam gambar Allah Tritunggal yang bersifat relasional. [Ibid., 46]
3.Pandangan ketiga adalah pandangan fungsional yang mulai meraih perhatian pada abad ke-20. Menurut pandangan ini, gambar Allah bukanlah karakteristik dasar atau pun kemampuan umat manusia untuk membangun relasi-relasi, melainkan gambar Allah diwujud nyatakan dalam tujuan atau fungsi manusia untuk menampilkan karya-karya natur Ilahi. Allah memanggil manusia untuk menjadi wakil pengawas atas ciptaan. Dengan demikian, Allah memerintahkan manusia untuk merefleksikan gambar-Nya dengan berfungsi sebagai raja atas ciptaan. [Ibid., 47]
- Ketiga pandangan tersebut secara menyeluruh yaitu substansi, relasional, dan fungsional, merupakan jawaban yang terbaik saat ini untuk menjelaskan arti dari “diciptakan menurut gambar Allah.”
4.1.Secara substansi manusia mewarisi sifat-sifat Allah yang communicable (dapat dikomunikasikan) seperti kekudusan, kebijaksanaan, kebenaran, kasih, dan keadilan. Adam Clarke mengatakan, “Hence man was wise in his mind, holy in his heart, and righteous in his actions” [Adam Clarke’s Commentary mengenai Kejadian 1:26]. Pernyataan tersebut saya terjemahkan sebagai, “Sebab itu, manusia adalah bijak di dalam pikirannya, suci di dalam hatinya, dan benar di dalam tindakannya.”
4.2.Secara relasional, manusia diciptakan dalam gambar Allah Tritunggal yang memiliki persekutuan dalam ke-Tritunggal-an dan kesatuan-Nya. Gambar Allah secara relasional ini, terpancar dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, yang tidak mampu hidup sendiri, tanpa melakukan hubungan sosial. Manusia sebagai makhluk sosial juga berarti bahwa manusia memiliki ketergantungan secara sosial terhadap manusia lainnya.
4.3.Secara fungsional, manusia memiliki peran manajerial atas dunia ini. Manusia dapat dikatakan memiliki jabatan sebagai raja atas dunia ini. Tetapi hal tersebut tidaklah berarti bahwa manusia dapat menggunakan alam semesta secara semena-mena, melainkan hal tersebut berarti manusia harus merefleksikan gambar Allah dalam diri-Nya dengan mengelola alam semesta secara bertanggung jawab bagi kemuliaan Allah pencipta-Nya.
SUMBER:
https://kristantodavid.wordpress.com/2018/02/11/manusia-gambar-dan-rupa-allah/