HARI SABAT UNTUK MANUSIA
MARKUS 2:27
Lalu kata Yesus kepada mereka, Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat.
1.Hari Sabat berkali kali menjadi fokus dan lokus serangan kaum Farisi dan Ahli Taurat kepada Tuhan Yesus dan para murid muridNya. Ketika Tuhan Yesus menyembuhkan orang yang mati tangannya sebelah, maka peristiwa itu memicu pula konflik dengan kaum Farisi. Ada pemahaman dan tafsiran yang berbeda antara Kaum Farisi dan Ahli Taurat dengan Tuhan Yesus. Harus dimengerti bahwa Tuhan Allah yang memberi hukum Hari Sabat seperti dapat dibaca di Keluaran 20:8- Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat (cf Ul.5:12-15). Kaum Farisi dan Ahli Taurat memberi penafsiran dengan menjabarkan menjadi banyak peraturan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan pada hari Sabat. Sekarang disini berdiri Tuhan Yesus yang adalah Allah pemberi hukum Sabat di Perjanjian Lama. Yang benar dan sudah seharusnya Tuhan Yesus pemberi hukum Sabat, maka Dia juga yang paling berhak menafsirkan hukum Sabat. Masalahnya kaum Farisi tidak mengakui Yesus sebagai mesias dan otoritas yang datang dari Allah.
2.Tuhan Yesus bertanya: “Untuk siapa hari Sabat diadakan ?” (ay. 27). Dia juga yang menjelaskan- Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat. Hal ini tidak kita dapati dalam Injil Matius. Hari Sabat adalah suatu hukum ilahi yang kudus; namun kita harus menerima dan memegangnya sebagai suatu hak istimewa dan suatu keuntungan, bukan sebagai sebuah tugas dan sesuatu yang membosankan.
Pertama, Allah tidak pernah merancangnya agar menjadi beban bagi kita, dan oleh karena itu, janganlah kita membuatnya demikian bagi diri kita sendiri. Manusia bukan diciptakan untuk hari Sabat, sebab ia diciptakan sehari sebelum hari Sabat ditetapkan. Manusia diciptakan bagi Allah, bagi hormat serta pelayanan-Nya. Ia bukan diciptakan untuk hari Sabat agar terikat pada hukumnya dan dipisahkan dari apa yang perlu untuk menopang kehidupannya.
Kedua, Allah mengadakan hari Sabat justru untuk membawa faedah bagi kita, jadi kita harus mewujudkan manfaat itu dan mengembangkannya. Allah mengadakannya untuk manusia.
3. Ia justru memerhatikan tubuh jasmani kita dengan menetapkan hukum Sabat itu, supaya tubuh kita mendapat cukup istirahat dan tidak kehabisan tenaga akibat kesibukan dunia yang tiada habis-habisnya itu (Ul. 5:14); supaya hambamu laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti engkau juga. Hari Sabat haruslah ditafsirkan sedemikian rupa agar tidak bertolak belakang dengan maknanya sendiri, yaitu untuk perbaikan, dan bukan untuk perusakan.
4.Ia jauh lebih peduli dengan jiwa kita. Hari Sabat diadakan supaya menjadi hari untuk beristirahat, supaya hanya pekerjaan kudus saja yang dikerjakan, hari untuk bersekutu dengan Allah, hari untuk menaikkan pujian dan mengucap syukur. Sabat adalah melewatkan seluruh waktu di dalamnya, baik bersama-sama orang banyak maupun secara pribadi untuk bersekutu dengan Tuhan. Kita diberikan waktu yang diperlukan untuk menyesuaikan tubuh jasmani dengan jiwa kita dalam pelayanan Allah, supaya keduanya menjadi selaras dalam pekerjaan kudus untuk bersekutu, menyembah dan memuji muji Dia.
5. Apa yang harus kita perhatikan agar tidak membuat kegiatan keagamaan yang sebenarnya ditetapkan Allah sebagai berkat ini menjadi beban, baik bagi diri kita maupun orang lain. Jangan pula kita menambahkan aturan ketat yang tidak masuk akal pada perintah-Nya, atau memuaskan keinginan jahat yang bertolak belakang dengan perintah itu, sebab kalau tidak, kita membuat kegiatan ibadah itu menjadi suatu bentuk penyiksaan diri, padahal seharusnya itu mendatangkan kesenangan hati.
Renungan :
Oleh kaum Farisi , Sabat jadi beban dengan banyak peraturan tidak boleh ini dan itu dan sekarang keadaan sebaliknya terjadi dimana kebanyakan orang dinegara Barat hanya memakai hari minggu untuk istirahat dan bersenang senang, dengan melalaikan ibadah dan pergi ke gereja.
Sebagai orang Kristen yang baik kita hendaknya senantiasa memperhatikan dua sisi dari hari Sabat, ( apakah itu hari ketujuh yaitu Sabtu atau hari pertama yaitu Minggu) untuk manusia beristirahat dan dalam istirahatnya tanpa diganggu kesibukan sehingga dapat bersekutu dengan Tuhan dan pergi ke gereja.