HIKMAT 2

Berelasi dengan Hikmat, Berhikmat dalam Relasi (2)

by Prof Sen Sendjaya

https://www.icc-melbourne.org/icc-blog/post/berelasi-dengan-hikmat-berhikmat-dalam-relasi

Apa itu bijaksana atau hikmat? Bijaksana itu adalah sebuah kapasitas untuk memahami bagaimana menjalani dengan harmonis dalam semua kompleksitas setiap bagiannya.

Definisi di atas secara implisit diberikan oleh Yakobus ketika ia melontarkan pertanyaan retorisnya kepada orang percaya, “Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan” (Yakobus 3:13). Ayat ini adalah ayat kunci untuk kita memahami apa artinya menjadi seorang yang berhikmat.

 

  1. Bijaksana itu terbukti secara konkrit dalam sebuah relasi kita dengan orang lain. Baik dalam keluarga, di gereja, di kantor. Coba amati 7 karakteristik yang Yakobus berikan untuk melukiskan gaya hidup yang baik: murni, pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak, dan tidak munafik. Ini sangat literal implikasinya. Saat Anda melihat sahabat anda sukses, apakah Anda dapat ikut bersukacita dengan dia dengan hati yang murni atau anda diam-diam iri hati terhadap dia? Apakah anda mudah menerima masukan dan kritikan, atau anda mudah tersinggung dan marah bila ada orang yang menunjukkan kesalahan anda? Dan seterusnya.
  2. Bijaksana selalu diikuti dengan kelemahlembutan.Ini yang dimaksud “hikmat yang lahir dari kelemahlembutan” (Yak 3:13) Tidak ada orang bijak yang sombong. Orang bijak selalu rendah hati karena ia tahu, bila ia berhasil, setiap hal yang membuat ia dapat berhasil berasal dari Allah. Dan bila ia gagal, ia tahu bahwa Allah yang berdaulat senantiasa turut campur dalam hidupnya untuk membentuknya serupa Kristus. Orang yang bijak itu rendah hati, karena ia tahu bahwa Allah berdaulat.
  3. Bijaksana itu seorang Pribadi.Berlainan dengan konsep dunia, Alkitab memberitahu kita bahwa bijaksana itu bukan sebuah fakta, ilmu, atau sistem yang abstrak. Bijaksana yang ada di balik semua keteraturan seluruh planet dalam galaksi kita adalah Bijaksana yang telah menjadi daging dan ada di antara kita. Ia ingin berelasi dengan kita. Ia adalah Yesus Kristus, “yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Ia membenarkan dan menguduskan dan menebus kita” (1 Kor 1:30). Jadi bagaimana kita dapat berhikmat? Menuntut ilmu yang abstrak di universitas bukan jawabannya. Memiliki relasi pribadi dengan Kristus Yesus, Sang Hikmat itu, menolong kita menata seluruh relasi dalam hidup kita menjadi harmonis dan indah.