HOMO VIATOR 11

Kajian Tekstual atas Perumpamaan Anak yang Hilang sebagai Metafora Perjalanan (1)

1.Ia (Anak yang hilang setelah habis harta dan timbul bencana kelaparan)  be-kerja sebagai penjaga babi, yaitu suatu peker-jaan  yang  di  masa  itu  hampir  serupa  dengan  status  hamba  sahaya.  Di  dalam  perjuangan  hidupnya,  ternyata  ia  terus  merasa  kelaparan  dan  tidak  ada  yang  membantunya.  Pada  saat  itu,  ia  melakukan  percakapan  dengan  dirinya  sendiri  untuk  mengevaluasi  apa  yang  terjadi.  Hasilnya, ia bertekad kembali ke rumah orang tuanya  untuk  mengaku  salah  dan  meminta  pekerjaan.

2.Setelah  ia  melakukan  perjalanan,  ayahnya  ternyata  bukan  hanya  menerimanya  kembali, dan mengampuni    kesalahannya, namun memberikan jubah, sandal, dan cincin serta menyuruhnya berpesta karena orang pa-tut mengenali kebahagiaan sang ayah yang te-lah mendapatkan  anaknya  kembali.  Namun,  narasi  kemudian  bergeser  menyoroti  respons putra sulungnya yang tidak mampu menerima kehadiran adiknya kembali.

3.Dalam   perumpamaan   Anak   yang   Hilang, terlihat ranah konkret perjalanan yang dimulai dengan  tokoh  perjalanan  itu  sendiri  yaitu  si putra  bungsu.  Karena  prakarsanya,  sekurang-kurangnya  ia  akan  menjalani  perjalanan  yang  memiliki tiga tahap.

3.1.Tahap  pertama  dari  perjalanan  ini  adalah  se-mua hal yang terjadi ketika ia berada di rumah ayahnya. Dalam tahap pertama dari perjalan-an ini terlihat beberapa hal yang kentara pada ranah konkret  perumpamaan  ini.  Kesatu,  si bungsu memiliki  pilihan  dan  berani  mengam-bil inisiatif. Di masa itu, pilihan ini merupakan penyimpangan  besar  dari  apa  yang  seorang ayah  inginkan  atau  rindukan  dari  putranya yaitu  berdiam  di  sekitar,  belajar  dari  nya,  dan  kemudian melanjutkan pekerjaannya  .41 3.2.Kedua, ia memiliki impian atau destinasi yang ia ingin-kan dalam proses perjalanan tersebut.

3.3.Ketiga, ia mampu mengeksekusi pelaksanaan dari apa yang telah direncanakannya.

4.Hal yang tersembunyi dari perjalanan pertama di  dalam  teks  ini  adalah  sebagai  berikut.

4.1.Ke-satu, si bungsu melakukan tindakan yang, me-nurut  budaya  Yahudi  pada  zaman  itu,  dipan-dang  sebagai  hal  yang  tidak  pantas.  Dengan  meminta  harta  warisan  dan  pergi  meninggal-kan  keluarganya  berarti  ia  telah  mengambil  harta  yang  semestinya  digunakan  untuk  me-melihara  hidup  sang  ayah  di  hari  tua  dan  Dalam masyarakat agraria pada zaman itu, pertanian adalah  pekerjaan  yang  dinilai  sangat  tinggi sehingga  me-ninggalkan  pekerjaan  tersebut  sama  dengan  menghilang-kan  sikap  respek  masyarakat  atau  sebaliknya  membawa malu  kepada  keluarga.

4.2.Kedua, dengan me-ninggalkan keluarganya berarti i  a   telah meng-abaikan pendapat ayahnya yang mungkin me-nasihatinya mengenai  pilihannya  yang buruk. Bahkan,   tindakannya   yang   berani   tersebut menunjukkan  bahwa  ia  telah  memilih,  bukan  hanya untuk meninggalkan keluarganya secara fisik, namun juga memutuskan hubungan psi-kologis dengan  keluarga  dan  masyarakat  dari  mana ia berasal.43 Dengan demikian, si bungsu juga telah mempersiapkan diri untuk tidak lagi diakui sebagai anak oleh ayahnya.44

SUMBER:

Perjalanan Spiritual Homo Viator: Studi Komparatif Serat Jatimurti dengan Perumpamaan tentang Anak yang Hilang (Luk. 15:11–32)

https://ojs.seabs.ac.id/index.php/Veritas/article/view/465/400

Robby Igusti Chandra Sekolah Tinggi Teologi Cipanas,

Korespondensi: Robbycha@yahoo.com