Kajian tekstual terhadap Metafora Perjalanan dalam Serat Jatimurti
Metafora mengenai perjalanan dan lokasi yang harus ditempuh.
1.Kalimat pertama dalam Serat Jatimurti menya-takan, : “Sesungguhnya ada realitas yang sungguh dan ada realitas yang tidak sungguh. Apa yang ada memang dari semula sudah ada. Apa yang tidak ada memang tidak ada.” Kalimat per-tama ini adalah kalimat yang multi tafsir dan abstrak. Kemungkinan penerjemahanyang lain adalah “Sesungguhnya ada eksistensi yang sejati dan ada eksistensi yang tidak asli. Apa yang ada itu memang dari semula ya eksis, yang tidak eksis, ya, memang tidak eksis.”.
2.Jadi, dengan kalimat ini Serat Jatimurti meng-ajarkan bahwa ada suatu realitas yang utama atau paling pokok dan sesungguhnya. Sebagai bandingnya disampaikan tentang adanya suatu realitas yang tidak sungguh, atau asli. Selanjut-nya, dalam Serat Jatimurti ditunjukkan bahwa hanya Allah yang merupakan realitas. Istilah yang digunakan untuk menunjukkan Allah bukanlah istilah Gusti, Hyang Manon, atau Tuhan, namun Allah.
3.Jadi realitas yang utama adalah Allah sendiri. Hal ini memang selaras dengan agama yang dianut Soedjonoredjo yaitu agama Islam.34Melanjutkan paparannya tentang realitas di atas, Soedjonoredjo menggunakan sekurang-nya ada tiga metafora untuk menjelaskan apa yang manusia harus lakukan dalam realitas yang bersifat fluktuatif, berubah, sementaraserta tidak sungguh tersebut. Soedjonoredjo menuliskan, : “Dunia adalah jalan, harus dijalani semestiya. Apa yang dila-lui tidak patut jadi tujuan. Siapa yang melalui jalan itu harus menyadari bahwa apa yang di depan akan dihampiri lalu dilewati saja.”
4.Kemudian, sang pengarang karya ini mema-parkan adanya tiga alam di mana manusia harus datangi, masuki, dan lalui, yaitu alam garis, alam bidang atau permukaan, dan alam jirim atau material. Oleh Soedjonoredjo, ke-tiga metafora di atas dikaitkan dengan sebuah tangan, yaitu ada garis tangan, ada telapak tangan, dan ada keseluruhan tangan. Jadi manusia seakan makhluk kecil sebesar titik
yang berjalan di tangan yang sangat raksasa. Sejauh yang pernah diteliti, metafora tangan sebagai realitas wadah di mana para manusia berada belum pernah dikenal luas walaupun Hui Fan pernah melakukan studi mengenai metafora atau alegori tangan dalam budaya Tionghoa.3
SUMBER:
Perjalanan Spiritual Homo Viator: Studi Komparatif Serat Jatimurti dengan Perumpamaan tentang Anak yang Hilang (Luk. 15:11–32)
https://ojs.seabs.ac.id/index.php/Veritas/article/view/465/400
Robby Igusti Chandra Sekolah Tinggi Teologi Cipanas,
Korespondensi: Robbycha@yahoo.com