Kajian tekstual terhadap Metafora Perjalanan dalam Serat Jatimurti
Perjalanan di Alam Bidang (2)
1.Selepas alam garis, manusia dapat memasuki, hidup, dan bahkan berjalan melalui alam yang kedua yaitu alam bidang. Metafora alam bidang menunjukkan bahwa, alam ini lebih luas, punya ruang, dan memberi lebih banyak kebebasan bagi mereka yang berada di sana. Metafora yang dipergunakan adalah telapak tangan di mana telapak itu merupakan suatu bidang yang memiliki berbagai garis. Alam bidang lebih luas dari alam garis, karena di alam bidang bukan hanya ada depan dan belakang, tapi juga terdapat kiri dan kanan.
2.Serat Jatimurti juga memaparkan bahwa alam kedua ini terdiri dari sejumlah besar garis, danbahkan masih terhubung dengan alam gariskarena bidang datar atau permukaan terdiri dari garis-garis. Manusia yang berjalan di alam.bidang ini hanya mengikuti keinginan atau intuisi mereka. Persepsi inderawi mereka berperan untuk menentukan apa yang bernilai dan tidak. Mereka bukan hanya dapat maju atau mundur, namun berani melangkah atau menyimpang ke kiri atau ke kanan. Namun, bila pada suatu saat mereka tidak dapat ber-gerak lagi entah ke depan dan ke belakang atau ke kiri dan ke kanan, mereka akan berhenti. Hal ini terjadi misalnya, ketika me-reka berada di tepi telapak tangan.
3.Dalam menggambarkan keluasan alam bidang ini dan kebebasan manusia menikmatinya, Soedjono-redjo juga menekankan bahwa di alam kedua ini manusia tidak dapat bergerak ke atas atau ke bawah. Ia berkata, “karena dalam alam bidang tidak ada arah ke atas atau ke bawah.”
4.Analisis linguistik kognitif terhadap metaforaini mengidentifikasikan hal yang disembunyi-kan dan ditonjolkan. Hal yang ditonjolkandalam bagian ini adalah sebagai berikut.
4.1.Pertama, sebagai pemeran perjalanan di tahap ini, manusia sebagai Homo Viator terdorong untuk mencoba bergerak ke luar dari satu jalur atau garis yang dimengertinya sebagai realitas. Jadi Homo Viator di tahap ini berperan sebagai manusia yang berani mencari jalannya sendiri se lain menyesuaikan diri dengan mengikuti arus.
4.2.Kedua, jalur perjalanan merupakan apa yang ada di persepsi manusia yaitu bidang da-tar yang terlihat. Mereka tidak berani bermain di tepi bidang, apalagi menelusuri bidang yang ada di bawah bidang mereka.
4.3.Ketiga, tujuan perjalanan yang dianggap patut adalah maju ke arah yang mereka sukai.
5.Hal yang disembunyikan dalam perjalanan ini adalah
5.(1) kemampuan manusia untuk menya-dari perjalanannya;
5.(2) kemampuan manusia untuk melewati batas akhir yang mereka pa-hami; dan
5.(3) halangan untuk maju terletak pa-da dorongan hati manusia mengikuti kehendak diri sendiri saja sebagai Homo Viator di tahap ini.
SUMBER:
Perjalanan Spiritual Homo Viator: Studi Komparatif Serat Jatimurti dengan Perumpamaan tentang Anak yang Hilang (Luk. 15:11–32)
https://ojs.seabs.ac.id/index.php/Veritas/article/view/465/400
Robby Igusti Chandra Sekolah Tinggi Teologi Cipanas,
Korespondensi: Robbycha@yahoo.com