HOMO VIATOR 8

Kajian tekstual terhadap Metafora Perjalanan dalam Serat Jatimurti

Perjalanan di Alam Bidang (2)

1.Selepas alam garis, manusia dapat memasuki, hidup, dan bahkan berjalan melalui alam yang kedua   yaitu   alam bidang. Metafora   alam bidang  menunjukkan  bahwa,  alam  ini  lebih  luas, punya ruang, dan memberi lebih banyak kebebasan  bagi  mereka  yang  berada  di  sana. Metafora yang  dipergunakan  adalah  telapak  tangan  di  mana  telapak  itu  merupakan  suatu bidang   yang   memiliki   berbagai   garis.   Alam bidang  lebih  luas  dari  alam garis,  karena  di  alam bidang bukan  hanya  ada  depan  dan  belakang,  tapi  juga terdapat kiri dan kanan.

2.Serat Jatimurti  juga  memaparkan  bahwa  alam  kedua ini terdiri dari sejumlah besar garis, danbahkan  masih  terhubung  dengan  alam gariskarena  bidang  datar  atau  permukaan  terdiri  dari garis-garis. Manusia yang berjalan di alam.bidang  ini  hanya  mengikuti  keinginan  atau  intuisi   mereka.   Persepsi   inderawi   mereka   berperan untuk menentukan apa yang bernilai dan  tidak.  Mereka  bukan  hanya  dapat maju atau  mundur,  namun  berani  melangkah  atau  menyimpang  ke  kiri  atau  ke  kanan.  Namun, bila  pada  suatu  saat  mereka  tidak  dapat  ber-gerak  lagi  entah  ke  depan  dan  ke  belakang  atau   ke   kiri   dan   ke   kanan,   mereka   akan   berhenti. Hal  ini  terjadi  misalnya, ketika me-reka  berada  di  tepi  telapak  tangan.

3.Dalam menggambarkan keluasan alam bidang ini dan kebebasan manusia menikmatinya, Soedjono-redjo juga menekankan bahwa di alam kedua ini manusia tidak dapat bergerak ke atas atau ke bawah.  Ia  berkata,  “karena dalam alam bidang tidak ada arah ke atas atau ke bawah.”

4.Analisis linguistik kognitif terhadap metaforaini  mengidentifikasikan  hal yang  disembunyi-kan  dan  ditonjolkan.  Hal  yang  ditonjolkandalam   bagian   ini   adalah   sebagai   berikut.

4.1.Pertama, sebagai pemeran perjalanan di tahap ini,  manusia  sebagai  Homo  Viator  terdorong untuk mencoba bergerak ke luar dari satu jalur atau garis yang dimengertinya sebagai realitas. Jadi Homo Viator di tahap ini berperan sebagai manusia yang berani mencari jalannya sendiri se  lain  menyesuaikan  diri  dengan  mengikuti  arus.

4.2.Kedua, jalur  perjalanan  merupakan  apa  yang ada di persepsi manusia yaitu bidang da-tar yang terlihat. Mereka tidak berani bermain di tepi bidang, apalagi menelusuri bidang yang ada  di  bawah  bidang  mereka.

4.3.Ketiga, tujuan perjalanan  yang  dianggap  patut  adalah  maju  ke arah yang mereka sukai.

5.Hal  yang  disembunyikan  dalam  perjalanan  ini  adalah

5.(1) kemampuan manusia untuk menya-dari  perjalanannya;

5.(2)  kemampuan  manusia  untuk  melewati  batas  akhir  yang  mereka  pa-hami; dan

5.(3) halangan untuk maju terletak pa-da dorongan hati manusia mengikuti kehendak diri sendiri saja sebagai Homo Viator di tahap ini.

SUMBER:

Perjalanan Spiritual Homo Viator: Studi Komparatif Serat Jatimurti dengan Perumpamaan tentang Anak yang Hilang (Luk. 15:11–32)

https://ojs.seabs.ac.id/index.php/Veritas/article/view/465/400

Robby Igusti Chandra Sekolah Tinggi Teologi Cipanas,

Korespondensi: Robbycha@yahoo.com