HOMO VIATOR 13

Kajian Tekstual atas Perumpamaan Anak yang Hilang sebagai Metafora Perjalanan (3)

10.Tahap  keempat  dalam  perjalanannya  adalah  saat perjumpaan  dan  penyatuan  dirinya  kem-bali dengan ayahnya. Aspek-aspek yang diton-jolkan adalah sebagai berikut. Sang ayah yang dari kejauhan sudah melihat si bungsu, berlari mengejarnya, merangkul dan mencium si anak yang tanpa status, bau, lapar, dan telah meng-habiskan harta orang tuanya. Tindakan lanjut-an  sang  ayah  adalah  memberikan  cincin se  -bagai lambang  kuasa,  jubah  yang  merupakan  lambang  status,  dan  sepatu  sebagai  lambang  kelayakan serta perlindungan hidup.46

11.Kesim-pulan yang dapat ditarik dari semua penekan-an di  atas  adalah  bahwa sang ayah  memberi  -kan pengampunan, penerimaan, dan anugerah yang  tanpa  syarat  (unconditional  grace)   bagi putera bungsunya yang telah kembali.Berikut  ini  beberapa  hal  yang  tersembunyi  di  dalam  perjalanan  keempat. Sang  ayah  lebih menekankan  rekonsiliasi  dalam  relasi  dengan anaknya  daripada  membuat perhitungan  ataspilihan dan  tindakan  yang  salah  serta  konse-kuensi dari tindakan anaknya. Sang ayah tidak hanya  memberikan  makanan  yang  sangat  di-butuhkan  anaknya,  namun  juga  penerimaan  tanpa syarat, status yang dipulihkan, kuasa ba-ru, perlindungan, serta tugas yang baru.

12.Dari semua kajian linguistik kognitif terhadap perjalanan  spiritual  dari  si  anak  yang  hilang  terlihat pada ranah abstrak adanya suatu pro-ses  yang  sulit.

12.1.Pertama,  si  anak  yang  hilang  harus  melangkah  dalam  proses  transformasi diri  ketika  terpanggil  kembali  untuk  memilih berada  dekat  pada  ayahnya  daripada  berada  sendiri  di  tempat  yang  ia  pilih  sebelumnya. Dalam ranah konkret hal ini dipaparkan bah-wa,  ketika  ia  berangkat,  bekalnya  melimpah. Sebaliknya, ketika memutuskan untuk pulang kembali,   ia   harus   menanggung   kelaparan, ketiadaan harta  milik  apa  pun,  bahkan  tidak  mengenakan   sepatu   sebagaimana   layaknya seorang  pemelihara  babi  di  masa  itu.  Selain  itu, dari kata-kata pada dirinya sendiri, ia tiba pada  kesadaran  atas  dosa  atau  tindakannya yang menyimpang dari harapan ayah baginya. Proses tersebut membutuhkan tekad yang ku-at  dan  kesediaan  membayar  harga.

12.2.Kedua,  dari  saat  memutuskan  kembali  pulang  dan  selama  perjalanan,  ia  akan  bergumul  dengan  kemungkinan mengalami penolakan dari ayah atau  keluarganya.  Menelusuri  perumpamaan dari  pendekatan  ini  akan  memberikan  penje-lasan mengenai segala tantangan dan hambat-an ketika seorang  yang  memutuskan  mende-kat  pada  Tuhan  dengan  menapaki perjalanan spiritual.

SUMBER:

Perjalanan Spiritual Homo Viator: Studi Komparatif Serat Jatimurti dengan Perumpamaan tentang Anak yang Hilang (Luk. 15:11–32)

https://ojs.seabs.ac.id/index.php/Veritas/article/view/465/400

Robby Igusti Chandra Sekolah Tinggi Teologi Cipanas,

Korespondensi: Robbycha@yahoo.com