IA MENENGADAH KELANGIT

IA MENENGADAH KELANGIT

“Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: ‘Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah AnakMu, supaya AnakMu mempermuliakan Engkau”.(Yoh.17:1)

 

1.Postur tubuh berbicara tentang sesuatu atau mengkomunikasikan sesuatu .  Tuhan Yesus dalam bacaan kita dikatakan, “menengadah kelangit”. Ini juga mempunyai arti dan makna tersendiri. Melaluinya mau dikatakan bahwa Tuhan Yesus saat itu berada dibumi sebagai manusia dalam segala keterbatasannya, sedangkan yang diatas langit menunjuk kepada Allah Bapa yang maha kuasa.

Bandingkan dengan kalimat pertama dari Doa Bapa Kami: ‘Bapa kami yang di sorga’. Sekalipun Allah itu maha ada / tak terbatas tempat, tetapi surga adalah tempat dimana Ia paling hadir / menyatakan diriNya dengan paling mulia. Bandingkan dengan Maz 123:1-2 – “KepadaMu aku melayangkan mataku, ya Engkau yang bersemayam di sorga. Lihat, seperti mata para hamba laki-laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita”.

 

2.Tetapi bagaimanapun, sikap / posisi tubuh seperti ini (menengadah ke langit) bukanlah suatu keharusan, dan ini terlihat pada kesempatan yang lain Yesus berdoa dengan bersujud (Mat 39:26) atau merebahkan diri ke tanah (Mark 14:35). Mat 39:26 (KJV): ‘fell on his face’ (= jatuh pada mukaNya).

Pemungut cukai dalam perumpamaan Yesus tentang 2 orang yang pergi ke Bait Allah untuk berdoa, tidak berani menengadah ke langit (Luk 18:13), tetapi doanya dikabulkan oleh Allah.  Yang terpenting dalam berdoa bukanlah posisi tubuh secara lahiriah, tetapi sikap hati!

 

3.‘Bapa, telah tiba saatnya’.   Yang Ia maksudkan adalah saat untuk mati.

Matthew Poole:  yaitu, saat penderitaanKu, saat dimana Engkau telah menentukan bahwa Aku harus mati) – hal 367. Ini menunjukkan bahwa setiap hal dalam kehidupan Yesus, bahkan setiap peristiwa dalam sejarah, telah ditetapkan saatnya.   William Hendriksen:  Ungkapan ‘telah tiba saatnya’ menunjukkan sekali lagi bahwa Yesus sadar akan fakta bahwa untuk setiap peristiwa dalam drama penebusan yang hebat itu (ya dan untuk setiap peristiwa yang pernah terjadi dalam sejarah) ada saat yang ditetapkan dalam ketetapan kekal] – hal 348.

 

4.‘permuliakanlah AnakMu, supaya AnakMu mempermuliakan Engkau’.

4.1.‘permuliakanlah AnakMu’.   Poole (hal 367) beranggapan bahwa di sini Yesus meminta Bapa memuliakan diriNya dengan cara membangkitkanNya dari kematian, lalu menaikkanNya ke surga, atau dengan menolongNya untuk bisa meminum cawan murka Allah.     F. F. Bruce (hal 329) mengatakan bahwa berbeda dengan banyak orang lain, Yesus mencari kemuliaan / hormat hanya dari Allah.  Bandingkan dengan:   Yoh 5:41 – “Aku tidak memerlukan hormat dari manusia”.     Sekalipun kemuliaan Anak jelas merupakan ketetapan Allah, tetapi Kristus tetap berdoa untuk hal itu.

 

4.2.Sekalipun kita tahu bahwa setan sudah ditetapkan untuk dihukum (Mat 8:29  Yudas 6), tetapi kita tetap harus berjuang melawannya dan berdoa untuk menentang segala pekerjaannya. Sekalipun Allah berjanji mencukupi kebutuhan hidup kita (Mat 6:25-34) tetapi kita tetap wajib berdoa untuk itu (Mat 6:11). Sekalipun kita tahu bahwa kita tidak bisa kehilangan keselamatan kita (Yoh 10:27-29), kita tetap harus berjuang dengan takut dan gentar (Fil 2:12).

 

5.‘supaya AnakMu mempermuliakan Engkau’.

William Hendriksen:  Pada waktu Yesus menambahkan: ‘supaya AnakMu mempermuliakan Engkau’, Ia menunjukkan bahwa doaNya bukanlah merupakan doa yang egois. Yesus menginginkan untuk dipermuliakan supaya melalui kemuliaanNya Ia bisa mempermuliakan Bapa) – hal 349.

Kita boleh saja berdoa supaya mendapatkan penghasilan yang lebih besar, jabatan yang lebih tinggi, gelar yang lebih hebat, selama kita tidak meminta hal-hal itu semata-mata demi kemuliaan diri kita sendiri, tetapi kita ingin supaya melalui semua itu kita bisa lebih memuliakan Allah. Ingat bahwa ‘memuliakan Allah’ harus menjadi tujuan hidup setiap orang beriman (1Kor 10:31).

 

6.Dalam berdoa kita boleh menengadah kelangit atau juga postur tubuh yang lain sejauh itu mengkomunikasian perasaan hormat dan memuliakan Tuhan Allah Bapa kita. Yang lebih penting lagi jangan lupa dengan isi doa kita. Kita beleh meminta untuk kepentingan kita tetapi juga patut diingat biarlah semuanya kembali menjadi  kemuliaan nama Allah Bapa.

 

SUMBER:

http://www.golgothaministry.org/yohanes/yohanes-17_1-5.htm