IMAN DALAM HUBUNGAN


IMAN DALAM HUBUNGAN
2Kor 6:11—7:1

Orang yang telah menerima anugerah Kristus, tentu saja seharusnya tidak lagi bermain-main dengan dosa. Anugerah Tuhan harus direspons dengan hidup yang berpadanan dengan anugerah itu, yakni benar dan kudus.

Dalam nas ini, Paulus menantang mereka untuk memisahkan diri dari pengaruh orang-orang yang tidak memercayai Allah (6:14). Dari sisi kehidupan sosial, jemaat Korintus yang merupakan kelompok minoritas, seharusnya menjalin ikatan dengan orang-orang sekitar agar hidup mereka aman. Tetapi Paulus memperingatkan bahayanya hidup terlalu dekat dengan orang-orang yang tidak percaya. Ia meminta mereka untuk memeriksa kembali kedekatan mereka dengan dunia (6:15-16).

Bagian ini seringkali diterapkan pada masalah memilih teman hidup atau rekan bisnis. Paulus memang menentang pernikahan dengan orang yang berbeda iman (1Kor. 7:39), dan orang memang harus berhikmat dalam menjalin rekanan bisnis. Tetapi fokus Paulus di sini adalah hubungan yang dapat membuat orang jadi tidak percaya kepada Kristus, misalnya yang berkaitan dengan penyembahan berhala. Paulus ingin mereka menjauhkan diri dari praktek-praktek semacam ini. Sebagaimana terang dan gelap tidak bisa bersatu, demikianlah orang beriman dan orang tidak beriman. Allah berdiam di antara umat-Nya dan menjadikan mereka bait-Nya (6:16). Karena itu mereka bertanggung jawab untuk membersihkan diri dari segala sesuatu yang dapat membuat mereka tercemar oleh dosa, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Tujuannya adalah mencapai kekudusan (7:1).

Bagaimana dengan kita, yang hidup di negeri yang penuh dengan keragaman ini? Tentu saja kita tidak boleh mengasingkan diri dan menjadi eksklusif. Namun jangan jadikan iman mereka sebagai iman kita. Pemahaman yang dangkal akan iman Kristen dapat membuat kita menyerap pemahaman iman orang-orang di sekitar kita. Ini bahaya! Karena itu, baca Alkitab dan pelajari kebenaran di dalamnya!

PENDALAMAN AYAT
Wycliffe: 2Kor 6:17–7:1
3) Sintesis: Taatlah dan Hidup (6:17-7:1).
17. Sebab itu (dio) senantiasa mengawali sebuah kesimpulan (seperti dalam 2:8; 4:13, 16; 5:9, 12:10). Perintah dalam bentuk aoris dalam keluarlah … pisahkanlah … janganlah menjamah menggarisbawahi mendesak dan menentukannya tindakan yang dimaksud. Yang dikutip adalah Yesaya 52:11 (bdg. Why. 18:4). Jenis kelamin dari najis tidak jelas, bisa maskulin bisa pula netral. Tentang pemisahan diri dari yang jahat lihat Roma 13:11-14; Efesus 5:3-14; I Petrus 2:9-12; 4:1-5; I Yohanes 2:15-17. Aku akan menerima kamumengawali janji pertama dari tiga janji (bdg. Yeh. 20:34). Allah tidak mungkin dengan penuh kasih menjamu orang-orang yang dengan sadar dan rela terlibat di dalam kejahatan. 18. Dua janji yang dikutip di dalam ayat ini (berlandaskan pada nas-nas seperti II Sam. 7:8, 14; Yes. 43:6; Hos. 1:10) melukiskan bagaimana janji-janji yang semula diperuntukkan bagi bangsa Israel sekarang diperuntukkan bagi orang-orang Kristen. Untuk ilustrasi selanjutnya mengenai prinsip ini bandingkan Keluaran 19:5 dengan I Petrus 5:9, 10; Hosea 1:10dengan Roma 9:25; Yeremia 31:31-34 dengan Ibrani 8:8-12.

Wycliffe: 2Kor 7:1 – Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu // itu // janji-janji // Marilah kita menyucikan diri // menyempurnakan kekudusan, // takut
7:1. Di sini disajikan kesimpulan dari khotbah pendek sang rasul (6::11-7:1). Dia memberikan penyebab, perintah dan akibatnya. Saudara-saudaraku yang kekasih, karena kita sekarang memiliki janji-janji itu mengemukakan penyebab. Kata itu cukup tegas di dalam bahasa aslinya – janji-janji yang baru saja disebutkan. Marilah kita menyucikan diri.Bentuk waktu aoris menjadikan tindakan ini mutlak menentukan dan final (bdg. I Kor. 6:11). Tentang “menyucikan diri” lihat Ibrani 9:14; I Yohanes 1:7, 9; lihat juga Efesus 5:26; Titus 2:14. Kesimpulannya, menyempurnakan kekudusan, menekankan kenyataan bahwa proses ini sifatnya berkesinambungan; sebab epiteleo, “menyempurnakan, menyelesaikan, melaksanakan” (Arndt) di sini digunakan dengan memakai waktu sekarang. Tentang takut di dalam kehidupan orang percaya, lihat Kisah Para Rasul 9:31; Efesus 5:21; Filipi 2:12; I Timotius 5:20: I Petrus 1:17; 3:15.

SUMBER:
http://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=47&chapter=7&verse=1