JANGAN MEMBUAT JIMAT


JANGAN MEMBUAT JIMAT
1 Sam 4:1-22

1.Kekalahan Israel terjadi karena mereka berdosa terhadap Tuhan. Para pemimpin mereka telah melecehkan Tuhan dengan menajiskan ritual kurban di rumah Tuhan. Mereka memang kemudian menyadari bahwa kekalahan mereka (ayat 2) disebabkan Tuhan tidak menyertai mereka (ayat 3).
Mereka berpikir jika tabut perjanjian Allah dibawa ke medan perang, pasti Allah akan memenangkan mereka (ayat 3). Dengan mengusung Tabut Perjanjian ke medan perang, mereka sudah merendahkan lambang kehadiran Allah itu. Mereka menyamakan Tabut Perjanjian dengan berhala bangsa bangsa sekitar mereka yang biasa diusung untuk ikut berperang. Bangsa tadi memang percaya bahwa saat mereka berperang, dewa mereka pun ikut berperang melawan dewa musuh. Kalau dewa mereka menang perang, berarti mereka pun akan menang.

2.Dari perspektif teologi PL, hal pemberian kemenangan bagi Israel dalam peperangan bersangkut paut dengan kedaulatan dan kekudusan Allah sendiri, serta ketaatan umat. Kekalahan adalah hukuman Tuhan. Kekalahan Israel yang dahsyat menjadi bukti ketidakberkenanan Allah (ayat 10-11). Melalui peristiwa ini pula firman Tuhan mengenai penghukuman terhadap Eli dan keluarganya digenapi (ayat 11-22). Istri Pinehas memberikan kesimpulan yang tepat: dengan berbuat demikian, justru Israel kehilangan kemuliaan (ayat 21- 22).
Allah tidak dapat diatur-atur, apalagi dipermainkan. Menurut laporan yang disampaikan oleh seorang prajurit yang luput dari pertempuran kepada Imam Eli: “Orang Israel melarikan diri…, kekalahan yang besar telah diderita…, kedua anakmu Hofni dan Pinehas, telah tewas, dan tabut Allah sudah dirampas” (ayat 17). Tepat kalau kekalahan Israel terjadi karena ikabod, kemuliaan Allah, meninggalkan Israel.

3.Apa yang dilakukan Israel mirip dengan apa yang sering dilakukan Kristen masa kini. Kadang “klaim” akan janji Tuhan berubah menjadi pemerasan terhadap Allah: kita menjebak Allah dengan menaruh janji firman tertentu untuk menghadapi masalah kita. Kita anggap Allah pasti tidak mau dipermalukan karena janji-Nya “tidak digenapi.” Padahal, upaya jebak-paksa rohani ini sering berakar dari pengertian salah tentang janji atau firman tersebut. Seharusnya Kristen selalu ingat bahwa Allah tidak bisa dipaksa.

4.Mengapa Tuhan membuat kita kalah?
Itulah pertanyaan yang muncul ketika Israel dikalahkan Filistin. Pertanyaan yang tepat sekali bila membuat mereka introspeksi, merendahkan diri di hadapan Allah dan bertobat. Kesimpulan mereka sebenarnya sudah benar. Mereka kalah sebab Tuhan tidak menyertai. Namun jalan keluar yang diambil salah besar. Mereka berpikir tabut sebagai lambang kehadiran Tuhan sama dengan kehadiran Tuhan sendiri. Perbuatan mereka selanjutnya lebih parah lagi; menjadikan tabut semacam jimat. Tentu saja mereka kalah untuk kedua kalinya. Banyak korban berjatuhan terutama anak-anak Eli yang jahat dan Eli sendiri.

5.Renungkan: Ada orang Kristen yang salah memahami penyertaan Tuhan. Misalkan: ketika seseorang ingin melewati kuburan yang dianggap angker, dia akan membawa Alkitab atau kalung salib. Seandainya dia tidak membawa Alkitab atau kalung salib, masih beranikah dia melewati kuburan angker?
Jangan menjadikan Alkitab, Salib , roti dan anggur perjamuan dan tanda tanda Kristen lainnya sebagai jimat. Benda benda tersebut tidak ada apa apanya, atau kalau itu di ilahikan kita sudah melanggar Hukum kedua.Wujudkan hidup kudus dimana segenap dosa cepat diselesaikan,itu adalah hidup yang berkenan kepada Tuhan sehingga tidak ada halangan Tuhan menyertai perjalanan hidup dan mencurahkan berkatNya atas kita sekalian.