JEMAAT YANG PANTAS DITELADANI
1 TESALONIKA 1:1-10
Kebanggaan Paulus terhadap jemaat di Tesalonika terlihat jelas. Di jemaat ini ada iman, kasih, dan pengharapan (ayat 3). Inilah jemaat yang terbuka menerima Injil dengan penuh sukacita, justru di saat-saat penindasan (ayat 6). Sukacita dan nilai-nilai Injil yang luhur tidak dinikmati sendiri, tetapi tumpah dan memancar keluar sehingga dikenal dan dinikmati banyak orang. Inilah jemaat yang misioner, kota yang di atas bukit sehingga banyak orang mengenal dan memuliakan Tuhan karena mereka. Injil memancar di seluruh wilayah Makedonia dan Akhaya (ayat 8-9).
Paulus memuji jemaat Tesalonika. Namun, pujian Paulus ini tidak mutlak ditujukan kepada jemaat, untuk kemuliaan jemaat, karena tujuan pujian itu untuk kemuliaan nama Tuhan. Segala ucapan syukur hanya tertuju kepada Allah (ayat 1). Sikap Paulus ini memberikan pelajaran penting bagi kita: [1] Paulus menunjukkan sikap seorang hamba Tuhan yang begitu memperhatikan perkembangan jemaat Tuhan; [2] kita diajak untuk mengakui bahwa sedikit sekali pemimpin jemaat yang memberikan pujian kepada jemaat yang diasuhnya. Kita lebih sering mendengar kritikan tajam dan kecaman pedas, analisis semua kekurangan dan kelemahan secara gamblang.
Tidak dapat disangkal bahwa tidak ada jemaat sempurna. Tetapi masih banyak potensi positif yang dimiliki oleh gereja sebagai tubuh Kristus. Tuhan telah mempergunakan gereja sebagai alat-Nya dan begitu banyak orang yang telah menikmati hasil karya gereja. Begitu banyak orang yang telah menikmati ketenangan dan kedamaian hati; menemukan oase di tengah-tengah padang pasir yang kering. Dengan tidak menutup mata terhadap semua kekurangan, adalah berdosa terhadap Roh Kudus kalau kita mengatakan sampai hari ini gereja tidak pernah berbuat apa-apa.
Renungkan: Kelebihan gereja bukan terletak pada orang yang ada di dalamnya tetapi terletak pada Kristus kepala gereja. Oleh sebab itu sebagai pujian jemaat akhirnya harus bermuara kepada Tuhan.
SUMBER :
http://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=52&chapter=1&verse=1
IMAN, PENGHARAPAN DAN KASIH
1 TESALONIKA 1:1-10
Frase “pekerjaan iman”, “usaha kasih”, dan “ketekunan pengharapan” itu menunjukkan bahwa iman, kasih, dan pengharapan jemaat Tesalonika bukanlah iman, kasih, dan pengharapan palsu, melainkan iman, kasih, dan pengharapan yang sungguh-sungguh nyata dan sejati. Kenyataan itu membuat Paulus yakin bahwa Allah telah memilih mereka (ay. 4).
1. Pekerjaan Iman
Paulus senantiasa mengingat pekerjaan iman jemaat Tesalonika. Artinya, iman jemaat Tesalonika bukanlah iman yang kosong atau mati. Sebaliknya, iman mereka sungguh-sungguh hidup dan nyata. Ada beberapa hal yang menunjukkan hal itu:
Pertama, kesejatian iman mereka ditunjukkan melalui sukacita dan kesediaan mereka menerima berita Injil di tengah-tengah penindasan berat yang mereka alami (ay. 6b).
Kedua, kesejatian iman mereka ditunjukkan melalui kehidupan mereka yang taat (ay. 6a). Iman mereka tidak hanya berupa persetujuan intelektual saja, tetapi lebih daripada itu, iman mereka terekspresi dalam ketertundukan kepada Allah.
Ketiga, Kesejatian iman mereka ditunjukkan melalui teladan hidup yang mereka nyatakan di hadapan semua orang, sehingga kesaksian iman mereka dapat tersiar ke seluruh propinsi Makedonia, Akhaya, dan banyak tempat lainnya (ay. 7-8). Hidup mereka sedemikian bercahaya di depan semua orang, sehingga banyak orang memuliakan Allah (bd. Mat 5:16).
2. Usaha Kasih – Hal itu ditunjukkan melalui beberapa hal:
Pertama, kasih mereka ditunjukkan melalui pelayanan mereka terhadap Paulus selaku hamba Tuhan (ay. 9a), mereka justru rela ditangkap demi melindungi Paulus (bd. Kis 17:5-10a).
Kedua, kasih mereka ditunjukkan kepada Tuhan Allah dengan melepaskan dan meninggalkan penyembahan berhala dan membuang itu walaupun harga belinya mahal. Mereka rela melakukan semuanya itu. Dan lebih daripada itu, mereka bersedia menyerahkan diri mereka untuk melayani Allah.
3. Ketekunan Pengharapan
Ketika rasul Paulus berbicara mengenai pengharapan orang percaya, yang dimaksud adalah pengharapan akan kemuliaan dan keselamatan penuh anak-anak Allah yang akan terjadi pada saat kedatangan Tuhan yang kedua kali (bd. Rom 8:17 dst), ditengah segala ketidak pastian kapan Dia datang dan juga mengatasi berbagai cemooh mengenai kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya.
Demikianlah, sekalipun jemaat Tesalonika dirintis hanya dalam jangka waktu yang relatif singkat, mereka telah bertumbuh menjadi jemaat yang sedemikian kuat. Iman, kasih, dan pengharapan mereka sungguh-sungguh nyata dan nampak dalam seluruh kehidupan mereka. Pertanyaannya sekarang, bagaimana dengan kita? Sudahkah iman, kasih, dan pengharapan akan Allah nyata dan berbuah dalam kehidupan kita?
SUMBER:
https://paulusroi.com/2015/kualitas-jemaat-tesalonika.htm
LAGU DIATAS SATU ALAS