JOHN WESLEY 2
PENDIDIKAN
Pada Juni 1720, Wesley memasuki Christ Church, Oxford. Pada 1724, ia lulus sebagai seorang Bachelor of Arts dan memutuskan untuk mengejar gelar Master of Arts. Ia ditahbiskan sebagai seorang diaken (diakon) pada 25 September 1725; jenjang tahbisan yang dimasukinya menjadi satu langkah penting baginya untuk menjadi seorang fellow dan tutor di universitas itu.
Pada tahun penahbisannya, ia membaca Thomas à Kempis dan Jeremy Taylor, menunjukkan ketertarikannya pada mistisisme,[8] serta mulai mencari kebenaran-kebenaran religi yang mendasari kebangunan besar abad ke-18. Setelah membaca Christian Perfection dan A Serious Call to a Devout and Holy Life karya William Law, menurutnya, ia menjadi memiliki suatu pandangan yang lebih agung akan hukum Allah; dan ia memutuskan untuk menyimpannya dalam hati maupun melaksanakannya melalui perbuatan, dengan cara yang sesakral mungkin, karena keyakinannya bahwa ia akan menemukan keselamatan di dalam ketaatan.[9] Ia mengejar suatu kehidupan yang ugahari dan metodis secara keras, mempelajari Kitab Suci, menjalankan tugas-tugas keagamaannya dengan tekun, serta melakukan penyangkalan diri sehingga ia merasa wajib menyisihkan sedekah untuk disumbangkan. Ia dikatakan mulai mencari kekudusan hati dan hidup.
Pada Maret 1726, Wesley terpilih dengan suara bulat sebagai salah seorang fellow Lincoln College, Oxford. Posisi ini memberinya hak atas satu ruangan di kolese tersebut dan gaji rutin. Sembari melanjutkan studinya, ia mengajar bahasa Yunani, memberi kuliah tentang Perjanjian Baru, dan memoderatori acara debat harian di universitas tersebut. Namun, suatu panggilan untuk melakukan karya pelayanan mengganggu karier akademisnya. Pada Agustus 1727, setelah memperoleh gelar magisternya, Wesley kembali ke Epworth. Sang ayah meminta bantuan Wesley dalam melakukan karya pastoralnya di Wroot. Ditahbiskan sebagai imam pada 22 September 1728, Wesley bertugas sebagai rekan pastor selama dua tahun. Ia kembali ke Oxford pada November 1729 atas permintaan rektor Lincoln College dan untuk mempertahankan statusnya sebagai fellow junior.
PENGALAMAN ALDERSGATE
Pengalaman Aldersgate” yang dialami Wesley pada 24 Mei 1738, pada suatu pertemuan Moravia di Aldersgate Street, London, Wesley menceritakan pengalaman Aldersgate dalam catatan hariannya: “Di sore hari saya pergi dengan sangat enggan ke suatu perhimpunan di Aldersgate Street, tempat seseorang membacakan Pengantar Luther untuk Surat kepada Jemaat di Roma. Kira-kira pukul sembilan kurang lima belas, saat ia sedang menjelaskan perubahan yang Allah kerjakan dalam hati melalui iman kepada Kristus, saya merasa hati saya hangat dengan anehnya. Saya rasa saya sungguh percaya kepada Kristus, Kristus saja untuk keselamatan, dan suatu jaminan diberikan kepada saya bahwa Ia telah menghapuskan dosa-dosa saya pula, serta menyelamatkan saya dari hukum dosa dan kematian.”
Beberapa minggu kemudian, Wesley menyampaikan suatu khotbah tentang doktrin keselamatan personal melalui iman, yang diikuti dengan doktrin lainnya, tentang rahmat atau kasih karunia Allah yang “cuma-cuma dalam semua, dan cuma-cuma untuk semua.” Daniel L. Burnett menulis: “Signifikansi Pengalaman Aldersgate Wesley bersifat monumental, merupakan titik penting dalam hidupnya dan gerakan Metodis. Tanpa itu nama Wesley dan Metodisme mungkin tidak lebih dari sekadar catatan-catatan kaki yang tidak jelas dalam halaman-halaman sejarah gereja.”
Burnett menyebut peristiwa tersebut “Konversi Injili” Wesley. Peristiwa tersebut diperingati dalam gereja-gereja Metodis sebagai Hari Aldersgate.
Bersambung……………………