KEBEBASAN KRISTEN DAN BATAS BATASNYA


KEBEBASAN KRISTEN DAN BATAS-BATASNYA
1 Korintus 8:1-13

1.Suatu persoalan lain yang ditimbulkan oleh orang Korintus mengenai sikap Kristen terhadap makanan yang telah dipersembahkan kepada berhala. Ini mencakup sebagian besar daging yang dijual di warung-warung. Apakah salah makan daging itu? Selanjutnya di Korintus pada abad pertama, biasa orang pada kesempatan tertentu berkumpul untuk makan dalam kuil. Bolehkah orang Kristen mengunjunginya? Paulus menjawabnya dengan menunjuk kepada azas-azas umum yang kena-mengena dengannya. Orang Kristen adalah bebas, tapi pertimbangan-pertimbangan lain dapat membatasi penggunaan kebebasannya.

2.Dalam menangani pokok ini ia menyingkapkan suatu prinsip penting yang harus dipraktikkan oleh orang Kristen pada segala zaman. Prinsip ini berlaku untuk kegiatan yang diragukan, yang dapat mencobai beberapa orang percaya untuk berdosa dan membawa mereka kepada kehancuran rohani. Roh Kudus, melalui Paulus, telah mengarahkan orang Kristen untuk selalu bertindak dengan kasih bagi orang percaya lain yang mungkin menuntut penyangkalan diri.

3.Mereka yang melandaskan hak mereka untuk melakukan hal-hal tertentu pada pengetahuan dan pengertian dewasa yang mereka miliki, menunjukkan bahwa sesungguhnya mereka tidak mengetahui sebagaimana seharusnya. Pengetahuan kita dalam hidup ini akan selalu tidak lengkap dan tidak sempurna. Sebab itu, tindakan kita pertama-tama harus didasarkan pada kasih bagi Allah dan orang lain. Jikalau kasih menjadi penentu pertimbangan kita, maka kita akan menolak untuk melibatkan diri atau mendorong kegiatan apapun yang mungkin akan menyebabkan orang percaya pun tersandung dan jatuh ke dalam kehancuran kekal. Mereka yang hidup menurut hukum kasih adalah mereka yang dikenal oleh Allah. “Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya”.

4.Kebenaran tentang Allah bahwa tidak ada Allah lain daripada Allah yang esa adalah asasi untuk pengertian dan praktek yang benar. Sebab sekalipun ada banyak yang disebut allah, berhala tidak berada seperti Allah. Berhala bukanlah apa-apa, kesia-siaan. Kemudian Paulus menambahkan bahwa roh jahat tentu ada, dan roh-roh jahat itulah yang mendorong kepada penyembahan berhala untuk menjatuhkan orang dari Allah yang benar.
8:6 namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.
Ciri khas bagi kita sebagai Kristen adalah mengakui satu Allah saja sebagai Bapa (patêr) dan sebagai sebab pertama dan yang terakhir dari segala sesuatu; dan bersama dengan Dia mengakui Yesus Kristus juga sebagai Tuhan (kurios) dan sebagai Pengantara segala makhluk.

5.Ada orang yang lemah sebagai orang yang percaya kepada Kristus, karena mereka masih belum yakin bahwa berhala tidak benar-benar berada seperti Allah berada. Mereka merasa berbuat salah jika makan daging yang telah dipersembahkan kepada berhala. Hati nurani (suneidêsis) mereka dinodai, (molunô, bahasa kerennya kena polusi) bukan oleh makanan itu sendiri tapi dengan berbuat sesuatu yang hati nuraninya hingga kini belum dicerahkan, menanggap – bagi dirinya — salah.

6.Orang yang mempunyai pengetahuan (ekhonta gnôsin), seorang Kristen yang sudah mendapat pencerahan, yang memakai kebebasannya untuk makan pada perjamuan yang diadakan di dalam kuil berhala (en eidôleiô), dapat dengan teladannya itu mendorong teman seimannya yang lemah hati nuraninya (hê suneidêsis autou asthenous), artinya belum dicerahkan, untuk melakukan hal yang baginya masih salah; dan ini akan berarti menjeratnya.
8:11 LAI TB, Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena “pengetahuan” mu.
Dengan tidak berhati-hati menggunakan pengetahuannya, orang Kristen yang lebih matang dapat mendatangkan kecelakaan rohani kepada yang lain; ia akan menjadi binasa, tidak terbangun.
Mereka yang dengan teladannya memimpin orang percaya lain ke dalam dosa dan kehancuran rohani tidak hanya berdosa terhadap orang itu, melainkan juga berdosa terhadap Kristus sendiri. Suatu dosa yang besar telah dilakukan; maksud kematian Kristus dianggap bernilai kecil dalam perbandingan dengan hasrat diri seorang yang berpusat pada dirinya sendiri.

7.Karena itu Paulus merangkumkan, bahwa jika perbuatan-perbuatan yang tidak salah dilakukan oleh seorang Kristen yang sudah matang, tapi menyebabkan seorang beriman lainnya menjadi ternodai hati nuraninya, maka yang pertama tadi harus tidak menggunakan haknya untuk berbuat demikian. Namun pernyataan Paulus itu bukanlah mutlak, melainkan bersyarat. Ia tidak berkata, bahwa sejak itu ia akan senantiasa tidak makan daging, melainkan hanya apabila (mê), dan jika makan seperti itu dapat menjadi batu sandungan bagi saudaranya.

Sumber:
http://www.sarapanpagi.org/kebebasan-kristen-dan-batas-batasnya-1-korintus-8-1-13-vt345.html