- M.: Tuhan, siapakah manusia itu, maka Engkau mau memikirkannya ? atau siapakah anak manusia itu, maka Engkau mau memperhatikannya ? (Masm : 8.5).
Apakah jasa manusia, maka Engkau sudi memberikan rahmatMu ?
Bagaimanakah aku dapat mengeluh, jika Engkau meninggalkan aku? atau alasan apakah yang akan kukemukakan, jika Engkau tidak mengabulkan permintaanku ?
Tetapi ini dapatlah benar-benar kupikirkan dan kukatakan: ya Tuhan, aku ini bukanlah apa-apa; aku sama sekali tiada berdaya. Dari diriku sendiri aku tidak memiliki
sedikitpun kebaikan, melainkan dalam segala hal aku merasa ada kekurangan, dan senantiasa aku kembali pula pada ketidak mampuanku.
Dan jika aku tidak Engkau tolong dan tidak Engkau kuatkan batinku; niscaya aku akan kehilangan semangat dan tak berdaya sama sekali.
- Tetapi Engkau, ya Tuhan, Engkau selalu tetap sama dan selama-lamanya tetap baik, adil dan kudus; segala sesuatu Engkau lakukan dengan baik, adil dan kudus, dan segala-galanya Engkau atur dengan bijaksana.
Tetapi aku, yang lebih cenderung kepada kemunduran daripada kemajuan, aku tidaklah tinggal tetap keadaanku, karena tujuh masa tiap kali meliputi aku (Dan : 4.25).
Namun keadaanku segera akan menjadi baik, jika Engkau memperkenankan dan sudi mengulurkan tanganMu, untuk membantu aku; sebab hanya Engkaulah yang dapat menolong aku tanpa bantuan manusia dan memberikan kepadaku begitu banyak keteguhan, hingga mukaku tidaklah selalu berubah-ubah menurut keadaan, dan hatiku malahan dapat kuarahkan hanya ke hadiratMu saja dan dalam Dikau dapat memperoleh istirahat.
- Asal saja aku dapat membuang dari padaku segala hiburan manusia, untuk memperoleh rahmat takwa, ataupun terdorong oleh keharusan untuk mencari Dikau, karena tiada seorangpun yang dapat menghibur aku, niscaya aku akan dapat mengharapkan rahmatMu dan dapat bergembira atas rahmat penghiburan baru.
- Aku menghaturkan syukur kepadaMu, pangkal segala sesuatu, yang kuterima setiap kali aku menjalankan sesuatu dengan hasil baik.
Sebab aku ini “sia-sia” dan bukan apa-apa untukMu (Masm : 38.6) manusia yang tidak tetap dan lemah. Apakah gerangan yang dapat kubanggakan atau mengapakah aku ingin dihormati ?
Karena aku ini bukan apa-apa ? Kalau inilah dasarnya, maka itu adalah kemegahan yang terlalu tidak masuk akal.
Memang, pujian yang sia-sia adalah penyakit yang jahat, kemegahan yang terlalu kosong, karena itu malahan menjauhkan dari kemuliaan yang sesungguhnya dan merampas rahmat surgawi.
- Tetapi bangga atasMu dan bukanlah atas diri sendiri, itulah kemuliaan yang sejati dan kegembiraan yang suci, begitu pula kegembiraan dalam namaMu, bukanlah dalam kekuatan diri sendiri; dan tidak merasa senang pada satu makhluk pun kecuali karena Dikau.
Terpujilah namaMu, bukanlah namaku; pekerjaanMu hendaknya dimuliakan, bukanlah pekerjaanku; namaMu yang kuduslah hendaknya disucikan; tetapi aku tidak patut menerima pujian orang.
Engkaulah kemegahanku; Engkaulah kegembiraan hatiku.
Aku akan memuji Dikau dan bersuka ria sepanjang hari; tetapi untukku aku tidak akan bangga selain atas kelemahanku (2 Kor : 12.5).
- Biarlah orang-orang Yahudi mencari kehormatan di antara masing-masing, tetapi aku hanya akan mencari kehormatan Allah. Sebab segala kemegahan manusia, segala kehormatan yang fana dan segala kebesaran dunia itu hanyalah sia-sia dan kebodohan belaka, jika dibandingkan dengan kemuliaanMu yang kekal.
O Allahku, kebenaran dan kerahimanku! Tritunggal maha kudus yang bahagia ! Hanya kepadaMulah puji-pujian dan kehormatan, kekuasaan dan kemuliaan, untuk selama-lamanya.
SUMBER DIAMBIL DARI:
Judul Buku : Mengikuti Jejak Kristus (Imitatio Christi)
Penulis: Thomas A Kempis
Penterjemah: J.O.H. Padmasepotra Pr,
Penerbit : Obor Jakarta, terbitan 1986
Diakses dari : https://thomaskempis.wordpress.com/
https://thomaskempis.wordpress.com/buku-3/