KELEMAHAN DIRI

3.20. TENTANG MENGAKUI KELEMAHAN DIRI SENDIRI DAN SOAL KESENGSARAAN HIDUP DI DUNIA INI

  1. M.: Tuhanku, terhadap diriku sendiri aku akan mengakui kesalahanku; kepada Dikau aku akan mengakui kelemahanku.

Sering hal yang remeh saja yang mengecilkan dan menyedihkan hatiku.

Aku berniat bertindak tegas; tetapi baru datang percobaan kecil saja, aku telah merasa amat tertekan. Kadang-kadang soal amat kecil saja sudah dapat merupakan percobaan berat bagiku.

Dan tengah aku mengira agak aman, karena aku tidak merasakan apa-apa, kadang-kadang aku melihat diriku sendiri hampir terpelanting karena embusan angin yang ringan.

  1. Maka itu, Tuhanku, perhatikanlah kelemahan dan kerapuhan hatiku yang Engkau kenal benar-benar. Kasihanilah aku dan tariklah aku dari lumpur, agar aku tidak tenggelam di dalamnya (Maz: 69.15) agar aku tidak tinggal terpelanting sama sekali.

Yang sering bertentangan dengan jiwaku dan membuat aku malu di hadapan Tuhanku, ialah: bahwa aku sedemikian goyah dan lemah dalam menentang hawa nafsuku.

Dan meskipun hal itu tidak sampai menjadi persetujuan, namun penggodaannya bagiku sulit dan berat, dan kurasakan sangat menyedihkan sepanjang hidup berjuang semacam itu.

Karena itu aku menjadi insyaf akan kelemahanku; bahwa angan-angan yang najis senantiasa lebih mudah timbulnya daripada perginya.

  1. Allah Bani Israil yang Maha Kuat, Pengasyik para jiwa yang setya, lihatlah kesulitan dan kesusahan hambaMu dan bantulah dia dalam segala usahanya !

Kuatkanlah aku dengan kekuatan surgawi, agar manusia lama, daging celaka, yang belum tunduk seluruhnya kepada jiwa, tidak datang menjajahnya; dengan daginglah orang akan harus berjuang selama orang bernafas dalam hidup celaka ini.

Ah, hidup apa ini ! Di mana-mana penuh gangguan, di mana-mana penuh kesengsaraan dan tipu muslihat. Di mana-mana ada musuh !

Karena baru saja gangguan atau godaan yang satu lenyap, sudah muncul yang lain; dan sedang peperangan dengan yang pertama masih berlangsung, datanglah sekanyong-konyong musuh lebih banyak lagi.

  1. Dan bagaimana orang dapat mencintai hidup yang penuh pahit getir dan duka nestapa ini ? Bagaimana dapat dinamakan hidup, karena nyatanya hanya menimbulkan sekian banyak maut dan kebinasaan ?

Namun demikian banyak orang yang mencintai hidup ini dan mencari kebahagiaan di dalamnya.

Orang sering mengutuk dunia dan mengatakan, bahwa dunia tak dapat di percaya serta munafik, namun dunia tidak mudah ditinggalkan, karena nafsu keinginan daging mempunyai kekuasaan terlalu besar.

Di satu fihak orang merasa tertarik kepada dunia, tetapi di lain fihak orang harus menghindarinya.

Adapun yang menarik orang kepada dunia ialah nafsu keinginan daging, nafsu keinginan mata dan kesombongan hidup (1 Yoh. 1: 16). Tetapi hukuman dan kesengsaraan yang secara adil mengikutinya, membangkitkan kebencian dan kejijikan terhadap dunia.

  1. Tetapi sayang, kenikmatan jahat, menguasai hati, yang telah memberikan dirinya kepada dunia dan mengira, bahwa kesenangan dapat diketemukan pada panca indera; karena baik kemanisan Allah, maupun kerayuan batin, tidak dilihat dan tidak dirasakannya.

Tetapi mereka, yang sama sekali meremehkan dunia dan sungguh-sungguh berusaha hidup untuk Allah di bawah tata tertib yang teratur, tentu tahu manisnya bergaul dengan Tuhan. Kemanisan itu memang sudah dijanjikan kepada mereka, yang menolak kenikmatan dunia. Merekapun tahu, dunia sudah tersesat dan bagaimana dunia sudah menipu dirinya sendiri dengan bermacam-macam jalan.

 

SUMBER DIAMBIL DARI:

Judul Buku     : Mengikuti Jejak Kristus (Imitatio Christi)

Penulis:            Thomas A Kempis

Penterjemah: J.O.H. Padmasepotra Pr,

Penerbit           : Obor Jakarta, terbitan 1986

Diakses dari :  https://thomaskempis.wordpress.com/

https://thomaskempis.wordpress.com/buku-3/