KERENDAHAN HATI

10 HARI MENUJU PERINGATAN HARI  PENTAKOSTA

MOHON KERENDAHAN HATI

 

Salah satu buah Roh adalah pengendalian diri. Pengendalikan diri adalah kemampuan untuk melakukan kontrol terhadap diri sendiri. Kontrol diri merupakan upaya menumbuhkan kesadaran bahwa hidup dijalani bersama orang lain. Salah satu dampak dari pengendalian diri adalah sikap rendah hati. Pribadi yang rendah hati akan menghindarkan diri dari sikap arogan, congkak, merasa diri penting, senang menggurui, susah mendengarkan, merasa diri tahu segala sesuatu dan sulit memahami keberadaan sesama.

 

Pentingnya hidup rendah hati disampaikan oleh Tuhan Yesus. Dalam Injil Lukas 14:7-14, Tuhan Yesus mengingatkan tentang sikap hidup dalam kerendahan hati melalui pengendalian diri. Kapan merendahkan hati itu dilakukan? Jawabnya adalah setiap saat, sebab kerendahan hati adalah karakter dari pembiasaan diri. Seorang yang membiasakan diri merendahkan hati, di manapun ia berada tetap akan rendah hati. Baik di hadapan orang yang dianggap penting di tengah masyarakat atau di hadapan orang biasa, ia tetap rendah hati.

 

Teladan rendah hati diajarkan Tuhan Yesus secara nyata. Saat Ia menjadi sorotan banyak orang karena melakukan hal-hal ajaib, Ia tidak menjadi jumawa. Sikap itu berkebalikan dengan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat. Injil menceritakan bahwa mereka ingin selalu menampakkan diri sebagai yang terhebat, tersohor. Akibatnya mereka tidak mampu mengendalikan diri untuk memamerkan tindakan-tindakan yang dinilai sebagai prestasi dan kehebatan. Di tempat-tempat umum, mereka menunjukkan kebolehannya sebagai agamawan. Saat menjalani ritual keagamaan, mereka memamerkan kesalehan di muka umum. Saat diundang menghadiri acara-acara khusus atau disebuah pesta, mereka berebut tempat kehormatan. Tuhan Yesus menyoroti kebiasaan itu. Apa jadinya jika tempat terhormat itu bukan ditujukan bagi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat itu? Mereka yang memperebutkan kursi itu pasti akan malu. Buah dari kesombongannya adalah rasa malu.

 

Bagaimana mewujudkan sikap rendah hati itu dalam kehidupan kita? Pada Injil Lukas 14:12-14 Tuhan Yesus memberikan gambaran demikian: bila seseorang mengundang sesamanya yang kaya dan mampu di pesta yang diselenggrakannya, orang itu dapat mengharapkan balasan berupa undangan pesta atau suatu pemberian dari orang kaya itu. Namun bila seseorang mengundang sesamanya yang menderita (lumpuh, buta, disabilitas), dan miskin di pesta yang diselenggarakannya, ia pantas mendapat pujian yang sebenarnya. Mengapa? Sebab ia tidak mungkin mengharapkan orang-orang miskin dan menderita yang diundangnya itu memberikan balasan kepadanya. Sikap itu disebut sebagai kerendahan hati. Di sini Tuhan Yesus memberikan pesan bahagia bagi mereka yang rendah hati. Meskipun mereka tidak mendapat balasan dari dunia, namun Tuhan sendiri yang akan memberikan balasan seturut kehendak-Nya. Balasan itu bukan sekadar pujian dunia, namun berkat ilahi dari Tuhan.

 

Dari sini kita memahami perlunya membiasakan melakukan pengendalian diri menuju kerendahan hati. Melalui ajaran-Nya, Tuhan Yesus mengajarkan bahwa dengan kerendahan hati kita siap mengikut jejak Tuhan. Bagaimana sikap rendah hati diwujudkan dalam hidup sehari-hari? Melalui Merry de Vall, kita bisa belajar memohon pada Tuhan Yesus agar dibebaskan dari keinginan untuk di hargai, keinginan untuk dipuji, keinginan untuk dihormati, keinginan untuk mengangkat martabat, keinginan untuk menjadi orang penting. Kita juga memohon agar dibebaskan dari ketakutan direndahkan, ketakutan diabaikan, ketakutan mendapat nama jelek karena melakukan kebaikan, ketakutan nodai dan dituduh saat memberikan pembelaan pada yang tersisih.  Itulah permohonan pada Tuhan Yesus agar kita bersikap rendah hati.

 

SUMBER:

Nama Situs   :  Sinode GKJ

Alamat URL  :

https://www.sinodegkj.or.id/2020/02/22/masa-pentakosta-2020/

Judul Asli          :  MASA PENTAKOSTA 2020, MENGALIR BERSAMA ROH KUDUS