DANIEL DI ISTANA BABEL (Daniel 1)
Pendahuluan (Ayat 1:1-2)
Raja Nebukadnezar yang ada dalam kisah Daniel ini adalah Raja Nebukadnezar II yang memerintah sekitar tahun 605–562 SM di Kerajaan Kasdim (Babil). Setelah bangsa Israel Utara dihukum Tuhan dengan pembuangan oleh Asyur, Israel Selatan (Yehuda) tidak juga bertobat dari jalan-jalan mereka yang jahat karena itu Allah juga melakukan hal yang sama kepada Yehuda.
Pada waktu Babel mengalahkan Yehuda Nebukadnezar mengambil perkakas-perkakas yanga ada di Bait Allah. Hal tersebut dilakukan untuk menunjukkan bahwa allah bangsa yang peralatan penyembahannya diambil dinyatakan telah kalah sehingga alat-alat bahkan patung-patung yang mereka punyai turut diambil. Jadi pengambilan perkakas rumah Allah oleh Nebukadnezar bukan sekedar karena benda-benda tersebut terbuat dari emas dan kelihatan indah melainkan untuk menyatakan kemenangannya atas Allah bangsa Yehuda.
Namun keseluruhan Kitab ini berbicara lain. Kekalahan Yehuda bukanlah kekalahan Allah Israel melainkan karena mereka telah memberontak kepada Allah. Allah merelakan reputasi namaNya direndahkan oleh karena kekalahan bangsa Israel tetapi Allah Israel, sepanjang kitab Daniel, tampil sebagai Allah yang berkuasa, Allah yang tidak dapat dikalahkan dan Allah yang tidak membiarkan seorangpun memegahkan diri dan mencuri kemuliaanNya. Raja-raja Babel yang besar menerima hukuman dari Allah Israel karena mereka tidak menghormati Allah yang Mahabesar dan melanggar kekudusanNya.
Ayat 3-7
Bangsa yang dibuang ke Babel adalah bangsa Yehuda.
Istilah Israel menjadi penting dan ditekankan oleh penulis untuk menegaskan 4 orang muda yang terpilih untuk melayani istana Babel adalah orang-orang yang memegang teguh perjanjian Allah mereka dengan umatNya. Jadi orang-orang terbaik yang dipilih oleh Aspenas, kepala sida-sida Babel tersebut adalah keturunan Yehuda tetapi orang Israel, yang berarti umat perjanjian Allah.
Empat orang-orang Yehuda yang terpilih dalam kelompok yang dipersiapkan untuk melayani di Istana adalah Daniel, Hananya, Misael dan Azarya. Nama-nama ini adalah nama Ibrani yang maknanya berhubungan dengan Allah. Daniel berarti “Allah adalah hakimku” atau “Allah telah menghakimi,” Hananya berarti “Yahweh telah beramah tamah,” Misael berarti “Dia yang adalah Allah,” dan Azarya berarti “Yahweh telah menolong.” Aspenas mengganti nama-nama Ibrani itu menjadi nama-nama Kasdim yang juga berhubungan dengan dewa-dewa yang disembah orang Kasdim. Nama Daniel diganti menjadi Beltsazar (Dewa Bel menjaga hidupnya), Sadrakh kemungkinan berarti “aku sangat ketakutan kepada Dewa Marduk,” Mesakh tidak terlalu jelas artinya tetapi berhubungan dengan Dewa Marduk atau Dewa Mithras, Abednego berasal dari kata Abed-Nabu yang berarti “hamba Dewa Nabu.”
Meskipun nama keempat pemuda dari Yehuda tersebut diganti dengan nama-nama Kasdim, bahkan berhubungan dengan nama dewa-dewa mereka, iman keempat anak muda tersebut tidak tergantikan oleh dewa-dewa tersebut. Iman mereka tetap kepada Allah Yahweh meskipun mereka telah diberi nama baru yang kafir oleh penguasa pada waktu itu. Seluruh Kitab Daniel menunjukkan bahwa keempat orang ini begitu tangguh di dalam iman dan memanifestasikan kehadiran Allah yang begitu nyata dalam hidup mereka.
SUMBER:
http://www.studialkitab.com/2009/11/daniel-di-istana-babel-daniel-11-21_14.html