KRISTUS DAN KEBUDAYAAN 4

3.KRISTUS DIATAS KEBUDAYAAN (CHRIST ABOVE CULTURE)

1.. Thomas Aquinas (1225 1274) adalah wakil utama dari pandangan ini, dan Gereja Roma Katolik dengan agak resmi mengadopsi posisinya. Inti dari teologi Roma Katolik adalah perbedaan antara natur dan anugerah. Natur adalah dunia yang diciptakan Allah. Anugerah adalah nama untuk pemberian khusus dari Allah yang diberikan kepada manusia, pemberian khusus ini melampaui natur. Contohnya, penalaran natural merupakan bagian dari natur, sebagaimana Allah menciptakan kita. Hal itu memampukan kita untuk memahami dunia di sekitar, dan bahkan untuk menunjukkan eksistensi Allah. Tetapi melalui penalaran natural, kita tidak akan pernah memahami Tritunggal, atau memahami bagaimana untuk diselamatkan dari dosa. Untuk itu kita harus memiliki cara yang lebih tinggi dari pengetahuan, yaitu wahyu ilahi dan iman. Penalaran natural merupakan milik dari natur; iman adalah milik dari anugerah.

  1. Kita harus membuat pemisahan yang sama di kalangan yang berotoritas: negara mengatur natur; gereja mengatur anugerah. Jadi, bagaimana relasi Kristus dengan kebudayaan? Secara umum dikatakan, bahwa kebudayaan adalah natur yang dikembangkan oleh manusia. Kristus menambahkan natur dengan sesuatu yang lebih tinggi. Di mana yang lebih tinggi dengan mudah berbaur dengan yang lebih rendah, yaitu dalam suatu “sintesis.”

3.Hal itu tidak terdengar terlalu buruk pada waktu saudara pertama kali mendengarkannya; pada faktanya hal itu terdengar masuk akal. Persoalannya, sebagaimana kadang-kadang dijelaskan oleh paham ini, bahwa saudara tidak membutuhkan Kristus dalam tingkatan yang lebih rendah, melainkan hanya pada tingkatan yang lebih tinggi.

PENILAIAN

4.Namun demikian, masalahnya adalah tidak alkitabiah untuk memisahkan natur dan anugerah dengan cara seperti itu. Ingatlah bahwa Allah menghendaki kita untuk menjalani kehidupan natural bagi kemuliaan Allah. Pada waktu makan, minum, melakukan pekerjaan, membangun rumah tangga, kita harus melakukan semua itu untuk kemuliaan Allah. Tetapi terpisah dari anugerah, kita adalah orang berdosa, karena “segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata” (Kej. 6:5). Tanpa anugerah kita tidak dapat menjalani kehidupan natural sebagaimana yang Allah kehendaki.

5.Kita perlu lebih daripada suatu suplemen. Kita membutuhkan suatu perubahan arah yang sangat berbeda. Demikian juga halnya dengan “penalaran natural.” Memang benar bahwa kita dapat mengetahui Allah melalui dunia di sekeliling kita, tetapi tanpa iman kita membenci kebenaran itu dan menindasnya. Kita tidak dapat memahami dengan benar dunia ini tanpa anugerah Allah dan wahyuNya. Negara dapat menjaga keamanan dengan kekuatan, tetapi negara tidak memiliki pemahaman tentang batas-batasnya yang benar dan terpisah dari firman Allah. Tanpa itu, kekuatannya akan menjadi tirani.

6.Di kitab suci, alam dan anugerah tidak terpisahkan. Anugerah bukan hanya tingkat yang lebih tinggi, suatu suplemen untuk alam, melainkan alam adalah sia-sia jika terpisah dari anugerah, dan kita harus memahami kebudayaan. Sodom dan Gomora, Tirus dan Sidon, kebobrokan di Roma 1, merupakan contoh-contoh dari apa yang terjadi dengan kebudayaan tanpa Kristus.

SUMBER:

VERITAS 6/1 (April 2005) 1-27

KEKRISTENAN DAN KEBUDAYAAN (Bagian 1 )

* JOHN M. FRAME