KTT Gereja di Yerusalem
Kisah Para Rasul 15:1-34
PERMASALAHAN
1.Sebuah perselisihan terjadi di Antiokhia yang ditimbulkan oleh pengajar-pengajar yang ingin memaksakan adat istiadat orang Yahudi kepada jemaat di sana. Mereka menghendaki orang-orang percaya yang berasal dari bangsa bukan-Yahudi dibawa masuk ke dalam kuk penyunatan dan hukum Taurat(ay. Kis 15:1-2).
Orang-orang dari golongan Farisi bahkan setelah menjadi orang Kristen, masih sangat kuat memegang hukum Taurat dan tidak senang bila hukum itu dilanggar, dan mereka masih menyimpan rasa tidak senang terhadap orang-orang bukan-Yahudi. Karena itu mereka tidak dapat menerima bangsa-bangsa lain itu ke dalam persekutuan mereka, kecuali mereka mau disunat dan karenanya mewajibkan mereka menuruti hukum Musa.
2.Permasalahan tadi dibawa ke Yerusalem yang kemudian dikenal sebagai Sidang atau Koferensi Tingkat Tinggi Yerusalem dimana para pesertanya adalah para utusan dari gereja Antiokhia (dipimpin oleh Paulus dan Barnabas) , para rasul serta para penatua dari gereja Yerusalem, dengan maksud untuk membicarakan persoalan-persoalan yg timbul akibat masuknya petobat non-Yahudi secara besar-besaran ke dalam gereja (Kis 15:2-29)
Banyak penafsir menyamakan pertemuan ini dengan pertemuan dalam Gal 2:1-10. Tapi pandangan yg diambil di sini ialah, bahwa dalam Gal 2:1-10 Paulus menunjuk kepada suatu pertemuan yg lebih dahulu, yg ia dan Barnabas adakan bersama Yakobus yg Adil, Petrus dan Yohanes. Dalam pertemuan itu para pemimpin Yerusalem mengakui panggilan dan kedudukan Paulus dan Barnabas sebagai rasul untuk masyarakat non-Yahudi.
KEPUTUSAN DIRUMUSKAN
Setelah perdebatan sengit dan panjang, Petrus mengingatkan Sidang, bahwa dalam soal itu Allah menunjukkan kehendak-Nya dengan memberikan Roh Kudus kepada Kornelius dan seisi rumah tangganya, hanya atas dasar kepercayaan mereka saja. Paulus dan Barnabas menyokong alasan-alasan Petrus dengan menceritakan bagaimana Allah dengan cara yg sama telah memberkati banyak orang non-Yahudi yg percaya melalui pelayanan mereka. Lalu Yakobus yg Adil, pemimpin gereja Yerusalem itu, merangkumkan pembicaraan mereka dan mengemukakan pertimbangannya, bahwa tidak ada syarat yg harus dibebankan kepada mereka yg bertobat dari penyembahan berhala, kecuali kepercayaan kepada Kristus, yg dengan-Nya Allah telah jelas menunjukkan diriNya dipuaskan. Ia berkata, bahwa setiap kota tidak kekurangan kesaksian tentang hukum Musa; tapi masuknya bangsa-bangsa non-Yahudi ke dalam gereja Mesias itulah pemenuhan janji, bahwa pondok Daud yg telah roboh akan dibangun kembali dan kedaulatannya dikokohkan kembali atas segala bangsa (Am 9:11 dab).
HAL PRKATIS LAINNYA
Kendati soal pelik mengenai asas telah diselesaikan tuntas, dan utusan Antiokhia puas atas penyelesaian itu, masih tertinggal satu soal praktis yg harus dibicarakan, karena sangat berpengaruh atas persekutuan sehari-hari antara orang Kristen Yahudi dan Kristen non-Yahudi dalam persekutuan campuran. Akan menjadi tanda keluwesan kasih dan adab jika orang Kristen non-Yahudi menghormati keberatan-keberatan tertentu dari bangsa Yahudi. Karena itu, atas anjuran Yakobus, maka surat yg memuat pendapat-pendapat para pemimpin Yerusalem kepada gereja-gereja dari bangsa lain juga memuat permintaan kepada mereka, supaya menjauhkan diri dari beberapa makanan tertentu yg akan menjijikkan saudara mereka, Kristen Yahudi, dan supaya menyesuaikan diri dengan tata Yahudi tentang hubungan antara lelaki dan perempuan. Tanpa keluwesan demikian akan timbul kesukaran-kesukaran praktis yg gawat, yg akan mencegah mereka menikmati persekutuan makan bersama-sama dengan Kristen Yahudi. (Jika diingat, bahwa Perjamuan Kudus secara teratur diadakan dlm rangka persekutuan makan bersama, kita dapat mengerti pentingnya pertimbangan ini.)
Tak ada alasan riil bahwa Paulus tidak akan setuju meneruskan syarat-syarat ini kepada para petobat mantan penyembah berhala (seperti ia lakukan menurut Kis 16:4). Jika asas-asas fundamental tidak dikompromikan, maka Paulus-lah orang yg paling suka mendamaikan, dan berkali-kali ia minta kepada para petobat supaya menghormati keberatan-keberatan orang lain dalam soal-soal seperti itu (bnd Rm 14:1 dab; 1 Kor 8:1 dab). Tapi kepada jemaat Korintus yg minta kejelasan tentang makanan yg telah dipersembahkan kepada berhala, maka Paulus menerangkan prinsipnya, bukan keputusan Sidang Yerusalem.
Catatan
KIS RAS 15:20 , menginformasikan tentang persoalan yang lain, yaitu masalah larangan supaya jemaat non-Yahudi juga menjuhkan diri dari makanan yang telah dicemrkan berhala-berhala, supaya menjauhkan diri dari percabulan, dari daging binatang yng mti di cekik dan dari darah. Sebenarnya ini semua tidk berbicara tentng keselamatan, tetapi berbicara tentang landasn persekutuan antara golongan Kristen yahudi dan golongan Kristen bukan Yahudi. Orang bukan Yahudi mempunyai kebiasaan yang sangat menjijikkan bagi orang Yahudi. Karena itu sebagai itikd baik dan ungkapan sikap Kristiani, orang Kristen bukan Yahudi dihimbau untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang akan mengganggu saudara-saudara seiman Yahudi. Yang dimaksud dengan makanan yang dicemarkan berhala di dalam 15:29 dijelskan sebagai makanan yang dipersembahkan kepada berhala. Seringkali daging yang dijual di pasar adalah bekas yang telah diprsembahkan kepada berhala. Memakan daging semacam itu mengganggu nurani orang Yahudi sebab memberikan kesan seakan-akan ikut ambil bagian dalam penyembahn berhala tersebut. Percabulan mungkin berarti kemesuman secara umum atau pelacurn berkedok agama di kuil. Kemesuman yng semacam ini merupakan hal yang sedemikian biasa dikalangan orng bukan Yahudi sehingga perlu memperoleh perhatin khusus. Daging binatang yang mti dicekik adalah jenis daging yng tidak tahir dari darah. Daging semacam itu dianggap sebagai suatu kelezatan di kalangan orang bukan Yahudi. Darah mengacu kepada kebiasaan orng kafir untuk memakan darah. Dua persyaratan terakhir itu berkaitan dengan persyaratan yng sama bagi orang Yahudi yang menganggap bahwa “nyawa mahluk ada di dalam darahnya” (Imamat 17:11). Keputusan ini disampaikan kepada semua gereja non-Yahudi, bukan sebagai cara untuk memperoleh keselamatan, tetapi sebagai landasan bagi persekutuan gereja antara orang Yahudi dan non-Yahudi.
KIS RAS.15:29
Roh Kudus (ayat Kis 15:28) memberikan beberapa pembatasan bagi orang bukan Yahudi yang akan memungkinkan mereka hidup dengan rukun bersama dengan saudara seiman yang Yahudi. Orang bukan Yahudi diharapkan menjauhkan diri dari hal-hal yang merupakan pelanggaran bagi orang Yahudi. Salah satu patokan kedewasaan Kristen adalah menjauhkan diri dari hal-hal yang dianggap baik oleh beberapa orang Kristen dan yang dianggap salah oleh yang lain (lih. pembahasan Paulus dalam 1Kor 8:1-11).
JAGALAH KESATUAN GEREJA DEMI KEBERHASILAN MISI MENGABARKAN INJIL
Kesatuan umat Kristen dimanapun kita berada harus senantiasa berwaspada karena menghadapi berbagai tantangan dari luar dan tidak ketinggalan harus hati hati dengan permasalahan yang timbul diantara orang Kristen sendiri berupa perbedaan doktrin teologi. Jangan sampai masalah ini lepas kendali sehingga merusak kesatuan dan persatuan gereja . Ingat prinsip kesatuan yang pernah dikemukakan oleh John Newton yang mengatakan: “Paulus adalah buluh untuk hal-hal yang tidak penting, namun pilar besi untuk hal-hal yang pokok.”