KETAATAN MEMBAWA BERKAT MASA DEPAN
Ul 31:1-13
Masa depan, siapa yang dapat meramalkannya? Para cenayang (=dukun yang dapat berhubungan dengan makhluk halus) mencoba membaca masa depan. Tidak disangkal, roh jahat memiliki pengetahuan dan kekuatan yang melampaui manusia. Namun kendali sejarah hanya ada di tangan Allah pencipta.
Israel sudah tiba di ambang pintu tanah Perjanjian. Musa dengan setia menghantar mereka sampai di situ. Namun, Musa tidak diijinkan Allah masuk ke tanah Kanaan. Yosualah yang akan menggantikan Musa memimpin umat Israel memasuki negeri itu. Ada dua masalah besar. Pertama, Israel tidak memiliki pasukan untuk berperang merebut negeri yang penduduknya ahli berperang. Kedua, walaupun Yosua pernah memimpin pasukan Israel mengalahkan Amalek empat puluh tahun yang lampau (Kel. 17:8-16), sekarang ia sudah tua. Mampukah ia menggantikan Musa dan memimpin mereka menaklukkan Kanaan?
Tidak seorang pun yang dapat menjamin Israel mampu menduduki tanah Kanaan di bawah kepemimpinan Yosua. Tetapi Allah mampu! Bukankah Dia yang mengendalikan sejarah? Oleh sebab itu Musa menasihati Israel untuk mempercayakan diri mereka kepada Allah. Allahlah yang berperang bagi mereka. Allah akan memakai Yosua sebagai pemimpin mereka mengalahkan musuh (ayat 6). Pesan untuk Yosua sama intinya, “kuatkan dan teguhkanlah hatimu … Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau” (ayat 7).
Renungkanlah: Inilah saatnya menaruh percaya dan harap kepada Allah. Jangan mengandalkan manusia, sebaliknya doakanlah pemimpin kita agar Tuhan menyertainya seperti Ia menyertai Yosua!
SUMBER:
http://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=5&chapter=31&verse=1
SETIALAH
Ul 32:1-14
Musa menyampaikan pengajaran yang indah, baik isi maupun cara penyampaiannya. Hal ini berbeda dari kebanyakan kita kini melihat pengajaran. Pengajaran Musa tentang tindakan dan kebenaran Allah bagaikan air hujan atau embun yang menumbuhkan tanaman. Sama sekali jauh dari kesan banyak orang kini bahwa pengajaran (doktrin) adalah sesuatu yang gersang. Doktrin, yang berpusat pada pemahaman tentang maksud-maksud Allah dan yang bertujuan meninggikan Nama Allah (ayat 3), patut lebih dikembangkan dalam cara yang menarik untuk menumbuhkan kehidupan gereja Tuhan masa kini.
Pengajaran Musa itu berkisar pada fakta sikap dan tindakan Allah terhadap Israel dan bagaimana dampaknya terhadap status dan keadaan mereka. Allah telah berlaku begitu penuh anugerah, mengkhususkan mereka dari sekian banyak anak-anak Adam (ayat 8-13), menjadikan mereka harta kesayangan-Nya agar mereka dapat serasi menjadikan Allah harta kemuliaan mereka sebagai bangsa. Hanya umat Allah yang dapat merasakan hubungan anak-bapa dengan Allah, dapat mengalami penghormatan (ayat 10), jaminan pemeliharaan dan kasih mesra Allah yang menyeluruh (ayat 12). Sudahlah sepatutnya kebenaran ini menjadi makanan rohani yang menumbuhkan kesetiaan mereka makin teguh. Kesetiaan kita akan sangat terkait dengan sejauh mana kita memahami dan menghayati sikap dan tindakan Allah atas hidup kita.
Renungkanlah: Belajar tidak melupakan kesetiaan Allah adalah disiplin untuk mencegah kita berlaku tidak setia kepada-Nya.
SUMBER:
http://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=5&chapter=32&verse=1
RANGKUMAN KITAB ULANGAN
Orang Israel diperintahkan untuk mengingat empat hal: kesetiaan Allah, kekudusan Allah, berkat Allah, dan larangan Allah.
Tiga pasal pertama mengulang mengenai perjalanan mereka dari Mesir sampai di lokasi mereka di Moab.
Pasal 4 adalah seruan supaya mereka kembali taat, untuk setia kepada Allah yang setia pada mereka.
Pasal 5 sampai dengan 26 merupakan ulangan dari hukum. Kesepuluh Hukum Taurat, hukum mengenai kurban dan hari besar, dan sisa hukum lainnya diberikan pada generasi baru ini. Mereka yang taat dijanjikan berkat (5:29; 6:17-19; 11:13-15), sementara kelaparan dijanjikan pada mereka yang melanggar hukum (11:16-17).
Tema berkat dan kutukan kemudian dilanjutkan dalam pasal 27-30. Porsi akhir dari kitab ini diselesaikan dengan sebuah pilihan yang jelas bagi Israel: “Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk.” Allah menghendaki umatNya untuk “pilihlah kehidupan” (30:19).
Dalam pasal-pasal yang terakhir, Musa menyemangati bangsa Israel; menobatkan penggantinya, Yosua; mengabadikan sebuah lagu pujian; dan memberkati setiap suku Israel.
Pasal 34 menggambarkan situasi seputar kematian Musa. Ia naik ke Gunung Pisgah, dimana Allah menunjukkannya Tanah Perjanjian yang tidak bisa ia masuki. Pada umur 120 tahun, dengan indra penglihatan yang masih baik dan kekuatan jasmani layaknya pemuda, Musa mati di hadapan Tuhan. Kitab Ulangan diakhiri dengan sebuah berita kematian nabi besar ini.
SUMBER:
https://www.gotquestions.org/Indonesia/kitab-Ulangan.html