MEMBERI KESAKSIAN YANG BAIK

MEMBERI KESAKSIAN YANG BAIK
3 Yohanes 1:1-14

1. Penulis : Yohanes. Tema : Bertindak Dengan Setia. Tanggal Penulisan: 85-95 Seperti halnya surat Yohanes yang lain, surat ini kemungkinan besar ditulis dari Efesus pada bagian akhir tahun 80-an atau awal 90-an.
Mendekati akhir abad pertama Masehi, para pekerja keliling dari kota ke kota pada umumnya memperoleh sokongan dari orang percaya setempat dengan ditampung dan kemudian dibekali untuk meneruskan perjalanan mereka (ayat 3Yoh 1:5-8; bd. 2Yoh 1:10). Gayus merupakan salah seorang Kristen setia yang dengan murah hati menyokong dan menampung para pekerja keliling ini (ayat 3Yoh 1:1-8). Akan tetapi, ada seorang pemimpin bernama Diotrefes yang dengan sifat sombong menentang wibawa Yohanes dan menolak untuk menerima saudara-saudara seiman yang diutus Yohanes.

2.Ada tiga orang yang disebut namanya di dalam surat ini.
(1) Gayus yang dipuji dengan hangat atas perilaku hidupnya yang saleh di dalam kebenaran (ayat 3Yoh 1:3-4) serta teladannya menyediakan tumpangan bagi saudara seiman yang berkeliling (ayat 3Yoh 1:5-8).
(2) Diotrefes, seorang pemimpin yang bersifat diktator, dikecam karena kesombongannya (“ingin menjadi orang terkemuka”, ayat 3Yoh 1:9) beserta manifestasinya: menolak surat Yohanes yang dikirim sebelumnya (ayat 3Yoh 1:9), memfitnah Yohanes, menolak untuk menerima utusan-utusan Yohanes dan mengancam akan mengucilkan orang yang menerima mereka (ayat 3Yoh 1:10).
(3) Demetrius, yang mungkin pembawa surat ini atau seorang gembala sidang dalam suatu masyarakat sekitar situ, dipuji sebagai seorang yang mempunyai reputasi baik dan setia kepada kebenaran (ayat 3Yoh 1:12).

3.SIAPAKAH GAYUS ? Perjanjian Baru menyebutkan tiga orang bernama Gayus: (a) Gayus dari Korintus, yang dibaptis oleh Paulus (Rm. 16:23; 1Kor. 1:14) dan menurut tradisi menjadi Uskup (Penilik Jemaat) Tesalonika yang pertama; (b) Gayus dari Makedonia, teman seperjalanan Paulus yang ditangkap dalam kerusuhan di Efesus (Kis. 19:29); (c) Gayus dari Derbe, yang mengikuti Paulus dalam perjalanannya terakhir melalui Makedonia (Kis. 20:4). Karena tidak ada kepastian Gayus yang mana yang menerima surat ini, maka disimpulkan bahwa Gayus di sini adalah seorang pemimpin di salah satu jemaat asuhan Yohanes.

4.Kehidupan Gayus sejalan dengan kebenaran, dan itu menjadi kesaksian yang indah bagi orang-orang di sekitar dia (ayat 3). Dapat dikatakan bahwa Gayus adalah Alkitab berjalan. Sungguh luar biasa, meski jauh dari Yohanes, gema kehidupan Gayus sampai juga ke telinganya. Ini memperlihatkan betapa kehidupan dalam kebenaran menghasilkan kesan mendalam di dalam diri orang-orang sekitar. Bagai menemukan air sejuk di tengah kegersangan padang dosa. Tak heran bila terbit kesukaan dan syukur tak terhingga terbit di dalam diri Yohanes.

5.Ajaran sesat mengakibatkan perpecahan dalam jemaat. Ini dialami oleh jemaat penerima surat 2 dan 3 Yohanes. Meskipun demikian, sang penatua bersukacita karena mendengar bahwa dalam kondisi memprihatinkan ini, ada anggota-anggota jemaat yang setia pada kebenaran dan hidup dalam kebenaran. Gayus sebagai pemimpin adalah salah satu dari mereka.

6..Dalam ungkapan sukacitanya, sang penatua menyebutkan kata “sukacita” dua kali (ayat 3, 4). Beberapa saudara, yang mungkin baru kembali dari kunjungan ke jemaat Gayus, memberikan kesaksian bahwa Gayus “hidup dalam kebenaran” (ayat 3). Maksudnya, Gayus setia pada kebenaran yang dikenalnya dalam Kristus. Bentuk kata kerja yang dipakai di sini menyatakan kesinambungan: Gayus “selalu hidup dalam kebenaran”.

7.Aplikasi. Coba kita bayangkan, apakah yang orang lain akan ceritakan tentang diri kita? Apakah tentang kebaikan atau tentang konsistensi kita dalam ajaran Kristen ? Setia dengan ajaran iman Kristiani mengenai Yesus sungguh Allah dan sungguh manusia ? Tetap berpegang teguh bahwa Yesus adalah satu satu nya jalan dan satu satunya juru selamat untu membawa kita ke sorga? Tetap setia menjalankan dan mempraktekkan Firman Tuhan? Melaksanakan kasih ditengah kebencian? Hidup jujur ditengah lingkungan korupsi? Tetap hidup kudus ditengah kebebasan sex? Setia terhadap kebenaran bukan saja dari sisi konsep yang berupa ajaran Firman tetapi juga setia menjalankannya sehingga menjadi saksi Tuhan, menjadi terang ditengah kegelapan dan menjadi garam ditengah situasi pembusukkan dunia.