MENGASIHI DUNIA ATAU MENGASIHI ALLAH ?
1 Yohanes 2:15-17
1.Masalah pertama yang kita hadapi dalam menyelidiki ayat ini lebi h ja uh adalah pengertian kata “dunia”. Dunia itu berarti keseluruhan budaya dan lembaga manusia , masyarakat secara kolektif. Masyarakat itu dikendalikan oleh Iblis (1 Yohanes 5: 19; bandingkan 4:4). Itulah sebabnya masyarakat tersebut bermusuhan dengan Allah dan orang-orang yang mengikut Dia (3:13). Sesungguhnya, “dunia” adalah tempat tujuan nabi-nabi palsu ketika mereka meninggalkan gereja (4:1, 3, 5). Hal ini berbeda dengan pengertian “dunia” dalam Yohanes 3:16, di mana “dunia” yang dikasihi Allah berarti umat manusia, dan bukan budaya dan lembaga yang telah kita ciptakan. Kata “dunia” dalam 1 Yohanes memusatkan perhatian pada budaya man usia, yang pada dasarnya berrnusuhan dengan Allah.
2.Hubungan orang Kristen dengan dunia semacam ini hampir tidak mungkin merupakan hubungan yang akrab. Memang benar bahwa orang Kristen hidup dalam dunia itu. Menarik diri dari dunia berarti meninggalkan seluruh masyarakat. Tetapi pada saat yang bersamaan, orang Kristen tidak boleh menjadi milik dunia. Kita harus memiliki orientasi yang sama sekali berbeda (Yohanes 17:15-18 ). Untuk mempertahankan orientasi ini kita harus menang atas dunia, dunia tidak dapat menaklukkan orang Kristen dan memaksa mereka untuk kembali pada gaya hidup dan cara pikir mereka. Sebaliknya, orang Kristen harus hidup dalam dunia sebagaimana Kristus telah hidup (l Yohanes 5:4-5; 4:17).
3.Dengan demikian latar belakang ini telah menjelaskan mengapa kita tidak baleh mengasihi dunia.. Hal-hal yang menjadi ciri dunia adalah “keinginan orang berdosa” atau lebih tepat “keinginan daging,” “hawa nafsu (lebih tepat, keinginan) mata” dan “menyombongkan apa yang kita miliki. dan dilakukan.” Jelas bahwa orang Kristen merrriliki kemgman daging dan juga menginginkan hal-hal lain yang dilihatnya, tetapi masalahnya adalah apakah orang Kristen memiliki keinginan-keinginan semacam itu. Sebagian besar umat manusia hidup hanya demi keinginan, terlepas dan “apa yang mereka miliki dan dapat mereka lakukan.” Tetapi orang Kristen memiliki seseorang di luar duma ini dan mereka hidup untuk-Nya, yaitu Yesus. Dengan demikian mereka menyeleksi keinginan mereka menurut prinsip-prinsip dan prioritas yang mereka lihat dalam diri Yesus. Orang Kristen benar-benar “berjalan menurut pimpinan Yesus.”
4.Yakobus mengemukakan pandangan yang sarna dengan cara yang berbeda ketika ia berbicara tentang persahabatan dengan dunia (4:4). Persahabatan dengan duma berarti kehidupan yang dipusatkan pada apa yang diinginkan seseorang. Mungkin ada doa, tetapi bagi seseorang yang ingin menjadi sahabat dan dunia ini doa merupakan usaha untuk mendesak Allah agar memenuhi keinginannya dan bukan usaha untuk menyesuaikan kehendaknya dengan kehendak Allah (4:2-3). Yakobus mengatakan bahwa persahabatan semacam ini membuat kita menjadi musuh Allah.
5.Kita tidak mungkin melibatkan diri sepenuhnya dalam dua hal yang bertentangan. Kita harus memilih antara Allah dan nilai-nilainya atau dunia dan nilai-nilainya. Jika Yesus benar-benar adalah Tuhan (dan Yohanes telah menulis secara panjang lebar dalam pasa12 mengenai ketaatan kepada Kristus sebagai inti dari kasih kita kepada-Nya). maka nilai-nilai-Nyalah yang akan menentukan langkah seseorang. Berpura-pura melakukan hal yang sebaliknya berarti jatuh ke dalarn hal yang dikutuk oleh Yakobus, yaitu menggunakan agama untuk terus maju demi dunia (dalam kasus yang disebutkan Yakobus. menggunakan doa semata-mata untuk mendapatkan “berkat” materi yang diinginkan seseorang), Iblis tidak menentang agama, melainkan menentang Yesus dan Bapa. Kompromi tidak lain merupakan perzinahan rohani, karena jika kita lihat kembali pendapat Yohanes, kompromi berarti tidak menyadari bahwa dunia ini dan nilai-nilainya akan len yap, sedangkan melakukan kehendak Allah merupakan satu-satunya jalan menuju kehidupan kekal.
6.Gaya hidup orang Kristen yang bertentangan dengan budaya dunia sehingga mengundang timbulnya penolakan, karena hidup dengan nilai-nilai yang berbeda secara tidak langsung menyatakan bahwa nilai-nilai sesama kita kurang baik. Meskipun demikian, karena kehidupan semacam ini didasarkan pada kata-kata Yesus sendiri dan konsisten sepanjang Perjanjian Baru, maka tidaklah benar untuk memperlunak artinya. Di sinilah terjadi ketegangan. Rasa sakit itu memang nyata. Kita tidak mungkin dapat menjalani keduanya. Kita tidak dapat mengasihi Allah dan dunia sekaligus. Pada saat yang bersamaan, Allah menunjukkan bahwa Dia mengerti ketika Yohanes menulis, “Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu. lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia” (l Yohanes 4:4).
Disarikan dari:
Peter H Davids, Ucapan yang Sulit Dalam Perjanjian Baru, SAAT Malang, p. 249-252