FS 12- MUTASI PELAYANAN
1.Setelah pendeta bekerja lima tahun maka akan ada evaluasi oleh Sinode dimana Sinode akan memimpin majelis dalam mengevaluasi pelayanan pendetanya dan juga memimpin evaluasi sang pendeta dalam kaitan dengan pelayanannya di dijemaat tersebut. Evaluasi bukan dimaksudkan mencari cari kesalahan pihak majelis atau pihak pendeta, tetapi mencoba membuat penilaian yang obyektif. Ringkas kata kalau kedua belah pihak dinilai telah bekerja dengan baik dan dapat mewujudkan kerjasama biasanya kedua belah pihak setuju untuk melanjutkan hubungan pelayanan.
2.Disana sini ada juga pendeta, majelis dan jemaat yang mengalami banyak gangguan dalam hubungan kerja pelayanan yang sulit didamaikan dan dicarikan jalan keluarnya, maka dalam kasus semacam itu biasanya hubungan kerja pendeta dengan jemaat tersebut tidak dilanjutkan. Kalau itu demikian halnya akan ditentukan kapan mulai berlakunya pemutusan hubungan kerja. Kemudian kalau ada jemaat yang kosong yang membutuhkan pendeta, atau jemaat besar yang membutuhkan tambahan pendeta, Sinode akan menawarkan pendeta tersebut kepada jemaat tersebut. Kalau ada kecocokan disemua pihak maka pendeta tersebut akan ditempatkan dijemaat tersebut. Masalahnya kalau belum ada tempat pelayanan baru, maka pendeta tersebut harus menanti kesempatan pelayanan disuatu jemaat. Ada pendeta yang menunggu 3 sampai 6 bulan, ada pula yang lebih dari 2 tahun belum ada jemaat yang memanggil. Kalau lebih dari 2 tahun tidak ada jemaat yang memanggil, dulu pada zamannya penulis maka pendeta tersebut akan diurai dari jabatan kependetaannya ( ditanggalkan ke pendetaannya). (berlaku dalam lingkungan GKI Jabar waktu itu).
3.Kembali kepada butir nomer satu diatas. Hasil evaluasi majelis dan pendeta dengan hasil yang baik ,ini bukan berarti harus melanjutkan hubungan kerja. Ada juga disana sini pendeta yang minta mutasi kejemaat lain. Tentunya sebelum itu pendeta ini sudah dihubungi dan didekati oleh jemaat lain dan diminta kesediaannya untuk pindah ke jemaat ini. Memang dalam praktek ada pendeta yang suka mutasi, bekerja disatu tempat hanya 5 tahun kemudian pindah. Ada pendeta yang punya rekor melayani di 5 sampai 6 jemaat semasa tugasnya sampai ia memasuki usia pensiun. Perlu dicatat pula dalam lingkungan Gereja Protestan bagian Barat (GBIB) mutasi pendeta adalah wewenang Sinode yang memutasi pendeta tiap lima tahun keseluruh wilayah Indonesia, sehingga bagi pendeta tidak ada pilihan lain kecuali mengikuti pengaturan penempatan dari Sinode.
4.Idealnya menurut penulis seorang pendeta bekerja kurang lebih 10 tahun disuatu jemaat sehingga dapat menuntaskan visi, misi dan program jemaat yang dilayaninya, terlebih kalau pendeta ini bekerja seorang diri dijemaat tersebut. Setelah 10 tahun idealnya berpindah jemaat dengan maksud memberi kesempatan kepada jemaat untuk dilayani dan digarap oleh pendeta lain dengan talenta talenta yang dibawanya. Mutasi setelah 10 tahun ada baiknya juga untuk pendeta sehingga ia mendapat kesegaran baru, tantangan baru dan mengembangkan talenta talenta nya ditempat yang baru.
5.Untuk jemaat besar di kota besar yang memperkerjakan 4 atau 5 pendeta maka ukuran 10 tahun mutasi tidak berlaku mutlak. Mengapa? Tidak lain karena 4 atau 5 pendeta diharapkan bekerja sama sebagai team. Satu sama lain dapat saling mengisi kekurangan yang lain. Memang tidak tertutup kemungkinan ada persaingan diantara para pendeta,disamping itu ada semacam “grouping”, pendeta A dan Pendeta D sangat dekat dan kompak, berhadapan dengan Pendeta B, Pendeta C dan Pendeta E. Kalau “grouping” ini tidak menjadi konfrontasi terbuka yang merugikan pelayanan jemaat biasanya team pendeta ini tetap dapat dipertahankan. Kalau sampai “pertikaian”terjadi diantara para pendeta dimana rekan pendeta atau majelis disana tidak bisa mendamaikan, demikian pula klasis, maka persoalannya akan naik ke Sinode. Kalau tidak selesai juga maka penyelesaian akhir adalah mutasi (pindah tugas) bagi pendeta pendeta yang “bertikai.” Memprihatinkan memang. Jarang terjadi tetapi ada juga satu dua kasus disana sini.
Bersambung ke Fs 13