NASEHAT PERSATUAN
1 Korintus 1:10-12
Apa isi nasehat Paulus terhadap jemaat yang terbagi dalam EMPAT KELOMPOK ? Dia ternyata memberi nasehat yang objektif. Semau nasehat ini berpusat pada kesatuan, sebagaimana tersirat dari pengulangan kata “yang sama” di ayat 10b .
Pertama, supaya mereka seia-sekata. Menurut teks aslinya, nasehat ini sebaiknya diterjemahkan “supaya kamu semua terus-menerus mengatakan/berkata (legete) yang sama” (ASV/KJV). Versi yang lebih modern memilih “supaya kamu semua setuju [satu dengan yang lain]” (NIV/NASB/RSV). Tense present yang dipakai mengindikasikan bahwa hal ini harus menjadi gaya hidup mereka (terus-menerus).
Kedua, supaya tidak ada perpecahan di antara mereka. Perbedaan pendapat mungkin – bahkan pasti – ada. Jemaat Korintus berasal dari latarbelakang etnis, sosial dan ekonomi yang berbeda. Mungkin mereka masih memiliki perbedaan-perbedaan lain. Semua perbedaan ini sah-sah saja, sejauh hal itu tidak sampai menimbulkan perpecahan.
Ketiga, supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir. Terjemahan yang lebih hurufiah seharusnya “supaya kamu disempurnakan (katertismenoi) dalam pikiran (noi) yang sama dan pandangan/penilaian (gnome) yang sama” (semua versi Inggris). Kata dasar katartizo muncul beberapa kali dalam tulisan Paulus dan memiliki arti “menyempurnakan” (Friberg Lexicon, lih. 2Kor. 13:11; 1Tes. 3:10 – “menambahkan” seharusnya “menyempurnakan”; 2Tim. 3:17). Dari pilihan kata ini terlihat bahwa mereka bukan hanya perlu bersatu (LAI:TB), tetapi persatuan itu harus sempurna (semua versi Inggris).
Mereka perlu disempurnakan dalam cara berpikir yang sama. Kata Yunani yang dipakai adalah nous. Kata ini lebih menyoroti cara berpikir, bukan isi pikiran. Paulus menasehatkan orang percaya agar jangan memiliki cara berpikir (nous) orang-orang non-kafir yang sia-sia (Ef. 4:17). Sebaliknya, orang percaya harus terus-menerus mengalami perubahan nous (Rm. 12:2; Ef. 4:23) dan memiliki nous Kristus (1Kor. 2:16).
Perpecahan ini bukan hanya melibatkan pengkultusan pemimpin, tetapi berkaitan dengan isu “hikmat” (kata sophia muncul 14 kali di 1 Korintus 1-3). Sebagian jemaat menganggap diri pandai (menurut ukuran dunia) dan menganggap Injil sebagai sebuah kebodohan. Untuk menghadapi situasi ini, Paulus memerintahkan agar mereka memiliki kesamaan. Hal ini berarti bahwa dalam hal “Injil”, semua harus memiliki pandangan yang sama (bdk. Gal. 1:8-9). Seorang teolog pernah memberi nasehat “dalam hal-hal yang pokok kita harus sama, dalam hal-hal yang tidak pokok boleh berbeda, dalam segala hal adalah kasih”.
Konflik lain dalam jemaat Korintus : “ Mereka mengalami konflik secara legal (6:1-11), konflik antara yang kuat dan lemah imannya (8:1-13), antara laki-laki dan perempuan (11:1-16), yang kaya dan miskin (11:17-34), konflik seputar karunia roh (pasal 12-14).
Konflik dalam hidup sehari hari :
Ditengah rumah tangga, ditempat kerja, di gereja, di organisasi social, di tengah masyarakat dan berbangsa, dllnya.
Sebagai orang Kristen kita diajak untuk menjadi agen perdamaian. Usahakan menjadi menecari dasar dasar yang dapat mempersatukan dan membuang semua unsur/elemen yang memperuncing atau memperkeruh suasana.
Nanti di I Korintus 12 rasul Paulus mengingatkan bahwa sebagai Tubuh Kristus kita harus bersatu dengan tunduk kepada satu kepala yaitu Yesus Kristus. Hal itu juga berlaku dalam rumah tangga kita harus tunduk kepada Kepala Keluarga yaitu Yesus Kristus. Tunduk dan Taat kepada Kristus maka akan menghasilkan kesatuan dan hidup bahagia.
Rujukan :
http://dennytan.blogspot.co.nz/2010/03/eksposisi-1-korintus-110-12-ev-yakub.html
Pendalaman Pemahaman
Perpecahan dalam Jemaat
(1Kor 1:10-4:21)
1. Empat Golongan
(1Kor 1:10-17)
2. Penyebab Perpecahan
(1Kor 1:18-4:5)
a. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Hikmat
(1Kor 1:18-3:4)
b. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Pelayanan Kristen
(1Kor 3:5-4:5)
3. Imbauan untuk Berdamai
(1Kor 4:6-21)
Prinsip: Jemaat sebagai tubuh Kristus (bd. 1Kor 12:12-20) tidak
boleh terpecah-belah menjadi bagian-bagian yang terpisah
(1Kor 1:10,13)