Buku Tuhan Maha Asyik menyajikan 28 cerita dengan penamaan judul yang unik-unik. Mulai dari Wayang, Mahraen, Cacing, Zat, Gincu dan masih banyak lainya. Penamaan subjudul yang unik ini memang sengaja agar berbeda dengan buku-buku yang membahas teologi lainnya.
Dalam cerita Wayang, dijelaskan bahwa manusia sebagai wayang dan Tuhan berperan sebagai dalang yang mengatur segalanya dalam cerita pewayangan. Dalang yang memainkan wayang yang menjadikan semuanya terjadi atas kehendak dalang. Secara garis besar wayang yang dimainkan oleh dalang mempunyai peranan dan tugasnya masing-masing dalam menjalankan alur cerita,namun masih dalam kendali dalang dan sang wayang hanya tunduk dan patuh kepada perintah sang dalang, yang mempunyai sekenario, ini dalam wayang kulit. Berbeda lagi dengan wayang orang, dimana sang wayang diberi keleluasaan untuk bergerak sesuka hati dan menjalankan cerita seseuai alurnya. Jika dalam wayang kulit si w ayang hanya mengikuti arahan apa yang di perintahkan sang dalang. Namun dalam wayang orang, si wayang mempunyai kehendak penuh untuk bergerak ataupun berbicara, tetapi masih tetap harus sesuai dengan sekenario sang dalang. Manusia adalah makhluk yang diberi kelebihan dalam akal sehingga manusia bisa bebas memilih dalam menjalankan kehidupanya. Tuhan selalu meberikan dua pilihan untuk manusia pilih, ada surga ada neraka, ada air ada api, ada siang ada malam, ada kebaikan ada keburukan dan sebagainya. Namun Tuhan sendiri telah memberikan arahan atau petunjuk sebelum kepada para nabi dan rasul untuk manusia, agar manusia dapat menjalankan aktifitasnya sebagai manusia sesuai dengan apa yang telah Tuhan perintahkan, ini tidak jauh beda dengan peran wayang dalam wayang orang.
Catatan:Pengarang novel diatas:
Sujiwo Tedjo adalah seorang aktor, pemusik, penulis dan budayawan Indonesia.
Dr MN Kamba adalah dosen pengampu tasawuf pada Jurusan Tasawuf Psikoterapi (TP) Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung.