1.Marhaen yang oleh masyarakat umum dikenal sebagai cerita dimana marhaen sebagai petani yang memilik lahan dan alat alat pertanian sendri, kala itu pernah di kunjungi secara langsung oleh presiden RI pertama dan marhaen dijadikan sebagai sebuah contoh rakyat mandiri yang perlu ditiru. Namun disislain prespektif yang berbeda diuturakan oleh Buchori yang terpikir oleh perkataan guru biologinya yang pernah menjelaskan bahwa nama marhaen adalah sebuah singkatan dari pemikir-pemikir hebat yaitu marx, hegel dan engel. Karena waktu itu soekarno sangat mengagumi pemikiran-pemikiran dari para tokoh tersebut, sehingga setiap menemukan seseorang degan ide dan gagasan yang luar biasa, dinamai oleh bungkarno marhaen untuk laki laki dan marhaeini untuk perempuan. Pangestu berpendapat agar apa yang disampaikan oleh Buchori tidak disebarluaskan kepada masayarakat. Hal ini dikarenakan jika masyarakat mengetahui cerita sesungguhnya dari sejarah marhaen itu sangat sigkat yang berbeda dengan pandangan masyarakat umumnya, maka tidak akan ada cerita yang menarik tentang marhaen
Setelah manusia mengerti bahwa ia sebenarnya adalah wayang atau lakon. Paling ditakutkan ketika manusia lupa pada esensi awal penciptaan.
2.Tuhan mampu untuk menciptkan semuanya yang ada, dan berproses sesuai dengan apa yang sekarang kita alami, namun tuhan pun mampu jika Ia ingin mengubah proses nya atau jalan ceritanya menjadi yang berbeda dari apa yang telah terjadi samapai detik ini. Dalam cerita marhaen ini berbicara tentang proses sejarah seabagai urutan kejadian atau peristiwa, dimana proses terjadinya peristiwa dari masa kemasa yang didalamnya terdapat dramatisasi peristiwa, yang bertujuan agar peristiwa itu lebih menarik. Dramtisasi dalam sekenario yang telah Tuhan lukiskana atau dalam sejarah yang telah berlangsung, ini dapat mempengaruhi kesadaran, harapan, dan semangat baru pada kehidupan di masa yang akan datang.
3.Kebiasaan akan mendidik karakter pada diri manusia untuk membentuk jati diri pada dirinya, kejadian yang berulang ulang yang dilakukan secara konsisten yang dilalui oleh manusia itu akan menjadi sebuah kebiasaan dan nantinya akan menjadikan kebiasaan itu menjadi dirinya. Namun karakter ini suatu waktu bisa mengalami perubahan tergantung individunya, segala sesuatu yang ada dapat mengalami perubahan, kecuali Tuhan yang kekal dan abadi. Perubahan pada diri seseorang dapat dipengaruhi oleh pengalaman dan pendidikan atau perasangka dan perkiraan.
Catatan:Pengarang novel diatas:
Sujiwo Tedjo adalah seorang aktor, pemusik, penulis dan budayawan Indonesia.
Dr MN Kamba adalah dosen pengampu tasawuf pada Jurusan Tasawuf Psikoterapi (TP) Fakultas Ushuluddin UIN SGD Bandung.