MENGHADAPI KEMATIAN ORANG TERCINTA
3 Cara untuk Menghadapi Kematian – wikiHow
SEPULUH HAL YANG PATUT KITA PERHATIKAN
1.Ketahuilah bahwa perasaan duka adalah sesuatu yang alami. Jangan berkecil hati atau kesal kepada diri sendiri, atau khawatir kalau Anda akan tidak dapat melanjutkan hidup. Setelah kematian seseorang yang kita cintai, wajar untuk merasa sedih, kesal, dan kehilangan. Anda tidak perlu memerintahkan diri sendiri untuk “melupakannya” atau segera melanjutkan hidup. Sebagai gantinya, terima perasaan tersebut sebagai respons alami terhadap kematian — langkah ini akan mempermudah Anda untuk menangani kesedihan Anda seiring dengan berjalannya waktu.
Emosi yang umumnya timbul antara lain:
a.Menyangkal terjadinya kematian..b.Tergoncang atau kebas secara emosional
c.Berusaha menawar atau menalar cara agar dapat menyelamatkan sang mendiang.
d.Penyesalan akan hal-hal yang sudah terjadi ketika orang itu masih hdup. e.Depresi. f.Kemarahan
2.Biarkan diri Anda mengeluarkan perasaan Anda. Ketika pertama kalinya mengetahui tentang kematian orang tercinta, Anda akan merasa sakit. Alih-alih menghindari perasaan-perasaan tersebut sebaiknya Anda berusaha untuk mengeluarkannya dengan cara apa pun yang terasa alami. Menangis, merenung dalam diam, atau keinginan untuk membicarakan tentang kematian tersebut dianjurkan jika Anda butuh. Jangan menolak untuk menangis karena Anda pikir menangis “terlihat lemah”. Jika ingin menangis, biarkan diri Anda menangis.
Jangan merasa seolah Anda harus berduka dengan cara tertentu. Proses ini bersifat pribadi dan Anda harus menerima semua perasaan dan ekspresi yang terasa tepat bagi Anda.
3.Kemas memori Anda dalam kesan positif. Terlalu mudah untuk membiarkan emosi negatif kematian meliputi kita dan menghanyutkan memori-memori indah tentang seseorang ketika dia masih hidup. Pikirkan sifat-sifat lucu dan unik dari orang terkasih Anda dan ceritakan kepada orang-orang lain. Rayakan pencapaian dan kehidupan sang mendiang semasa hidup, temukan hal-hal baik di waktu yang sulit.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pola pikir kita ketika menghadapi duka cita sangat memengaruhi perasaan kita satu sampai dua tahun ke depan, oleh karena itu perasaan positif pada saat ini akan membantu Anda tetap positif di masa yang akan datang.[3]
“Pulih dari duka bukanlah proses melupakan, melainkan proses mengenang dengan lebih sedikit rasa sakit dan lebih banyak rasa bahagia.” — Marie José Dhaese[4]
4.Beri Anda waktu untuk memproses rasa kehilangan. Sering kali reaksi kita terhadap tragedi adalah dengan mengurangi waktu luang — bekerja lebih lama, pergi lebih sering dan tidur lebih larut. Ini merupakan usaha untuk “mengubur” perasaan berduka, yaitu tetap menyibukkan diri untuk menghindari perasaan tidak menyenangkan atau sedih. Padahal, menerima kematian itu butuh waktu.
Lawan dorongan-dorongan untuk menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk menghadapi kematian. Zat-zat ini tidak hanya menghambat kemampuan Anda untuk menguasai diri, tetapi juga dapat menyebabkan masalah-masalah fisik dan mental lainnya.
5.Bicarakan perasaan Anda dengan orang-orang tercinta. Anda tidak sendirian dalam perasaan duka ini, dan membagi pikiran, kenangan dan emosi Anda dengan orang-orang lain dapat membantu semua orang mengerti apa yang telah terjadi. Menutup diri dari orang lain tidak hanya menghalangi kemampuan Anda untuk menghadapi kematian, namun juga menciptakan jurang di antara semua orang ketika sebenarnya mereka sedang sangat saling membutuhkan. Meskipun sulit untuk bicara, ada beberapa cara untuk memulai percakapan tersebut:
Angkat soal kenangan favorit Anda tentang sang mendiang.
Rencanakan upacara pemakaman, penguburan atau ritual lainnya bersama-sama.
Akuilah ketika Anda membutuhkan seseorang untuk melampiaskan amarah atau kesedihan Anda.
6.Ungkapkan emosi Anda dalam bentuk seni atau tulisan. Meskipun hanya mencatat pikiran Anda dalam jurnal, menemukan cara untuk mengungkapkan pikiran akan membantu Anda untuk menghadapi perasaan-perasaan tersebut. Dengan menuliskan atau menuang pikiran melalui seni, Anda membuat pikiran Anda menjadi nyata dan lebih mudah dikendalikan.
7.Jaga kesehatan Anda ketika berduka. Ada hubungan kuat antara kesehatan fisik dan mental kita,[5] dan merawat salah satunya akan selalu menguntungkan yang lainnya. Teruslah makan dengan benar, berolahraga dan tidur yang cukup, meskipun Anda merasa lesu atau tidak nyaman.[6]
8.Temukan kelompok dukungan (support group). Menemukan orang-orang lain yang mengerti luka batin Anda dapat menjadi alat yang berharga untuk membantu mempelajari tentang perasaan Anda dan menghadapi kematian. Ketahuilah bahwa Anda bukanlah satu-satunya orang yang mengalami luka batin seperti ini dan ketahuilah bahwa dengan melakukan pencarian sederhana lewat internet tentang “Kelompok Dukungan Menghadapi Kematian” atau “Death Support Group” (kelompok dukungan yang membantu orang-orang menghadapi kematian) di daerah Anda dapat membantu mencari sebuah grup di dekat Anda.
Ada berbagai kelompok-kelompok khusus untuk berbagai jenis kematian yang berbeda — grup untuk mereka yang kehilangan pasangan hidup atau orang tua, grup untuk mereka yang menghadapi kanker, dll.
Departemen Kesehatan Amerika Serikat memiliki daftar terperinci tentang berbagai kelompok dukungan dan cara untuk menghubunginya di situs web kelompok dukungan mereka.
9.Bicaralah kepada seorang psikiater jika Anda mengalami perasaan sedih atau duka yang teramat sangat. Ada tenaga-tenaga profesional terlatih yang dapat membantu Anda menghadapi kematian orang terkasih, terutama jika Anda merasa seolah tidak dapat berfungsi normal atau kehilangan hasrat untuk tetap hidup.[7]
Bimbingan dari konselor, terapis dari sekolah, dan tenaga kesehatan jiwa profesional dapat memberikan bimbingan dan dukungan selama Anda berusaha menghadapi kematian orang tercinta.
10.Kelola rasa duka Anda dengan rangka waktu Anda sendiri. Tidak ada jumlah waktu yang “benar” untuk menghadapi rasa duka — terkadang butuh waktu satu bulan, terkadang butuh waktu lebih dari satu tahun. Ketika seseorang yang Anda cintai meninggal, tidak ada yang bisa tahu bagaimana peristiwa itu akan memengaruhi Anda, sehingga jangan mencoba untuk mendesak diri sendiri buat cepat-cepat merasa lebih baik. Seiring berjalannya waktu, Anda akan belajar cara menerima kematian dengan gaya Anda sendiri.
“Tahap-tahap berduka” hanyalah petunjuk untuk perasaan yang awam dirasakan setelah kematian seseorang yang kita cintai. Tahapan tersebut bukan sederet kewajiban yang harus ditunaikan oleh seorang yang sedang berduka sebelum dapat melanjutkan hidup.[9]