PENDAHULUAN 1 PETRUS
1,Penulis. Menurut catatan, surat ini ditulis oleh Rasul Petrus (1:1). Penulis menyebut dirinya seorang penatua dan saksi dari penderitaan Kristus (5:1). Dia menulis dengan bantuan seseorang yang bernama Silwanus (5:12) dan berbicara mengenai seorang anggota keluarganya bernama Markus yang ada bersama dengan dia (5:13).
2.Dr. S. J. Case (‘Peter, Epistles of,” membedakan adanya tiga gelombang utama penganiayaan ketika itu: yang terjadi semasa pemerintahan Nero (54-68 M). Domitian (81-96) dan Trajan (98.117) dan penganiayaan, juga sudah menyebar ke berbagai propinsi di Asia Kecil sebagaimana disebutkan di 1:1.
3.Saat dan Tempat Penulisan. Waktu dan tempat penulisan, jika kepenulisan Petrus diakui, terkait erat sekali. Dari 5:13 tampak bahwa surat ini ditulis dari “Babilon.” Di Wahyu 17:18 jelas bahwa pelacur yang disebut “Babilon” mengacu kepada Roma. Bagi penerima surat ini, yang melihat siapa yang membawa surat tersebut pasti tidak ada kesulitan untuk melihat bahwa 5:13 ini menunjuk kepada Roma.
Kalau begitu, surat ini sangat mungkin ditulis dari Roma sekitar saat penganiayaan oleh Nero dimulai, yaitu tahun 64 M. Menetapkan bahwa tanggal penulisannya adalah tidak lama sesudah penganiayaan tersebut dimulai tampaknya dibenarkan oleh adanya acuan yang demikian jelas mengenai penderitaan hebat itu di dalam surat ini.
4.Amanat Surat Ini. Ditulis kepada orang Kristen yang tinggal di lima propinsi di Asia Kecil, surat ini menyapa pada pembacanya sebagai pendatang dan pengembara yang tersebar. Bahwa yang disapa adalah orang-orang Kristen non-Yahudi cukup jelas dari surat ini. Petrus mengingatkan mereka bahwa sekalipun sebelumnya mereka bukan umat Allah, saat ini mereka adalah umat Allah (2:10). Dia melukiskan kehidupan mereka sebelumnya sebagai “melakukan kehendak orang-orang yang tidak mengenal Allah” (4:3, 4).
5.Mengapa Petrus memperhatikan mereka? Banyak orang dari kelima propinsi di Asia Kecil ini telah mendengarkan khotbah Petrus pada hari Pentakosta (Kis. 2:9). dan tidak diragukan lagi bahwa banyak di antara mereka kemudian pulang dan mendirikan jemaat rohani.
Petrus mengingat perintah yang disampaikan Tuhan Yesus kepada mereka, “Jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu” (Luk. 22:32), dan kemudian, “Apakah engkau mengasihi Aku … ? Gembalakanlah domba-domba-Ku” (Yoh. 21:15-17).
6.CIRI-CIRI KHUSUS.
Surat ini lebih merupakan suatu naskah khotbah daripada sebuah karangan singkat. Surat ini hidup, penuh dengan petunjuk-petunjuk yang segar dan jelas dan ditulis dengan kesungguhan hati. Surat ini bernafaskan suasana seseorang yang telah bergaul dekat dengan Yesus semasa Ia ada di dunia. Petunjuk-petunjuk tentang saat-saat Petrus masih menjadi murid Yesus berulang kali muncul. Ia menggambarkan kematian Yesus (1Pe 2:22-25) dengan jelas dan ia menulis tentang kepemimpinan seakan-akan menghidupkan kembali suasana pada saat perjamuan akhir (1Pe 5:5, lihat Yoh 13:1- 20) dan pertemuannya dengan Yesus sesudah kebangkitan (1Pe 5:2, lihat Yoh 21:15- 23).