III.PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

1.Pendidikan multikultural Amerika Serikat bermula dari gerakan multikulturalisme yang dimulai tahun 1950-an dalam bentuk gerakan civil rights. Persoalannya adalah persamaan kaum kulit hitam dan kaum kulit putih. Jadi, tuntutan rasial (diskriminasi) menjadi faktor pemicu pendidikan multikultural. Sementara itu, Inggris mengembangkan pendidikan multikultural karena migrasi penduduk Karibia dan Asia, serta Negara-Negara Persemakmuran. Tuntutannya adalah kesetaraan hak sosial, kesetaraan perlakukan di ruang publik dan pendidikan.

2.Selanjutnya, pendidikan multikultural di Australia berlatar belakang diskriminasi suku Aborigin. Lain halnya latar belakang pendidikan multikultural di Kanada. Pendidikan multikultural hadir bersamaan dengan perkembangan sosial dimana memang sejak awal terdiri dari budaya yang berasal dari imigran. Dari beberapa negara tersebut, terlihat bahwa pendidikan multikultural bisa mempunyai polanya sendiri-sendiri sesuai dengan kesadaran dan proses pengolahannya (Isnarmi Moeis, 2014: 8-10).

3.Bagaimana dengan Indonesia?

Dalam upaya membangun Indonesia, gagasan multikulturalisme menjadi isu strategis yang merupakan tuntutan yang tidak bisa ditawar lagi. Alasannya adalah bahwa Indonesia merupakan bangsa yang lahir dengan multikultur dimana kebudayaan tidak bisa dilihat hanya sebagai kekayaan (yang diagungkan) tetapi harus ditempatkan berkenaan dengan kelangsungan hidup sebagai bangsa. Dalam konteks Indonesia, pendidikan multikultural merupakan keharusan, bukan pilihan lagi. Di dalamnya, pengelolaan keanekaragaman dan segala potensi positif dan negatif dilakukan sehingga keberbedaan bukanlah ancaman atau masalah, melainkan menjadi sumber atau daya dorong positif bagi perkembangan dan kebaikan bersama sebagai bangsa (Scholaria, Vol. 2, No. 1, Januari 2012: 116).

“Tujuan pendidikan multikultur adalah untuk mempersiapkan anak didik dengan sejumlah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam lingkungan budaya etnik mereka, budaya nasional, dan antar budaya etnik lainnya”.

Terbentang luas kemungkinan pembentukan suatu model pendidikan multikultural Indonesia (bukan adopsi model Barat) yang mampu mengolah kenyataan bangsa yang multikultural ini sedemikian rupa sehingga bukan hanya potensi kekayaan melainkan menjadi kekayaan yang dirasakan seluruh anggota masyarakat.

BACA SELENGKAPNYA DI:

Majalah Parahyangan, Edisi 2017 Kuartal II/ April-Juni Vol. IV Bagian 2

Yusuf Siswantara, S.S., M.Hum., dosen Lembaga Pengembangan Humaniora, Unpar.

https://unpar.ac.id/pendidikan-multikultural-sebuah-tantangan-pendidikan-di-indonesia/

BANDINGKAN DAN PENDALAMAN:

PERSPEKTIF PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BAGI GEREJA-GEREJA DI INDONESIA

50070218, FRANKLYN MICHAEL (2011) PERSPEKTIF PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BAGI GEREJA-GEREJA DI INDONESIA. Masters thesis, Universitas Kristen Duta Wacana.

https://katalog.ukdw.ac.id/4891/