PROVIDENSIA 7
3.2.PEMELIHARAAN DAN KEADAAN KEADAAN PRIBADI.
1.Allah memberitahukan kepada Israel sebagai bangsa, bahwa Ia akan menjadikan mereka makmur jika mereka setia, tapi akan mendatangkan bencana atas mereka jika mereka berbuat dosa (Im 26:14 dab; Ul 28:15 dab). Usaha untuk mengerti keuntungan perseorangan Israel dalam terang yg asasi ini menimbulkan berbagai persoalan. Mengapa Allah memperkenan orang jahat beruntung, bahkan kendati ulah mereka menjadikan orang benar korban? Dan mengapa bencana justru sering menjadi bagian orang yg berbakti kepada Allah?
2.Persoalan pertama senantiasa dijawab dengan mengatakan bahwa orang jahat hanya beruntung untuk sementara waktu saja; Allah akan segera mendatanginya dan memberikan pembalasan (Mzm 37, passim; 50:16-21; 73:17 dab), sekalipun kini Ia mungkin bersabar untuk memberikan kepada mereka kesempatan bertobat (Rm 2:4 dab; 2 Ptr 3:9; Why 2:21). PB menyamakan hari pembalasan Allah dengan penghakiman terakhir (bnd Rm 2:3 dab; 12:19; Yak 5:1-8).
3.Persoalan kedua dijawab dengan bermacam cara. Ditekankan: (1) bahwa orang benar akan dibenarkan pada datangnya hari penghakiman atas orang jahat (Mzm 37; Mal 3:13-4:3); (2) sementara itu penderitaan berharga adalah sebagai penertiban yg diberikan Allah (Ams 3:11 dab; Mzm 119:67, 71); (3) bahwa penderitaan, jika tabah menghadapinya, dan sekalipun tidak dimengerti, memuliakan Allah dan pada akhirnya membawa berkat (Ayb 1-2; 42); (4) bahwa persekutuan dengan Allah adalah yg satu-satunya, dan bagi mereka yg menikmati persekutuan dengan Allah, maka kemiskinan lahiriah tidak lagi menjadi momok yg menakutkan (Mzm 73:14, 23 dab; Hab 3:17 dab).
4.Dalam PB kenyataan bahwa orang beriman menderita sebagai akibat dari perlakuan jahat dan keadaan-keadaan yg menentangnya tidak lagi menjadi persoalan, karena diakui bahwa persekutuan dalam penderitaan Kristus mempunyai sifat asasi bagi panggilan Kristen (bnd Mat 10:24 dab; Yoh 15:18 dab; 16:33; Kis 9:16; 14:22; Flp 3:10 dab; 1 Ptr 4:12-19). Pengakuan ini, dalam kaitannya dengan asas-asas PL yg telah disebutkan di atas, secara sempurna menyelesaikan ‘persoalan tentang penderitaan’ bagi masyarakat Kristen pertama. Karena mereka mengetahui harapan mereka yg mulia (1 Ptr 1:3 dab), dan kuasa Kristus yg menguatkan dan mendukung mereka (2 Kor 1:3 dab; 12:9 dab), mereka dapat matang menghadapi segala situasi (Flp 4:11). Dan oleh pengetahuan itu mereka bergirang dalam segala kesukaran (Rm 8:35 dab), yakin bahwa melalui penentangan itu Bapak mereka yg penuh kasih sedang membina mereka dalam kekudusan (Ibr 12:5-11), memperkembangkan tabiat kristiani mereka (Yak 1:2dab; 1 Ptr 5:10; bnd Rm 5:2 dab), menguji kenyataan iman mereka (1 Ptr 1:7), dan membuat mereka layak menerima kemuliaan (1 Ptr 4:13). Dalam segala hal Allah bekerja bagi kesejahteraan kerohanian umat-Nya (Rm 8:28), dan Ia memberikan kepada mereka keperluan bendawi, apa saja yg mereka perlukan di sepanjang perjalanan musafir mereka di dunia (Mat 6:25-33; Flp 4:19).
5.Kepercayaan kepada pemeliharaan Allah (providensia) menentukan banyak dari sikap-sikap asasi kesalehan alkitabiah. Pengetahuan bahwa Allah mengatur keadaannya, mengajar orang percaya untuk berharap hanya kepada-Nya dalam kerendahan hati dan kesabaran akan pembenaran dan penyelamatan (Mzm 37; 40:13 dab; Yak 5:7 dab; 1 Ptr 5:6 dab). Dan pengetahuan itu melarang dia untuk membiarkan bertumbuh rasa sedih dan putus asa (Mzm 42-43), dan memberikan kepada mereka keberanian dan harapan, jika mereka digoda (Mzm 60; 62). Pengetahuan itu memacu segala doa bagi pertolongan dan pujian terhadap segala hal yg baik yg dinikmatinya.
BERSAMBUNG ……..