PSIKOLOGI AGAMA-RESOLUSI KONFLIK 2

MEMAHAMI AGAMA SECARA PSIKOLOGIS DAN RELASINYA DALAM UPAYA RESOLUSI KONFLIK (2)

Wira Hadikusuma Dosen Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah

Institut Agama Islam Negeri Bengkulu

PENGANTAR

1.Manusia diciptakan ke muka bumi ini secara lahiriyah sebagai makhluk homo religius, yaitu bahwa manusia memiliki sifat-sifat religius. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang paling dasar ini, manusia mempunyai dorongan dan kekuatan guna mendapatkan keamanan hidup dan pemenuhan kebutuhan di bidang keagamaan. Jasmani atau fisik manusia dikaji atau diteliti dengan disiplin ilmua biologi, anatomi, ilmu kedokteran maupun ilmu-ilmu alanya, sedangkan jiwa manusia dipelajari secara khusus oleh psikologi. Psikologi agama merupakan salah satu cabang dari psikologi, sebagaimana psikologi juga merupakan salah satu cabang dari filsafat, karena filsafat merupakan induk dari segala cabang ilmu.3

  1. Terlepas dari sulitnya dan kontroversinya makna agama, yang dimaksud dengan agama dalam pembahasan ini adalah agama yang dirasakan dalam hati, pikiran dan dilaksanakan dalam tindakan serta memantul dalam sikap dan cara menghadapi hidup pada umumnya. Dengan kata lain psikologi agama adalah ilmu yang meneliti pengaruh agama terhadap sikap dan tingkahlaku seseorang yang menyangkut tata cara berpikir, bersikap, berkreasi dan bertingkahlaku yang tidak dapat dipisahkan dari keyakinannya, karena keyakinan itu masuk dalam konstruksi kepribadiannya.
  2. Psikologi agama dan resolusi konflik. Karena religious experience setidaknya mampu menjadi upaya peace building, serta menjadi tawaran (suggestions), bahwa agama menjadi kekuatan dalam berperan sebagai pencegah konflik (conflict prevention), peringan atau kelonggaran ketegangan konflik (mitigation) dan sekaligus sebagai resolusi (resolution) atau peacemaking and post-conflict peacebuilding.6 Dengan demikian dalam memahami berbagai penyelesaian masalah konflik keagamaan hendaknya menggunakan pendekatan psikologi agama. Agama yang memiliki daya dukung dalam menyelamatkan umat dan agama pula yang akan menyusahkan umat, apabila agama tidak dapat menjawab kebutuhan jiwa umatnya, termasuk dalam penetapan dan penyelesaian terhadap masalah-masalah yeng terjadi.