RATAPAN MENJADI SUKACITA


RATAPAN MENJADI SUKACITA!
SH: Hab 3:1-19 – Ratapan menjadi sukacita!

Iman sejati tidak kehilangan asa. Habakuk mulai dengan meragukan keadilan Allah. Namun, kitab ini ditutup dengan pernyataan imannya bahwa Dia akan datang menyatakan keadilan-Nya. Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku (Flp. 4:13).
Habakuk menaikkan mazmur permohonan dengan suasana kegentaran dan ketakjuban tentang Allah dan karya-Nya (Hab. 2, 16). Habakuk mengingat kembali tindakan Allah pada waktu lampau (ayat 3-15). Dalam tindakan-Nya terpancar kekudusan dan keagungan (ayat 3), serta dampak dahsyat terhadap alam (ayat 4-6) dan musuh-musuh-Nya (ayat 7-15). Dari Teman (selatan), Allah melepaskan Israel dari perbudakan Mesir dengan menurunkan tulah kepada Mesir. Kehadiran-Nya menggentarkan bangsa-bangsa (ayat 6-7). Kuasa-Nya menuntun mereka menyeberangi Laut Teberau, melintasi padang gurun, dan mengalahkan para musuh umat-Nya. Dia terus memimpin umat-Nya mengalahkan bangsa Kanaan. Kehadiran dan karya-Nya mengubah sejarah, membuat Habakuk insyaf bahwa ia harus belajar bergantung bukan pada gejala-gejala yang tampak, tetapi pada Dia yang mengatur segala sesuatu berjalan seturut kedaulatan-Nya. Tindakan dahsyat Tuhan pada masa lampau membuat hati Habakuk gentar (ayat 16). Siapakah dia yang berani meragukan keadilan Allah? Maka di akhir puisi ini, Habakuk menunjukkan keyakinan dan percayanya di dalam Tuhan (ayat 17-19). Pengharapannya tidak diletakkan pada situasi sekelilingnya yang tidak menjanjikan.
Di saat-saat hidup mengikut Tuhan penuh dengan kesulitan dan tantangan, pandanglah pada Tuhan Yesus. Dia telah mengurbankan diri-Nya di kayu salib untuk mengalahkan musuh-musuh-Nya dan memberi kemenangan bagi kita, umat-Nya. Jangan pernah putus harap dan menyerah, pada saat-Nya Dia akan mengubah ratapan kita menjadi sukacita.
Renungkan: Jangan gentar karena situasi yang meresahkan di sekitar kita, tetapi takjublah karena Dia selalu hadir dan berkarya dalam peristiwa segelap apa pun.

PENDALAMAN AYAT
SEBUAH PENGLIHATAN TENTANG PENGADILAN ILAHI. 3:1-16.
Pasal ini disebut oleh penulis sebagai doa (tepillâ), walaupun telah disepakati secara universal bahwa bagian terbesarnya merupakan gambaran tentang suatu teofani yang dialami oleh sang nabi. Hanya ayat 2 yang merupakan sebuah doa. Namun sikap takut karena hormat, karena kekaguman, karena kemenangan iman atas berbagai keadaan yang mengganggu telah begitu hebat dikuasai oleh roh doa sehingga hampir tidak diragukan bahwa “doa” itu mencakup keseluruhan pasal. Pasal ini juga disebut sebuah mazmur walaupun bukan oleh Habakuk karena petunjuk-petunjuk ditempatkan di bagian atas mengenai cara melagukannya, dan tulisan di bawah garis menyebutkan alat apa yang dipakai untuk mengiringi nyanyian. Demikian juga dengan Sela yang mengandung teka-teki, yang biasanya menandai waktu berhenti sebentar pada saat-saat tertentu, atau barangkali perubahan tempo, muncul sebanyak tiga kali.
Karena berbagai alasan, seperti yang telah disebutkan dalam Pendahuluan, pasal ini dianggap telah ditulis oleh orang lain dan bukan oleh Habakuk. Tentu ini akan berarti bahwa pasal 3:1, yang menyatakan bahwa pasal tersebut ditulis olehnya adalah tidak benar. Fakta bahwa pasal ketiga itu tidak terdapat dalam Tafsiran Qumran tidak merupakan keberatan yang berarti. Begitu juga argumentasi bahwa bagian ini tidak memiliki bentuk dialog seperti bagian-bagian sebelumnya. Sifat dari pasal ini, yang merupakan sebuah doa, menghindarkan gaya percakapan. Terdapat beberapa bukti linguistik untuk memperkuat kesatuan kitab itu, dan juga fakta bahwa teodisenya tidak lengkap tanpa pasal ini.

Wycliffe: Hab 3:1 – Menurut nada ratapan
1. Menurut nada ratapan. Arti kata ini begitu tidak pasti sehingga cara paling aman adalah dengan menyalin hurufnya saja. Vulgata yang berbahasa Latin menerjemahkannya menjadi pro ignorantiis, “untuk dosa yang dilakukan dalam ketidaktahuan.” Tidak ada petunjuk dalam nubuatan ini apakah dosa-dosa Yehuda atau dosa-dosa orang Kasdim yang dapat dianggap sebagai telah diperbuat dalam ketidaktahuan. Barangkali kata ini menyatakan tipe musik atau tempo untuk menyanyikan mazmur tersebut jika dipakai dalam ibadah.

SUMBER:
http://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=35&chapter=3&verse=1